Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Transportasi umum di Jakarta diklaim sudah mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini disampaikan langsung oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kepada Tempo dalam wawancara yang berlangsung Senin (10/1). Setidaknya, ada tiga indikator peningkatan kualitas transportasi umum di Jakarta yang disebutkan oleh Anies, yakni integrasi, jangkauan, dan jumlah pengguna kendaraan umum (ridership).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anies menegaskan, perubahan yang terjadi pada transportasi umum di Jakarta bukanlah moda atau jenis kendaraan umum yang beroperasi di Ibu Kota, melainkan sistem integrasi antar moda yang kini saling berkesinambungan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Penggunaan mikro bis, bis menengah, bis besar, Bus Rapid Transit (BRT), kereta api, kemudian MRT adalah transportasi massal yang sudah ada lama di Jakarta. Dalam 4 tahun terakhir, kita melakukan proses pengintegrasian. Jadi, yang baru di dalam transportasi Jakarta itu bukan modanya, tapi integrasinya,” jelas Anies.
Sebelumnya, menurut Anies, moda-moda transportasi tersebut memang sudah beroperasi di jalanan Jakarta, namun masih belum terintegrasi satu dengan yang lainnya. Integrasi yang dimaksud di sini meliputi sejumlah aspek, termasuk rute, sistem tiket, serta manajemen.
“Jika tiga (aspek) itu terintegrasi, maka publik akan bisa mendapatkan pelayanan transportasi umum yang nyaman,” sambung Anies.
Kehadiran TransJakarta digadang-gadang dapat dengan efektif menggerakkan masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal.
Poin kedua yang tak kalah penting sebagai komponen perubahan transportasi Jakarta adalah jangkauan. Anies memaparkan perbandingan jangkauan kendaraan umum massal di Jakarta tahun 2016 dengan saat ini. Disebutkannya, jangkauan kendaraan umum tahun 2016 adalah 42 persen. Namun sekarang, wilayah Jakarta yang sudah terjangkau kendaraan umum massal sudah meningkat menjadi 82 persen. Hal ini menjadi gambaran bahwa masyarakat Jakarta kini dapat dengan lebih mudah menjangkau hampir seluruh wilayah di Jakarta menggunakan kendaraan umum.
Ridership atau angka pengguna kendaraan umum menjadi poin terakhir yang disebutkan oleh Anies. Jika dibandingkan dengan tahun 2016, jumlah pengguna kendaraan umum harian pada saat itu sekitar 350.000 per hari. Angka tersebut naik secara signifikan pada saat awal pandemi masuk awal tahun 2020, yakni menjadi satu juta.
“Sesudah pandemi kita tentu harus mengurangi kapasitas. Tapi (angka) itu menggambarkan bahwa di awal pandemi saja sudah satu juta pengguna kendaraan umum,” tambah Anies.
Merangkum data-data tersebut, menurut Anies kata kunci yang tepat untuk menggambarkan perubahan transportasi di Jakarta adalah integrasi. Didukung dengan perluasan jangkauan transportasi umum dan pertambahan penggunanya, maka integrasi antar moda transportasi menjadi faktor yang sangat penting bagi kemajuan transportasi Jakarta.
“TransJakarta sudah ada sejak zaman Pak Sutiyoso. Kemudian Kopaja, mikrolet, itu semua sudah ada puluhan tahun, tapi tidak beroperasi sebagai satu sistem terintegrasi. Itu kebaruan yang ada dan itu yang kemudian membuat jumlah pengguna kendaraan umum massal itu meningkat signifikan,” kata Anies.
Meskipun sudah sesuai dengan target yang ditetapkan untuk saat ini, namun Anies mengatakan bahwa integrasi transportasi Jabodetabek yang sudah berjalan selama ini masih jauh dari harapan yang harus bisa lebih tinggi dari target.
Anies berharap, ke depannya jumlah proporsi pengguna kendaraan pribadi dan kendaraan umum bisa turut diubah. Targetnya pada tahun 2030 atau lebih cepat, proporsi pengguna kendaraan umum bisa mencapai 75 persen, dan pengguna kendaraan pribadi bisa ditekan di angka 25 persen dari mobilitas.
“Tapi untuk bisa ke sana, kita terus membangun integrasinya. Sekarang misalnya, kalau dalam jangkauan jalan kaki 500 meter ada kendaraan umum, maka mungkin orang akan pilih naik kendaraan umum. Tapi kalau naik kendaraan umum harus jalan kaki 3 kilometer dari rumah, ya enggak mau naik kendaraan umum. Jadi itu PR yang harus kita tuntaskan,” kata Anies.
Kehadiran TransJakarta digadang-gadang dapat dengan efektif menggerakkan masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal.
Dalam mencapai harapan tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bersama pihak-pihak terkait tengah membangun infrastruktur pendukung integrasi. Anies memberikan contoh stasiun-stasiun di Jakarta yang sedang diintegrasikan dengan angkutan umum. Beberapa di antaranya seperti Stasiun Tebet, Tanah Abang, atau Sudirman bahkan sudah rampung.
Hingga saat ini, sudah ada total 8 stasiun yang sudah terintegrasi dengan transportasi umum. Namun, Anies merasa ke depannya hal seperti itu perlu lakukan di semua stasiun yang ada di Jakarta dalam rangka penyiapan sarana integrasi.
Selain itu, Pemprov DKI Jakarta juga tengah merencanakan sistem ticketing yang bisa dipakai oleh semua moda transportasi. Nantinya, masyarakat dapat menggunakan satu sistem pembayaran yang bisa dipakai selama 3 jam. Jadi, meski penumpang berpindah-pindah kendaraan umum, selama tidak melebihi batas waktu 3 jam, maka penumpang hanya perlu melakukan satu kali pembayaran. Anies menegaskan, ketika hal tersebut sudah tuntas, maka semua moda transportasi umum di Jakarta akan terintegrasi 100 persen.
“Integrasi itu mempertimbangkan semua rute tersambungkan, payment tersambungkan, manajemen tersambungkan, lalu inklusif. Kalau kita lihat fasilitas-fasilitas kendaraan umum kita makin hari makin akomodatif pada kebutuhan kelompok yang perlu perhatian, yakni penyandang disabilitas, lansia, ibu hamil, dan anak-anak. Bila 4 kelompok ini terlayani dengan baik, maka semua orang insyaallah akan terlayani dengan baik,” pungkas Anies.(*)