Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Warung Tegal alias warteg tak bisa lepas dalam denyut nadi kehidupan warga Jakarta. Menu-menunya bahkan sejajar dengan popularitas nasi uduk hingga soto betawi. Menariknya, warteg menjadi penjelajahan kuliner. Warteg satu dengan yang lainnya, memiliki kekhususan soal rasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kelezatan warteg itu menginspirasi Sour Sally Group memperkenalkan WOWTEG, sebagai merek usaha waralaba. WOWTEG adalah sebuah kedai makanan dengan inspirasi warteg, namun dengan sistem pengelolaan yang modern.
"Target kami bisa membuka outlet WOWTEG ini bulan Februari atau Maret 2020," kata Pendiri Sour Sally Group Donny Pramono Ie, Rabu, 13 November 2019. Ia menambahkan, bahwa WOWTEG akan mulai membuka gerai di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi.
Saat ini WOWTEG diperkenalkan dalam ajang SIAL Interfood yang berlangsung di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, selama 13-16 November. Donny menjelaskan ide membuat konsep warteg modern karena peluang pasar yang besar.
Menurut dia, warteg telah menjadi budaya untuk memenuhi kebutuhan bersantap sambil duduk bersama. "Kami melihat warteg bukan sekadar tren. Tapi dikunjungi sebagai kebiasaan orang sehari-hari," ujarnya.
WOWTEG, kata Donny, digagas karena ingin membuat sebuah konsep warteg yang memenuhi standardisasi kenyamanan, kebersihan, serta kualitas makanan. Namun, konsep dasar sebagai tempat makan bersama tetap diutamakan. "Orang-orang duduk bersama di kursi panjang berbentuk L," katanya.
Ia menambahkan, WOWTEG menggunakan dua konsep outlet, yaitu kantin dan street level. Untuk kategori street level beberapa lokasi yang dipilih di antaranya mal, perkantoran, rumah sakit, dan berbagai tempat keramaian lainnya.
"Yang street level, misalnya ruko atau lainnya kami bikin kursi L," katanya.
Untuk konsep WOWTEG dengan kontainer, food court, atau kantin akan menyesuaikan. "Kalau yang konsep food court (penataan) kursi bisa berbagi," tuturnya.
Soal menu makanan, WOWTEG membagi dalam dua kategori, yakni klasik Indonesia dan kekinian. Untuk menu klasik Indonesia, di antaranya ayam goreng ketumbar, ayam geprek, semur tahu, telur balado, tempe orek, kentang balado, telur dadar, perkedel kentang, sayur sup.
"Menu yang ada sekarang hanya sebagian. Nanti macam-macam menu lainnya akan diperkenalkan perlahan-lahan sesuai dengan keinginan pasar," ucapnya.
Sedangkan menu kekinian di antaranya ayam goreng Korea, ayam teriyaki, ayam goreng madu, ayam telur asin. Donny menjelaskan menu kekinian itu sengaja masuk dalam daftar makanan untuk memikat minat orang yang ingin menyantap kuliner tersebut, tapi dengan harga yang terjangkau.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
WOWTEG diperkenalkan dalam ajang SIAL Interfood yang berlangsung di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, selama 13 November-16 November 2019. TEMPO/Bram Setiawan
"Kami ingin WOWTEG dekat dengan kaum milenial juga supaya lebih familiar dan murah dibandingkan yang lain," ujarnya. Donny menjelaskan, ihwal harga menu yang ditawarkan sedikit berbeda dibandingkan warteg umum.
Perbedaan harga itu ia anggap wajar, karena WOWTEG menerapkan standardisasi penyajian serta kebersihan makanan dengan sertifikasi Hazard Analysis and Critical Control Points (HACCP), "Harganya sekitar Rp5.000 atau Rp7.000 lebih mahal dari warteg," katanya.
BRAM SETIAWAN