Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Tahun 2018 Orang Banyak Produksi Lagu Sedih, Ini Maknanya

Sepanjang 2018, ada banyak lagu yang bercerita tentang pergulatan seseorang dengan perasaan duka, sedih, dan kelam. Apa saja kira-kira maknanya?

27 November 2018 | 11.40 WIB

Ilustrasi wanita sedih. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi wanita sedih. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Sepanjang 2018, ada banyak single hit yang bercerita tentang pergulatan seseorang dengan perasaan duka, sedih, dan kelam. Sejak awal hingga pertengahan 2018, lagu-lagu tersebut merajai tangga-tangga lagu Billboard. Lagu In My Feelings karya Drake berada di posisi puncak chart selama lebih dari enam minggu.

Baca: Tika - Udjo Project Pop Buat Lagu untuk Gading Marten - Gisella

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Lagu tersebut menceritakan kecemasan, ketakutan akan kehilangan, dan sedikit depresi. Lagu lain karya rapper asal Chicago, Juice WRLD, berjudul Lucid Dreams bertengger di sepuluh besar tangga lagu Billboard. Meski dibalut dalam musik rap, lirik lagu ini menceritakan pikiran untuk bunuh diri dan pergulatan dengan gangguan tidur karena memori kehilangan yang menyakitkan. Tren ini terus berlanjut hingga menjelang akhir tahun. Karena itu, 2018 ditahbiskan sebagai "tahunnya musik galau".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Padahal, menurut tim peneliti dari University of California, konsumen musik saat ini secara umum lebih menyukai musik yang bahagia, yaitu warna musik yang bisa ditarikan dan dinyanyikan dengan riang. Studi yang diterbitkan dalam jurnal Royal Society Open Science pada tahun ini bertujuan meneliti evolusi musik selama 30 tahun terakhir. "Tapi, melawan prinsip tersebut, justru makin banyak lagu yang bernada tidak bahagia yang dirilis setiap tahun," kata Irvin, ketua tim peneliti.

Menurut dia, tim peneliti menemukan corak kebahagiaan dan keceriaan dalam musik sudah menurun dalam beberapa dekade terakhir. "Sedangkan kesedihan meningkat dalam 30 tahun terakhir atau lebih," ujarnya. Padahal lagu-lagu seperti Happy yang dirilis Pharell Wiliams berhasil memikat pendengarnya lebih lama dan meninggalkan kesan yang lebih dalam daripada musik beraroma kesedihan.

Sementara itu, menurut peneliti dari Freie Universitat Berlin, Jerman, lagu sedih atau galau justru membuat orang merasa nyaman melewati kesedihan yang dihadapi. "Lagu sedih memiliki potensi untuk mengatur mood dan emosi negatif, juga memberikan hiburan," ucap Liila Tarufii. Menurut dia, lagu sedih bisa memberikan sedikit peran dalam membentuk kembali kebahagiaan seseorang.

Baca: Penelitian: 5 Lagu Ini Berpotensi Membawa Petaka saat Mengemudi

Pakar musik, Kay Norton, dalam sebuah penelitian yang ia lakukan pada 2014, menemukan fakta bahwa lagu sendu menjadi media katarsis terbaik bagi manusia. Dalam penelitian itu terungkap bahwa musik mendayu dengan lirik "menyayat" cenderung menjadi favorit ketika sedang patah hati. "Musik memiliki aliran yang sama seperti emosi manusia. Jenis musik melankolis bisa mendorong seseorang yang tengah berduka untuk menangis atau mengekspresikan emosinya dengan cara yang tepat," tutur Norton.

 TODAY | MEDICAL DAILY| KORAN TEMPO

Dini Pramita

Dini Pramita saat ini adalah reporter investigasi. Fokus pada isu sosial, kemanusiaan, dan lingkungan.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus