Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Di zaman yang serba digital ini, hidup manusia tidak dapat dipisahkan dari HP dan internet. Dilansir dari laman milik Badan Pusat Statistik, pada tahun 2019 persentase penduduk Indonesia yang memiliki telepon selular mencapai 63,53 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sementara kepemilikan komputer milik perseorangan mencapai angka 18,78 persen dan kepemilikan akses internet mencapai 73,75 persen. Angka penggunaan HP yang tinggi ini harus disertai pengetahuan masyarakat mengenai kesehatan mata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mata sebagai indra penglihatan tentu terkena dampak dari penggunaan gawai yang berlebihan. Hal ini dikarenakan layar gawai mengeluarkan blue light atau high energy visible yang berbahaya bagi mata.
“Selama ini memang belum ada pasien yang mengalami dampak berat akibat penggunaan gawai. Namun, penggunaan gawai dalam waktu lama akan menyebabkan mata lelah,” ujar dr. Hera Lesmana, Sp. M., seperti yang dikutip Tempo pada laman RSUD dr Iskak, Kamis, 8 Juli 2021.
Tanpa sadar, frekuensi kedip pada mata dapat berkurang saat mata menatap layar gawai. Padahal, mata perlu berkedip karena saat berkedip mata melakukan mekanisme pembasahan. Jika frekuensi kedip berkurang, bola mata akan menjadi kering.
Keringnya bola mata ini lah yang dapat menyebabkan rasa kurang nyaman atau perih pada mata. Jika dilakukan dalam waktu lama, hal ini dapat menyebabkan rasa pusing dan penglihatan buram.
Hera menyebutkan mengistirahatkan mata sangat penting untuk menjaga mata agar tetap sehat. Mengistirahatkan mata dapat dengan tidur yang cukup dan sering mengalihkan pandangan saat melihat gawai. Pengguna gawai dapat melakukan teknik 20-20-20 agar tidak terpaku pada gawai.
Teknik 20-20-20 ini berarti saat mata telah melihat gawai selama 20 menit, pengguna gawai wajib mengalihkan pandangannya pada objek lain yang memiliki jarak sekurangnya 20 kaki atau 6 meter.
Pengguna gawai melihat objek ini selama 20 detik baru setelah itu kembali lagi pada gawai. Jika berada di ruangan yang sempit, diusahakan untuk keluar ruangan dan melihat benda-benda yang jauh. “Tidak harus dihitung 20 detik. Dikira-kira saja, lebih dari 20 detik juga boleh,” ucap Hera.
Dilansir dari laman medicalnewstoday.co, alternatif lain jika tidak bisa melihat jauh saat menonton HP bisa juga dengan menutup mata selama 20 detik setelah melihat gawai selama 20 menit. Setelah melakukan metode 20-20-20, mata akan menjadi lebih rileks dan dapat terhindar dari kondisi kering dan kelelahan. Jika perlu, buat lah pengingat agar tidak terpaku pada gawai lebih dari 20 menit.
MAGHVIRA ARZAQ KARIMA