Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

iklan

Beyond Coal, Transformasi Bukit Asam Menuju Perusahaan Energi dan Kimia Kelas Dunia

Perseroan menargetkan 50 persen pendapatan perusahaan dari bisnis energi pada 2026.

14 Agustus 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kiprah panjang PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang tahun ini genap berusia 40 tahun bakal menjadi milestone bagi perusahaan untuk memulai transformasi menjadi perusahaan energi dan kimia berkelas dunia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Itu ditandai dengan tagline Beyond Coal yang merupakan spirit baru perusahaan, sekaligus menjadi panduan segenap keluarga besar PTBA dalam menjalani transformasi di era yang penuh disrupsi saat ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Direktur Utama PTBA Suryo Eko Hadianto mengungkapkan melalui tagline Beyond Coal perusahaan akan memasuki era baru yang tidak lagi hanya sekadar perusahaan tambang, tak semata mengandalkan batu bara tetapi akan sepenuhnya bertransformasi menjadi perusahaan energi.

Suryo Eko Hadianto, Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Suryo mengatakan PTBA telah bersiap masuk ke industri hilir seperti pembangkit listrik dan juga energi baru terbarukan yang merupakan masa depan energi dunia. Bagi PTBA, tagline Beyond Coal merupakan semangat transformasi ke energi baru terbarukan sesuai kesepakatan Paris Agreement.  

“Ini tanggung jawab perusahaan untuk menyelamatkan kehidupan dan lingkungan hidup di masa mendatang,” kata Suryo.

PTBA telah menyusun strategi dan kesepakatan bersama tentang tahapan-tahapan menuju perusahaan energi dan kimia kelas dunia yang peduli kelestarian lingkungan. “Kita bagi dalam beberapa step yang saya sebut sebagai pemberhentian, agar kita tidak lari kemana-mana,” ujar Suryo yang merupakan sarjana matematika UGM ini.

Pada lima tahun pertama, PTBA akan memulai masuk ke era perusahaan energi. Sehingga nanti pada 2026, capaian itu akan ditandai dengan  porsi revenue dari lini bisnis energi akan mencapai 50 persen. Perusahaan, kata Suryo masih tetap jualan batu bara, namun pendapatan perusahaan juga akan masuk dari jualan listrik. “Ini adalah destinasi pertama kami,” kata Suryo yang telah berkarir di Bukit Asam selama 30 tahun.

Salah satu upaya PTBA untuk menjadi perusahaan energi adalah dengan membangun pembangkit listrik mulut tambang PLTU. Dari bisnis pembangkit ini, perusahaan akan mendapatkan keuntungan end to end, mulai dari tambang hingga ke listrik yang dihasilkan pembangkit.

Menurut Suryo ini adalah cara transformasi PTBA yang tidak asal lompat tapi tetap mengamankan core bisnis perusahaan yang selama ini sudah berjalan. Salah satu proyek terdekat, PLTU Sumsel 8 diproyeksikan pada triwulan I 2022 sudah masuk ke dalam jaringan transmisi PLN.

Di sektor energi baru terbarukan, PTBA juga telah memulai mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS. Transformasi ini dilakukan secara hati-hati dengan tetap memperhatikan kekuatan yang menjadi modal utama PTBA.

Suryo mengungkapkan di atas lahan-lahan bekas tambang yang menjadi aset perusahaan akan disulap menjadi PLTS. Transformasi ke sektor energi baru terbarukan ini akan dilakukan secara terukur. Perusahaan telah merintis PLTS di sejumlah wilayah di Lampung, Sumatera Selatan dan Sumatera Barat untuk memompa air guna keperluan irigasi masyarakat.

Ilustrasi alat berat yang digunakan di area tambang PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

PTBA juga telah melakukan pilot project pembangunan PLTS dengan AP2 di Bandara Soekarno Hatta yang telah COD pada Oktober 2020 yang lalu. PTBA juga berencana mengembangkan biofuel dari perkebunan sawit yang berdiri di atas lahan eks tambang.  

Pada saat yang sama, PTBA juga telah memulai pengembangan DME atau Dimethyl Ether sebagai alternatif pengganti Liquified Petroleum Gas atau LPG yang amat bergantung dengan impor. “DME ini kita bicara soal kemandirian bangsa,” katanya.

Perjanjian induk pengembangan DME telah diselesaikan oleh Pertamina (Persero), PT Bukit Asam Tbk. (PTBA), dan Air Products & Chemicals Inc. (APCI). Proyek DME ini adalah upaya negara untuk lepas dari ketergantungan dari impor LPG.

Suryo menegaskan PTBA dalam operasionalnya selalu memadukan aspek profit, planet, dan people. Perusahaan, kata dia, harus membawa peradaban dan kesejahteraan bagi masyarakat dan daerah tempat operasional perusahaan. 

Selama pandemi, Perseroan memberikan bantuan kepada masyarakat di sekitar wilayah operasi baik berupa uang, obat-obatan, pembagian alat kesehatan, fasilitas rumah sakit yang totalnya senilai lebih dari Rp 30 miliar

PTBA juga ikut membangun visi Tanjung Enim sebagai kota wisata. Sejumlah destinasi dibangun oleh perusahaan, seperti kebun binatang dan museum tambang batu bara terlengkap di Asia Tenggara. Sebuah museum kekinian yang dekat dengan anak muda yang memberi rekam jejak sejarah Tanjung Enim. Wajah Kota Tanjung Enim juga diubah, menjadi lebih tertata dan bersih. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus