Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Kementerian Sosial menggelar pelatihan kewirausahaan bagi 120 penyandang disabilitas dan kelompok rentan di Sentra Efata di Kupang pada 26 Februari hingga 3 Maret 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Sentra Efata, Tota Oceanna mengatakan pelatihan selama tujuh hari merupakan instruksi langsung Menteri Sosial Tri Rismaharini. “Kami sedang mengejar agar PM (penerima manfaat) di Sentra Efata cepat graduasi,” ujarnya saat ditemui tim wartawan, 27 Februari 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Graduasi atau lulus dari penerima manfaat sehingga mampu mandiri, merupakan tujuan program PENA, singkatan dari Pahlawan Ekonomi Nusantara. Program ini digulirkan untuk membantu penerima bantuan sosial agar dapat mengembangkan kewirausahaan.
Kemensos melalui sentra-sentra yang ada di berbagai daerah memberikan pelatihan serta bantuan usaha. Program PENA menawarkan dukungan penguatan usaha serta penguatan produksi dengan jumlah bantuan sebesar Rp 5-6 juta per Keluarga Penerima Manfaat (KPM).
Adapun pada pelatihan di Sentra Efata, terdapat sejumlah kelas antara lain pengolahan makanan siap saji, pengolahan kopi, dan pastry. Para peserta pelatihan berasal dari Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Belu, Malaka, Sikka, dan Kabupaten Timor Tengah Utara, serta PM residensial di Sentra Efata.
Dalam upaya mempercepat graduasi, para peserta pelatihan akan diikutsertakan dalam Bazaar Ramadhan mendatang. “Supaya mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang marketing,” kata Tota.
Gedung Sentra Efata, (TEMPO) Sandy Prastanto).
Kendati penerima manfaat nanti sudah berhasil graduasi, Tota memastikan tidak serta merta memutus layanan. Para PM akan dimonitor hingga penghasilannya mencapai Upah Minimum Kabupaten atau UMK.
Sebagai contoh, ada satu residensial (penerima manfaat yang tinggal di Sentra Efata) yang telah menuai hasil dari pelatihan desain grafis. Pendapatannya cukup tinggi dari usaha tersebut, namun tetap dimonitor selama beberapa bulan.
“Tidak tahu kalau suatu ketika ada bencana atau pendapatannya menurun, kan? Jadi kita kontrol terus agar benar-benar bisa mandiri” ujat Tota.
Monitoring di kawasan Indonesia Timur memiliki tantangan tersendiri, terlebih jika peserta pelatihan berasal dari luar pulau. Untuk mensiasati itu, Tota menjelaskan Kemensos mengikutsertakan para pendamping kabupaten secara proporsional dalam pelatihan. "Para pendamping akan membimbing dan memantau lima peserta. Jika kami ingin mengetahui perkembangan usaha para peserta, kami akan menanyakan kepada pendampingnya,” Kata Tota.
Lebih lanjut, Tota mengatakan progres graduasi dipantau langsung oleh Mensos Risma. Setidaknya Sentra harus melaporkan progres usaha PM secara mingguan kepada Mensos. Meskipun tidak membuat target, namun harapannya PM sudah dapat menjual produknya dalam tiga bulan ke depan.
“Mudah-mudahan tiga bulan ke depan itu paling nggak ya 20, masa sih kami nggak bisa. Kami berusaha,” kata dia. (*)