Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Siapa pun Bisa Terserang Demensia, Tak Hanya Lansia

Dokter mengatakan pikun atau demensia tidak hanya menyerang lansia tetapi bisa juga yang masih berusia muda. Kenali gejala dan faktor risiko.

3 Oktober 2022 | 11.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Siapapun bisa terserang demensia atau pikun. Spesialis saraf dr. Pukovisa Prawiroharjo mengatakan pikun tidak hanya menyerang lansia tetapi bisa juga yang masih berusia muda.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Biasanya terjadi akibat trauma otak setelah kecelakaan, penggunaan NAPZA, atau akibat HIV," ujar staf pengajar di Departemen Neurologi FKUI-RSCM itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pukovisa menuturkan orang-orang dapat menanggulangi pikun. Salah satunya dengan mengenali tanda dan gejala LALILULELO yang merupakan akronim dari Labil (sering labil emosi atau pendiriannya), Linglung, Lupa, Lemot, dan Logika menurun.

Selain itu, menanggulangi pikun juga bisa dengan menerapkan formula 4-4-2 untuk menganalogikan persyaratan otak tetap sehat. Formula ini antara lain bebas empat pengganggu otak, yakni zat neurotoksik dan adiktif, penyakit karidovaskular, neurotoksik, pengalaman yang merusak otak, serta penyakit otak.

Kemudian empat bahan baku optimal yang dapat menjaga kesehatan otak yakni nutrisi, istirahat yang cukup, olahraga dan aktivitas seni, serta koleksi memori yang bernilai, misalnya memilih memori atau pembelajaran sesuai prioritas untuk pengembangan diri. Terakhir, dua karakter mulia berupa kecerdasan dan kreativitas.

Deteksi dini demensia
Di sisi lain, dia juga menyarankan melakukan deteksi dini demensia dan tak termakan hoaks. Menurutnya, sekitar 20-30 persen demensia memiliki hubungan dengan genetik sehingga khususnya orang dengan riwayat keluarga demensia perlu melakukan deteksi dini.

Pukovisa menyebut faktor risiko demensia antara lain kurangnya aktivitas dan olahraga, makanan tidak bernutrisi, mengonsumsi alkohol dan rokok, dan minum obat tidur yang berkepanjangan. Faktor risiko lain yakni memiliki masalah medis yang sudah ada sebelumnya, misalnya pernah mengalami kecelakaan, penyakit gula darah, kolesterol, dan tekanan darah tinggi.

Pukovisa berpesan agar masyarakat tidak menyepelekan lupa serta aktif melakukan deteksi dini keluhan lupa karena dapat ditangani oleh ahlinya. Semakin cepat terdeteksi maka akan semakin baik.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus