Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Iklan

Kementan Siapkan Benih Sumber Kedelai Yang Adaptif Lingkungan Tropis

Benih sumber kedelai hasil Balitbangtan dapat menghasilkan produk lebih banyak. Penyebaran dan pengembangan di berbagai wilayah dapat membantu pemenuhan kebutuhan kedelai nasional.

 

 

26 Februari 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kementerian Pertanian menyiapkan benih kedelai sumber yang sudah adaptif terhadap berbagai kondisi agroklimat di lingkungan tropis. Peneliti ahli utama Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi Balitbang Kementan, M Muchlish Adie, mengatakan benih sumber tersebut memiliki keunggulan yang mampu menghasilkan produk di atas rata-rata. Jika dikalkulasi, satu ton benih sumber kedelai untuk kebutuhan lahan seluas 20 hektare, atau 50 kg benih sumber per hektare.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Selama ini setiap tahun kami menyebarkan 30 ton benih sumber kedelai berbagai varietas, untuk dikembangkan kembali para penangkar benih, sebelum menjadi benih siap tanam untuk kedelai konsumsi" ujar Muchlish, Jumat, 25 Februari 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia optimistis target pemerintah memenuhi kebutuhan kedelai lokal dapat diwujudkan secara cepat, namun tetap bertahap. Asalkan, kata Muchlish, semua pihak ikut terlibat dan mendukung kemampuan bangsa sendiri dalam menghasilkan produksi berkualitas.

"Kedelai itu asal usulnya memang dari daerah sub tropis. Dari semua tanaman pangan, yang pertama di lepas itu kedelai tahun 1918. Sampai sekarang sudah hampir 100 tahun dan cocok sekali dengan kondisi Indonesia. Kami sudah mengembangkan 114 varietas kedelai yang cocok dengan kondisi iklim kita. Kalau banyak orang yang menilai hasilnya gagal karena kondisi sub tropis, saya kira itu salah besar," tutur Muchlish.

Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, Muchlish optimistis dengan pemetaan lokasi penangkar benih yang tersebar di beberapa propinsi mampu menyuplai benih. “Bulan Januari hingga Maret biasanya masa penyiapan benih. Nanti pada Juni/Juli puncaknya produksi kedelai. Sentra kedelai di 10 propinsi saya yakin bisa bagus produksinya,” ujar dia.

Muchlish menuturkan, untuk mendapatkan produksi kedelai yang optimal tergantung pada strategi populasi benih yang ditanam pada satu hektare lahan. Idealnya petani menanam dengan populasi 250 ribu tanaman dalam satu hektare. “Yang sering terjadi populasinya hanya 150 ribu tanaman, dan akhirnya tidak maksimal. Untuk itu kami dari Balitbangtan perlu melakukan pendampingan pada petani,” ujarnya.

Keberadaan sumber benih mandiri memang diperlukan di sentra pertanian kedelai. Tujuannya untuk mengurangi ketergantungan pada benih luar daerah, serta kemampuan memenuhi kebutuhan lokal. "Kalau bisa setiap provinsi mampu menyediakan benih sendiri. Kita bisa kok menyuplai benih sumbernya. Kan kita punya BPTP di setiap provinsi yang selalu ada penangkarnya dan bisa menjadikan benih sumber," kata Muchlish.

Keberhasilan budidaya kedelai yang berkualitas tinggi, ia melanjutkan, juga perlu keterlibatan offtaker. Keberadaan offtaker yang akan membantu petani dan juga negara dalam mengelola pertanian khusus kedelai secara bagus. "Harus ada keterlibatan offtaker karena negara tidak memiliki banyak uang untuk benih BR (benih tanam konsumsi). Petani perlu diberikan jaminan harga yang baik sehingga terus bersemangat bertani. Pola tanam diatur dengan baik dan menguntungkan petani,” ucap Muchlish. (*)

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus