Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Tanaman singkong dijadikan komoditas yang berguna sebagai cadangan logistik strategis untuk pertahanan negara Indonesia. “Karena tanaman singkong memiliki daya adaptasi lingkungan yang tinggi dan tidak memerlukan infrastruktur yang rumit,” kata Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan RI, Letnan Jenderal TNI Ida Bagus Purwalaksana, dalam diskusi Ngobrol@Tempo bertajuk Cadangan Strategis Pangan untuk Kekuatan Pertahanan Indonesia yang disiarkan secara langsung di channel Youtube Tempodotco, Selasa, 28 September 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain Ida Bagus, Guru Besar Institut Pertanian Bogor Iswandi Anas Chaniago, Guru Besar Universitas Jember Achmad Subagio dan pengamat pertahanan dan hubungan internasional Ian Montratama hadir sebagai pembicara dalam acara ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bila dikelola dengan baik, tanaman singkong dapat digunakan dalam spektrum yang lebih luas. Selain sebagai bahan pangan manusia, tanaman singkong juga bisa digunakan sebagai pakan ternak, bahan farmasi, dan bahan bio-industri lainnya.
Saat ini Kementerian Pertahanan sedang mengerjakan program Cadangan Logistik Strategis tanaman singkong seluas 30 ribu hektare di Kalimantan Tengah. Program penanaman singkong didasari oleh peran pangan sebagai alat strategis dalam pertahanan suatu negara.
Ida Bagus menjelaskan pada dasarnya pangan dapat digunakan sebagai senjata yang sama kuatnya dengan sumber daya pertahanan lainnya. Ia mencontohkan, pada Juni 2020 sejumlah negara mengerem beberapa ekspor komoditasnya ke negara lain. Untuk negara yang bergantung pada komoditas impor negara lain, hal ini menjadi potensi ancaman yang serius.
Letjen TNI Ida Bagus Purwalaksana, Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan RI
Untuk itulah program pengerjaan cadangan logistik strategis tanaman singkong dilakukan oleh Kementerian Pertahanan. “Pemenuhan hak pangan rakyat adalah masalah strategis yang menyangkut jatuh bangunnya sebuah negara,” kata Ida Bagus.
Program cadangan logistik strategis singkong merupakan bagian dari kebijakan food estate, salah satu Program Strategis Nasional 2020-2024 yang dicanangkan Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan kemandirian pangan. Food estate dipimpin oleh Kementerian Pertanian dan dilaksanakan bersama kementerian-kementerian lain, di antaranya Kementerian Pertahanan.
Di bawah Kementerian Pertahanan, pengembangan pangan sebagai pendukung pertahanan negara dilakukan dalam situasi yang bersifat darurat, seperti bencana alam, wabah berkepanjangan, dan kondisi gawat lainnya. Sementara Kementerian Pertanian menjalankan program ketersediaan pangan dalam kondisi normal.
Pengamat pertahanan dan hubungan internasional, Ian Montratama, mengatakan cadangan pangan suatu negara memang dapat menjadi alat perang yang strategis. Di Indonesia, peran pangan di bidang pertahanan ini berkaitan dengan sistem pertahanan dan keamanan rakyat semesta yang dianut oleh TNI. “Ketika pasukan kita ada di hutan untuk perang gerilya, kantong-kantong logistic panganlah yang akan mendukung pasukan,” kata Ian.
Guru Besar Universitas Jember, Achmad Subagio, bahkan mencontohkan, kemenangan perang Jenderal Sudirman ditentukan oleh tanaman singkong. “Saat Jenderal Sudirman bergerilya, masyarakat mendistribusikan singkong kepada tentara,” kata dia.
Dia juga menjelaskan kemungkinan perang tidak bisa dipandang sebelah mata. Potensi perang antara Cina dan Amerika Serikat bisa saja terjadi di Laut Cina Selatan. Jika ini terjadi, Indonesia dapat terkena dampak terhambatnya impor sejumlah komoditas.
Dari sisi kegunaan dan pengolahan, Guru Besar Institut Pertanian Bogor Iswandi Anas Chaniago sepakat tanaman singkong dijadikan cadangan logistik strategis. Selain merupakan sumber karbohidrat yang sehat karena bersifat gluten-free, singkong juga tak sulit ditanam. “Menanam singkong tidak memerlukan tanah yang subur sekali, dan dapat ditanam di lahan terbatas,” kata tim pakar Masyarakat Singkong Indonesia ini.
Iswandi menambahkan, singkong sebagai pangan pengganti beras saat ini diperlukan karena luas baku tanah sawah di Indonesia semakin menyusut.