Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Wisatawan Asing Dapat Tiket Domestik Gratis di Jepang, Pelaku Pariwisata Khawatir Overtourism

Maskapai itu mengatakan bahwa tujuan promosi tersebut adalah untuk mempromosikan lokasi-lokasi Jepang yang kurang dikenal.

13 Oktober 2024 | 08.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Japan Airlines memberikan tiket pesawat domestik gratis kepada wisatawan internasional di Jepang. Kebijakan ini dilakukan pada saat ibu kota manga dunia itu mengalami overtourism di beberapa kotanya, karena pelemahan yen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Maskapai itu mengatakan bahwa tujuan promosi tersebut adalah untuk mempromosikan lokasi-lokasi Jepang yang kurang dikenal. Penawaran ini tersedia bagi warga negara Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Thailand, Australia, Vietnam, Filipina, Tiongkok, India, Indonesia, dan Taiwan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Syarat untuk mendapatkan tiket gratis ini adalah transit dari kota utama sebelum 24 jam. Jika lebih dari itu, pelancong yang mendapatkan tiket gratis ini akan dikenakan biaya US$100 atau sekitar Rp1,5 juta dalam bentuk biaya transit.

Menarik Wisatawan ke Kota Kurang Populer

Tujuan utama program ini adalah menarik perhatian ke tempat-tempat wisata yang kurang diminati di luar kota populer seperti Tokyo dan Kyoto. Namun, para ahli khawatir bahwa ini justru akan menjadi bumerang karena bisa menyebabkan lebih banyak orang berkunjung ke tempat-tempat yang sudah jenuh dan memperburuk overtourism.

Saat ini, penelitian World Travel and Tourism Council memproyeksikan Jepang akan meraup pendapatan perjalanan senilai $42 miliar atau Rp653,9 triliun yang memecahkan rekor sebelum tahun berakhir.

"Orang-orang akan terus berbondong-bondong ke tempat-tempat wisata populer seperti Tokyo, terlepas dari tiket gratis, karena tempat-tempat itu merupakan tempat wisata utama," kata Sara Aiko, pendiri agen perjalanan Curated Kyoto, kepada Business Insider.

"Harga hotel telah meroket karena pariwisata, sehingga sulit bagi banyak penduduk setempat untuk menginap di tempat-tempat yang dulu mereka nikmati," kata Aiko.

Ben Julius, pendiri Tourist Japan setuju, mencatat bahwa hampir semua kliennya ingin melihat ikon-ikon seperti Tokyo, Osaka, Kyoto, dan Gunung Fuji, tempat para wisatawan berkumpul sampai mengurangi kenyamanan masyarakat setempat.

"Mayoritas pengunjung adalah pengunjung pertama kali," katanya. "Dan ketika orang mengunjungi Jepang untuk pertama kalinya, mereka tidak akan melewatkan kota-kota yang wajib dikunjungi."

Biaya Tambahan bagi Aisatawan

Selain kemungkinan buruk tersebut, penasihat perjalanan Jepang Amy Thomasson juga berpikir bahwa hal itu dapat membuat turis bingung dan akhirnya tidak jadi melakukannya.

Ia mengatakan bahwa hal itu tidak masuk akal bagi sebagian besar wisatawan karena biaya tambahan yang dikeluarkan untuk menambahkan destinasi baru ke dalam perjalanan awal mereka, belum lagi kemungkinan biaya persinggahan jika mereka memilih untuk tidak melakukannya.

NEW YORK POST | BUSINESS INSIDER

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus