Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Lima mahasiswa dari Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) belakangan menciptakan penyaring udara berukuran jumbo yang dinamai The Green Giant Purifier. Inovasi yang akan dipresentasikan dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-37, pada 14–19 Oktober 2024, diklaim bisa mengikis masalah kualitas udara di Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua tim tersebut, Nur Aziza Putri, mengatakan The Green Giant Purifier memiliki diameter 14 meter dan luas 153.938 meter persegi. “Alat ini menggabungkan konsep terarium dengan teknologi renewable energy berupa panel surya untuk sumber listriknya,” ucapnya melalui keterangan tertulis pada Jumat, 13 September 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tim yang juga beranggotakan Kethlin Zaneta, Fitra Mulya Saputra, Ongko Witjaktomo Abiyoga, serta Mustofa Cahaya Wiguna, memanfaatkan tanaman sansevieria dalam rancangan purifier tersebut. Tanaman itu memiliki senyawa aktif untuk mengurangi polutan berbahaya seperti karbon monoksida (CO).
Menurut Nur Aziza, Jakarta sempat menjadi kota dengan kualitas udara terburuk di dunia pada 18 Juni 2024, merujuk US Air Quality index (AQI). Saat itu AQI di DKI menyundul level 219.
“Kondisi ini sangat tidak sehat dan diperparah dengan terbatasnya lahan hijau di kota,” tutur dia.
Selain soal ramah lingkungan, proyek Green Giant Purifier juga diklaim bisa menghemat biaya kesehatan masyarakat. Menurut Nur Aziza, pemerintah bisa menekan kerugian akibat penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) hingga lebih dari Rp 47 miliar jika mengadopsi alat ini. Harga pengerjaan alat itu berkisar Rp 120 juta per unit, namun mampu mengurangi polutan hingga 65 persen
Dia menyebut inovasi penyaring udara ini sudah sesuai dengan konsep berkelanjutan yang sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals), khususnya poin 11 dan 13. Tim mahasiswa dari UI kini berharap proyek tersebut dapat meraih Medali Emas di PIMNAS 2024
“Serta bisa diimplementasikan di dunia nyata, lewat kolaborasi dengan Pemerintah DKI Jakarta,” kata Nur Aziza.
Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB), Ahmad Safrudin, mengatakan polusi udara di wilayah aglomerasi Jabodetabek terus memburuk seiring peningkatan volume kendaraan bermotor. Sayangnya, pemerintah masih menganggap kualitas udara di Jakarta dan sekitarnya tersebut masih tergolong sedang--belum buruk.
Ketika berbincang dengan awak media pada Rabu, 11 September 2023, Ahmad menyebut penyumbang utama polusi udara di Jabodetabek adalah kendaraan bermotor. Jika jumlah penggunaan kendaraan tidak bisa ditahan, KPBB menyarankan pendekatan lain. “Mau tidak mau, yang pertama harus diperbaiki adalah kualitas bahan bakarnya,” kata dia,
Salah satu solusi yang didorong KPBB adalah penyediaan BBM ramah lingkungan yang sesuai teknologi kendaraan berstandar Euro 4. Konsep ini telah diadopsi Indonesia sejak 2018 lewat Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Menurut Ahmad, standar bahan bakar itu nyaris menjadi kenyataan setelah pemerintah lewat Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memutuskan bahan bakar Euro 4 tersedia di wilayah Jabodetabek per 17 Agustus 2024. Namun, terjadi perbedaan pendapat dan ketidaksiapan kementerian yang lain, sehingga tenggatnya dianulir.
Bayu Mentari berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: KLHK Terbitkan Aturan Pelindung Aktivis Lingkungan, ICEL: Tinggal Polri yang Belum Punya