Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Kegigihan Adnan Buyung Nasution Mendirikan LBH, Soeharto pun Akhirnya Setuju

Hari ini, 88 tahun silam atau tepatnya 20 Juni 1934 merupakan hari kelahiran praktisi hukum Adnan Buyung Nasution. Ia membidani kelahiran LBH.

20 Juni 2022 | 15.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Adnan Buyung Nasution. TEMPO/Nita Dian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini, 88 tahun silam atau tepatnya 20 Juni 1934 hari kelahiran Adnan Buyung Nasution. Pemilik nama lahir Adnan Bahrum Nasution ini adalah seorang pengacara atau advokat sekaligus aktivis pro demokrasi. Nama Adnan Buyung Nasution akan terus dikenang berkat organisasi yang didirikannya, Lembaga Bantuan Hukum atau LBH.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nama tengah Buyung didapatkannya lantaran ia menuliskan namanya dengan ejaan Adnan B. Nasution. Kemudian, karena ia kerap dipanggil Buyung oleh karibnya, inisial “B” yang seharusnya Bahrum itu kemudian menjadi Buyung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pengalaman hidup semasa kanak-kanak menjadikan Buyung sebagai sosok tangguh. Sejak usia 12 tahun, Buyung telah menjalani hidup mandiri bersama adiknya, Samsi Nasution. Buyung menyambung hidup dengan berdagang barang loakan di Pasar Kranggan, Yogyakarta. Sementara ibunya, Ramlah Dougur, membuka usaha es cendol di pasar itu pula.

Ayah Buyung, R. Rachmat Nasution, adalah anggota gerilyawan. Melawan Belanda pada 1947 hingga 1948. Rachmat Nasution bukanlah sosok biasa. Bagi Buyung kecil, sang ayah adalah sosok yang berpengaruh. Rachmat Nasution sendiri, selain dikenal sebagai gerilyawan, tercatat dalam sejarah Indonesia sebagai pendiri kantor berita Antara dan harian Kedaulatan Rakyat. Dia juga merupakan perintis The Time of Indonesia.

Berkat keaktifan sang ayah di bidang politik pula Buyung remaja mengikuti Mobilisasi Pelajar atau Mobpel saat masih SMP. Mobilisasi Pelajar merupakan pasukan yang terdiri dari pelajar di bawah Keresidenan Madiun pada 1948 hingga 1949. Sedikit banyak pasukan ini membantu mempertahankan kemerdekaan Indonesia masa itu. Pasukan ini bergerak secara bergerilya. Dalam kariernya di Mobple, Buyung ikut berdemonstrasi terhadap pendirian sekolah NICA di Yogyakarta.

Buyung mengenyam pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Yogyakarta. Kemudian melanjutkan jenjang sekolah lanjutan tingkat akhir di kota kelahirannya, Jakarta. Buyung bersekolah di SMA Negeri 6 Jakarta. Setelah lulus SMA, Buyung kuliah di jurusan Teknik Sipil, Institut Teknologi Bandung atau ITB.

Tak hanya di ITB, Buyung juga mengenyam pendidikan tinggi di Fakultas Gabung Hukum, Ekonomi, dan Sosial Politik di Universitas Gadjah Mada, kemudian di Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan di Universitas Indonesia, serta Studi Hukum Internasional di Universitas Melbourne, Australia. Buyung juga tercatat sebagai alumni Universitas Utrecht, Belanda.

Saat menjadi advokat, Buyung merasa miris hatinya lantaran banyak tersangka yang pasrah menerima dakwaan. Berangkat dari sana, dia pun menggagas ide mendirikan lembaga yang dapat memberikan bantuan hukum. Sebab, menurut Buyung seseorang yang berstatus tersangka belum tentu menjadi terdakwa. Sehingga mereka membutuhkan pembela. Namun kebanyakan tersangka tidak cukup uang untuk menyewa pengacara.

Ide itu akhirnya terealisasikan setelah Buyung mengenyam pendidikan hukum di Universitas Melbourne. Di sana Buyung belajar tentang pola, model, dan bentuk lembaga hukum. Setelah membekal ilmu dari Australia, Buyung kemudian membagikan idenya itu kepada Kepala Kejaksaan, Agung Soeparto. Namun menurut Agung Soeparto, ide tersebut belum waktunya direalisasikan.

Mendapatkan tanggapan itu, Buyung semakin terpacu untuk mendapatkan banyak persetujuan. Lantas dia pun mencoba mendekati banyak petinggi hukum, seperti Yap Thiam Hien, Lukman Wiryadinata, dan Ali Moertopo. Melalui Ali Moertopo inilah ide mendirikan Lembaga Bantuan Hukum sampai di telinga Presiden Soeharto.

Tak berselang lama, Buyung akhirnya mendapatkan persetujuan dan dukungan dari pemerintah. Tak hanya dari Soeharto, Buyung juga mendapat dukungan Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin. Setelah mendapat banyak dukungan, Buyung kemudian mendirikan LBH yang diidamkannya itu. Lembaga Bantuan Hukum resmi didirikan pada 28 Oktober 1970. Buyung sendiri yang menjadi ketuanya kala itu. Pada acara peresmian, Buyung juga mendapatkan bantuan berupa 10 skuter dari pemerintah.

Adnan Buyung Nasution meninggal di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, pukul 10.15 pada 23 September 2015. Sosoknya disemayamkan di rumah duka Poncol Lestari nomor 7 Lebak Bulus, Jakarta Selatan. Jenazah mendiang Adnan Buyung Nasution dikebumikan di TPU Tanah Kusir, Jakarta Selatan, pada pukul 09.00 WIB. Prosesi pemakaman digelar secara militer oleh Kogartap 1 DKI Jakarta. Pemakaman diadakan secara militer untuk memberikan penghargaan Bintang Mahaputera untuk dedikasi Buyung di bidang hukum.

HENDRIK KHOIRUL MUHID 

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus