Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tingginya kasus Covid-19 turut menyebabkan rasa cemas dan takut di kalangan masyarakat. Rasa takut membuat masyarakat mudah menelan segala informasi yang berkaitan dengan Covid-19 tanpa mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa waktu lalu, saya mengikuti webinar dari Cek Fakta Tempo tentang meningkatnya berita hoaks terkait kesehatan di internet. Workshop literasi digital ini membuat saya lebih waspada dalam menerima segala informasi. Tidak mau asal terima dan percaya begitu saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam workshop ini, diajarkan bagaimana memverifikasi berita yang beredar di ranah digital. Berikut ini langkah-langkah dalam melakukan verifikasi informasi dari berbagai situs atau website:
- Lakukan pengecekan alamat situs atau website
- Lakukan verifikasi perusahaan melalui dewan pers
- Cek data visual yang ditampilkan
- Lebih waspada jika situs atau website menampilkan iklan yang terlalu banyak
- Bandingkan informasi yang ditampilkan dengan pakem-pakem media mainstream
- Waspada dengan judul-judul yang sensasional dan mengandung unsur clickbait
- Lakukan pengecekan foto dengan Reverse Image Search pada foto utama
- Cek about us
Selain itu, bisa dilakukan verifikasi gambar atau video yang ditampilkan jika sumbernya kurang jelas dan meragukan melalui beberapa tools berikut:
- Reverse Image Search dari Google
- Reverse Image Search dari Yandex
- Reverse Image Search dari Tineye
- Alternatif lain yang bisa digunakan adalah bing.com milik Microsoft atau Baidu
- Verifikasi video menggunakan tools InVID
Setelah mengikuti workshop cek fakta kesehatan yang diselenggarakan oleh Cek Fakta Tempo, saya diingatkan kembali untuk selalu melakukan "saring sebelum sharing", terutama sebelum membagikan sebuah informasi yang belum pasti kebenarannya.
Salah satu informasi yang beredar luas di masyarakat adalah Ivermectin yang dikabarkan memiliki khasiat untuk mengobati Covid-19. Tentu saja dengan adanya informasi ini, banyak orang yang akhirnya mencari bahkan mengkonsumsi obat tersebut agar terhindar dari Covid-19. Padahal, setelah kabar tersebut beredar, terdapat beberapa fakta terkait obat tersebut, berikut beberapa faktanya:
Diindikasikan sebagai Obat Cacing
Di Indonesia, Ivermectin bukanlah jenis obat baru. Obat ini telah tercatat untuk mengobati penyakit akibat cacingan. Bahkan, di negara maju seperti Amerika Serikat, Ivermectin kerap digunakan untuk mengobati gangguan parasit pada hewan.
Lembaga makanan dan obat Amerika Serikat atau FDA pun telah menerima banyak laporan tentang pasien yang akhirnya membutuhkan pertolongan medis setelah melakukan pengobatan mandiri dengan obat tersebut. Memang setelah munculnya kabar bahwa Ivermectin dapat mengobati Covid-19, banyak masyarakat yang mengonsumsi obat tersebut.
Tergolong Obat Keras
Penting untuk diketahui bahwa obat Ivermectin tergolong sebagai obat keras, artinya obat tersebut hanya bisa digunakan berdasarkan resep dokter.
Belum Cukup Bukti
Kecemasan dan rasa takut berlebihan membuat masyarakat berlomba-lomba untuk mendapatkan obat tersebut. Padahal hingga berita tersebut beredar, berbagai otoritas kesehatan telah menyatakan Ivermectin belum terbukti dapat mengobati atau mencegah Covid-19. Memang terdapat riset yang menyatakan potensi antiviral Ivermectin. Namun, jenis penelitian yang dilakukan masih pada tahap awal dan membutuhkan bukti ilmiah yang lebih meyakinkan.
Mengecek kebenaran sebuah informasi atau berita sebenarnya sangat mudah. Skrining awal terhadap sebuah informasi bisa dilakukan dengan logika dan nalar. Jangan sampai mudah terpengaruh untuk menyebarkan sebuah informasi yang belum pasti kebenarannya.
Artikel sudah tayang di Achihartoyo