Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sinusitis adalah inflamasi atau peradangan pada dinding sinus. Sinus adalah sistem rongga yang terhubung di dalam tulang tengkorak. Panjang rongga sinus terbesar sekitar 2,5 cm. Semua sinus dilapisi oleh selaput lendir merah muda yang lembut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sinus maksila adalah sinus terbesar yang ada di tulang pipi. Sementara di belakang tulang dahi merupakan tempat sinus frontal. Di antara mata ada sinus etmoid. Kemudian, di belakang hidung terdapat sinus sfenoid yang biasanya kosong, kecuali diisi lapisan lendir yang tipis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sinus etmoid dan maksila ada sejak lahir. Sinus frontal berkembang selama tahun kedua kehidupan dan sinus sfenoid berkembang selama tahun ketiga. Sinus memiliki lubang kecil (ostia) yang terbuka ke ceruk (meatus) rongga hidung. Meatus dilindungi oleh turbinat (conchae). Turbinat terdiri dari rak bertulang.
Proses inflamasi akut, yang melibatkan satu atau lebih sinus paranasal, terjadi ketika ostia dari sinus menyempit atau tersumbat oleh peradangan atau hipertrofi mukosa. Sinus maksilaris dan etmoid paling sering terlibat di antara semua sinus paranasal
Sinusitis disebabkan bakteri seperti streptococcus pneumonia, haemophilus influenza, beta hemolytic streptococci, klebsiella pneumonia. Penyebab lain yakni rhinovirus, virus influenza, dan virus adeno. Terakhir, karena jamur aspergillus dan kandida.
Tanda dan gejala sinusitis biasanya berupa tekanan, rasa sakit, atau nyeri pada sinus ketika suhu rendah, kemudian hidung mampet, bahkan mengeluarkan cairan berupa nanah, batuk yang memburuk di malam hari, napas tidak enak.
Sinusitis dibagi menjadi beberapa jenis. Pertama, sinusitis akut yang memiliki gejala pernapasan dan dapat bertahan hingga empat minggu. Kedua, sinusitis subakut berupa gejala pernapasan berlangsung antara 4-12 minggu. Ketiga, sinusitis kronis berupa gejala pernapasan berlangsung lebih dari 12 minggu. Keempat, sinusitis akut berulang yang gejalanya empat atau lebih episode per tahun dengan resolusi gejala yang variable.
Sinusitis dapat menyebabkan penderitanya mengalami alergi, kelainan bentuk hidung, sistik fibrosis, polip hidung, dan infeksi HIV, kemudian infeksi saluran pernapasan ketika cuaca dingin atau mencium asap rokok di dalam ruangan.
Sinusitis dapat menyebabkan komplikasi penyakit seperti selulitis atau abses, meningitis, abses otak, desah pada anak dengan asma. Diagnosa sinusitis biasanya dilakukan melalui pemeriksaan fisik CT sinar-X, MRI, Nasal Endoskopi, dan Rhinoskopi.
Biasanya, kasus sinusitis ditangani dengan cara pemberian antibiotik selama 10-14 hari, tergantung pada tingkat keparahan. Kemudian, pemberian antitusif untuk nyeri hebat dan batuk. Pemberian nasal semprot, obat penghilang rasa sakit jika nyeri hebat berlanjut, ekongestan untuk meredakan hidung tersumbat dan antihistamin.