Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Sejak pandemi Covid-19, kita dianjurkan untuk terus menjaga kebersihan khususnya tangan. Namun, jika mencuci tangan secara terus menerus karena ketakutan tangan atau benda sekitar yang kotor secara berlebihan bisa mengindikasikan seseorang mengidap misofobia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Misofobia merupakan sebuah ketakutan patologis akan terkontaminasi kuman dan bakteri. Misofobia ini juga dikenal dengan verminofobia, germofobia, germafobia, bacillophobia, dan bakteriofobia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Istilah misofobia berasal dari bahasa Yunani, yaitu musos yang berarti ketidakbersihan dan phobos artinya ketakutan. Misofobia mulai dikenalkan sejak tahun 1879 oleh seorang dokter dan ahli saraf militer Amerika, Dr. William Alexander Hammond ketika sedang menjelaskan kasus Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) yang memiliki gejala dengan mencuci tangan berulang kali.
Berdasarkan Psycom (2019), misofobia dapat menyerang manusia yang sedang dalam kecemasan atau depresi yang tinggi. Terlihat dari beberapa orang mengidap misofobia setelah mengalami peristiwa yang traumatis. Namun, juga ada beberapa orang yang mengidap fobia ini karena ketakutan terhadap bakteri dan kuman yang kemudian menimbulkan kecemasan.
Serta, pengidap OCD beresiko tinggi untuk terkena misofobia karena memiliki kecenderungan pernah mengalami pemikiran yang berlebihan mengenai terkena bakteri dan keinginan untuk membersihkan. Di Amerika Serikat, ahli melihat fasilitas toilet penunjang higienis seperti tisu penutup tempat duduk toilet dan tempat cuci tangan telah menyumbangkan rasa takut terhadap kuman dan bakteri.
Menurut Arakelyan (2021), terdapat gejala-gejala yang dialami individu pengidap misofobia antara lain, pertama, mencuci tangan secara berlebihan. Orang yang memiliki misofobia cenderung mencuci tangan 40 kali per jam. Kedua, menjauhi tempat yang kemungkinan mengandung banyak kuman seperti kerumunan, dan memiliki kecenderungan untuk tidak ingin makan ke luar, pergi berbelanja di pasar, serta menggunakan transportasi umum.
Ketiga, ketakutan untuk memiliki kontak fisik dengan orang lain, seperti menghindari berjabat tangan dengan orang lain. Keempat, melakukan pembersihan secara berlebihan, seperti terus membersihkan gagang pintu setelah tamu datang. Kelima, menolak untuk berbagi barang pribadi, misal tidak ingin berbagi makanan karena takut terkontaminasi bakteri dari orang lain.
Hal ini akan berdampak pada keseharian tergantung dengan tingkat keparahan misofobia, seperti kecemasan, pusing, kesulitan bernapas, keringat berlebihan, peningkatan denyut nadi, dan kepanikan ketika merasa terkena kuman.
JACINDA NUURUN ADDUNYAA