Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Kesehatan

Waspada, Polusi Udara Bisa Membuat Gemuk?

Polusi yang keluar dari asap mobil atau asap pabrik yang kita hirup sehari-hari sangat berbahaya bagi otak dan tubuh. Benarkah polusi bisa buat gemuk?

15 November 2018 | 07.45 WIB

Suasana gedung bertingkat terlihat samar oleh selimut kabut dan asap polusi di Jakarta Selatan, Kamis, 26 Juli 2018. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Perbesar
Suasana gedung bertingkat terlihat samar oleh selimut kabut dan asap polusi di Jakarta Selatan, Kamis, 26 Juli 2018. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Polusi yang keluar dari asap mobil atau asap pabrik yang kita hirup sehari-hari sangat berbahaya bagi otak dan tubuh. Sudah banyak pembuktian ilmiah yang menunjukkan bahwa masyarakat yang tinggal di kota-kota dan terkena polusi udara tingkat tinggi sepanjang hari memiliki risiko terkena penyakit jantung, stroke, kanker, dan bahkan masalah kesehatan.

Baca: Awas, Polusi Udara Bisa Kerdilkan Otak Anak

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Selain masalah kesehatan, sebuah penelitian baru mengungkapkan bahwa polusi udara yang kita hirup sehari-hari juga dapat menyebabkan kegemukan. Dilansir dari dailymail, Michael Mosley memperingatkan tentang bahaya tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hasil penelitian tersebut telah diuji oleh para peneliti dari Universitas of California yang diikuti lebih dari 2.300 anak-anak usia dini di Amerika. Mereka menemukan fakta bahwa anak usia sepuluh tahun dengan kondisi terpapar polusi lalu lintas terbanyak, rata-rata berat badannya naik hampir 1 kg daripada anak-anak yang menghirup udara bersih. Selain itu, anak-anak yang tinggal di daerah yang lebih tercemar, memiliki tanda-tanda kerusakan paru-paru yang secara signifikan lebih banyak.

Lalu, bagaimana polusi bisa membuat Anda lebih gemuk? Para ilmuan percaya bahwa bernafas dengan polusi udara kotor seperti asap kendaraan atau rokok, dapat memicu reaksi inflamasi dalam tubuh.

Polusi mengiritasi kantung udara kecil di paru-paru. Hal itu dapat memicu respons stres yang melibatkan pelepasan hormon. “Ini mengurangi kemampuan tubuh untuk menyerap energi (atau glukosa) dari makanan, meninggalkan tingkat gula darah yang tidak terkontrol,” kata Dr. Mosley.

Ketika kadar gula darah tidak stabil, fluktuasi peningkatan nafsu makan membuat kita cenderung makan berlebih.

Polusi juga memicu pelepasan molekul yang disebut ‘cytokines’ yang mengirim sistem kekebalan tubuh bekerja dengan cepat sehingga menyebabkan peradangan di otak dan tubuh. Penelitian pada tikus menunjukkan bahwa peradangan otak ini juga dapat menyebabkan makan berlebih.

Baca: Asian Games, Kepala Dinas Akui Polusi Udara Jakarta Jeblok

Truk, bus dan mobil diesel menjadi penyumbang polusi yang sangat merusak karena banyaknya nitrogen oksida yang mereka pancarkan. Nitrogen oksida itu dapat berkembang dan dapat mengiritasi paru-paru dalam jangka panjang.

TABLOID BINTANG

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus