Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Provinsi Lampung berada di posisi strategis yang menghubungkan Sumatera dan Jawa. Sebagai daerah agraris, provinsi yang dijuluki “Sai Bumi Ruwa Jurai” menjadi lumbung pangan nasional yang memasok kebutuhan daerah lain. “Masyarakat Lampung sebanyak 9,2 juta jiwa, 70 persen ada di wilayah pedesaan bekerja di sektor pertanian,” kata Gubernur Lampung Arinal Djunaidi dalam bincang-bincang Teras Negeri Tempo, Kamis, 16 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arinal mengatakan produksi beras Lampung mencapai 3,2 juta ton per tahun. Sedangkan konsumsi beras di wilayahnya mencapai 1,2 juta ton. “Sisanya, kami berikan untuk kebutuhan nasional,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beras Lampung dikirim ke sejumlah provinsi, seperti Jakarta, Bangka- Belitung hingga Sumatera Barat. “40 persen kebutuhan beras Jakarta, kami yang pasok. Produksi Lampung untuk kepentingan nasional,” ucap Arinal.
Selain beras, kata dia, Lampung juga menjadi produsen jagung nomor empat seluruh Indonesia. Hasil produksi dikirim ke beberapa wilayah di Sumatera dan Jawa. Selain itu, Lampung sebagai penghasil hortikultura seperti pisang, singkong dan nanas nomor satu dunia. Arinal menyebut kegiatan pertanian di Lampung berkontribusi kepada Indonesia dan dunia.
Adanya pelabuhan juga menunjang untuk pemenuhan kebutuhan antarpulau. Arinal meyakini hasil pertanian yang dibawa melalui kapal laut biayanya jauh lebih murah dibandingkan darat. “Begitu juga untuk ekspor, kami punya pelabuhan taraf internasional yaitu Pelabuhan Panjang, sehingga mudah-mudahan hasil produksi ini tidak mengalami kesulitan,” ujarnya.
Arinal mengakui mempertahankan Lampung sebagai lokomotif pertanian nasional tak mudah. Sejumlah tantangan harus dihadapi provinsi ini, khususnya regenerasi petani. “Kami memberikan pelatihan teknis dan nonteknis kepada para petani untuk mengembangkan produksi, tetapi usia petani tidak muda lagi,” ucapnya.
Sedangkan generasi muda di Lampung saat ini enggan turun ke kebun dan sawah. Untuk itu, Arinal sedang menggagas program agar anak muda mau menjadi petani. “Kami mengupayakan anak muda di desa kepastian pendapatannya dibandingkan ke luar desa,” ujar Arinal.
Salah satu program yang mendorong pemberdayaan ekonomi desa adalah dengan membentuk badan usaha milik desa atau bumdes, pemberian kartu petani Berjaya dan pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Bumdes diharapkan dapat membuka peluang usaha anak muda di kampung sehingga menjadi lebih mandiri.
Arinal menjelaskan program membangun desa yang digagasnya dengan menyediakan agunan kredit kepada petani. Karena selama ini akses permodalan untuk petani masih sulit.
Dia juga mengajak generasi muda lulusan perguruan tinggi kembali ke desa karena memiliki lapangan kerja melalui program smart village. Selain itu, Arinal juga menggagas desa bebas korupsi. “Agar mengelola dana desa dengan baik dan membangun desa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi,” tuturnya.
Adapun program menjadikan Lampung sebagai pusat lumbung nasional, pemerintah provinsi kini getol melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi untuk menghasilkan bibit-bibit unggul. Selain itu, dia berharap kebutuhan petani dapat diketahui dalam empat bulan agar dapat dibuat perencanaan dan tidak terjebak dalam penggunaan sarana produksi yang berlebihan.
Sedangkan strategi yang diterapkan menjadikan Lampung sebagai lumbung pangan, pertama, kesiapan produksi harus berlanjut, kedua, ketersediaan infrastruktur untuk percepatan transportasi. Ketiga, penggunaan teknologi informasi agar pemasaran tidak tergantung dengan pedagang, pengumpul atau kegiatan bisnis yang tidak bertanggungjawab.