Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL – Puluhan komentar membanjiri unggahan akun TikTok @tukangjalanborneo tentang Jembatan Cinta di Pulau Tidung. “Jembatannya udah bagus skrng, dulu gua terakhir ke sana jembatannya kayu warna pink,” tulis @MoF yang terpesona dengan perubahan di Pulau Tidung dalam video yang telah dilihat lebih dari 52 ribu tayangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Revitalisasi di Kepulauan Seribu terus digencarkan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selama beberapa tahun terakhir. Bukan hanya lokasi wisata, tapi juga perbaikan pelabuhan atau dermaga sebagai penunjang transportasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi DKI Jakarta Syafrin Liputo mengatakan, sepanjang 2023 ada empat dermaga yang masuk proyek revitalisasi, yakni Pelabuhan Pulau Kelapa, Pulau Sebira, Pulau Tidung (gedung terminal), dan Pelabuhan Pulau Pramuka. ”Untuk kegiatan Tahun Anggaran 2022 ada empat yang direvitalisasi dan sudah selesai tiga,” ujarnya kepada Tempo, Kamis, 12 Oktober 2023.
Adapun pengerjaan revitalisasi di Pelabuhan Pulau Pramuka berlangsung di terminal pelabuhan serta Jembatan Penyeberangan Orang (JPO). Selanjutnya, untuk Pulau Bira, dengan merevitalisasi gedung, membenahi mekanikal elektrikal dan plumbing, SWRO (Sea Water Reverse Osmosis System), hingga perbaikan pagar.
Di Pulau Pari, selain dermaga, revitalisasi yang dikerjakan selain juga mencakup pengerukan kolam labuh, pengerjaan breakwater serta pengerjaan dinding penahan tanah (sheat pile).
Dari tiga pulau tersebut, Pulau Tidung Lanjutan yang paling banyak berlangsung proyek revitalisasi. Mulai dari pembenahan terminal, pos jaga, kantin, mess karyawan, musala, ruang penjemputan, pengerukan kolam labuh zona 2, dermaga apung, hingga pengerjaan Ground Water Tank (GWT) dan ruang pompa.
Revitalisasi ini, lanjut Syafrin, tentunya dapat membawa berbagai manfaat. Antara lain lebih terjamin akses embarkasi dan debarkasi penumpang, selain mempermudah kapal tradisional untuk bersandar dengan aman. Selain itu, pastinya mempermudah akses perekonomian dan mendorong kebangkitan pariwisata.
“Diharapkan dapat semakin mempermudah konektivitas angkutan dari daratan Jakarta menuju ke Kepulauan Seribu dan sebaliknya melalui integrasi antarmoda,” kata Syafrin.
Perubahan di Kepulauan Seribu diakui pendiri paket perjalanan wisata Bee Adventure, Whisnu Bhakti, yang memulai usahanya sejak 2014 dan kerap membawa pelanggan berkeliling di pulau-pulau tersebut. “Makin baik dan teratur, tidak seperti dulu,” ucapnya saat dihubungi via telepon, Jumat, 13 Oktober 2023.
Whisnu memberi contoh, pada awal usahanya ia sering khawatir memikirkan keselamatan pengguna paket wisatanya. Kapal penyeberangan selalu sarat penumpang dan tak jarang ia harus bersiaga di haluan melihat kondisi laut. “Pernah kok, karena terlalu penuh, posisi kapal jadi nungging,” ujarnya.
Namun, beberapa tahun terakhir ini, kondisinya semakin baik. Kuota penumpang telah dibatasi sesuai kapasitas. Pulau-pulau yang menjadi kunjungan wisata juga semakin bagus kondisinya.
Bee Adventure, tambah Whisnu, menyediakan paket wisata murah meriah ke Kepulauan Seribu. Peserta bisa langsung berkumpul di Dermaga Marina, Ancol, atau Pelabuhan Muara Angke, Jakarta Utara, kemudian baru menyeberang menggunakan kapal penumpang ke pulau-pulau utama, seperti Pulau Pramuka, Pulau Tidung, dan Pulau Harapan. Dari sana, lalu menyewa perahu ke pulau-pulau lainnya jika ingin berkemah.
“Kalau dahulu masalahnya banyak. Selain kapal penumpang membludak, Pelabuhan Muara Angke juga masih gabung untuk kapal nelayan, jadi semrawut. Sekarang kan sudah dipisah, Pelabuhan Muara Angke untuk penumpang di Kali Adem,” tutur Whisnu.
Di Kali Adem sudah terdapat halte bus Transjakarta, sehingga peserta tur dapat mencapai titik kumpul dengan mudah. “Enak kok, busway ada dari Stasiun Kota, cukup bayar 3.500 rupiah. Kita juga kalau trip singkat, pulang sore enggak khawatir, karena masih ada angkutan publik,” papar Whisnu.
Ia berharap, jumlah armada Transjakarta ditambah lagi, agar penumpang tidak menunggu terlalu lama. “Sejak pandemi, armadanya berkurang drastis. Sekarang kita bisa nunggu sampai 1 jam. Padahal, sekitar tahun 2019 masih banyak bus, bisa 15 menit sekali. Terpaksa kita pakai ojol (ojek online). Tarifnya jauh lebih mahal, bisa 30-40 ribu rupiah ke Stasiun Kota,” beber Wishnu.
Integrasi moda transportasi perairan juga menjadi sorotan Wakil Ketua Pemberdayaan dan Penguatan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno. Di satu sisi, ia mengapresiasi upaya keras Pemprov DKI Jakarta yang terus membenahi berbagai sarana dan prasarana. “Bagus sekali membenahi pelabuhan dan dermaga. Memang itu harus, karena efeknya besar untuk perekonomian,” ucapnya kepada Tempo, Jumat, 13 Oktober 2023.
Namun, Djoko mengingatkan kembali, penting pemerataan integrasi transportasi publik. “Sekitar lebih dari 95 persen kawasan perumahan di Bodetabek (Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) tidak memiliki akses layanan transportasi umum,” ungkapnya. Hal ini menyebabkan kesulitan Jakarta mengatasi problem kemacetan.
Belakangan, sejumlah komunitas dan pemerhati transportasi mengusulkan pemanfaatan Banjir Kanal Timur maupun sungai-sungai besar di Jakarta menjadi alternatif pengurai kemacetan. Caranya melalui keberadaan moda transportasi air.
Model ini sejatinya telah dimulai selama dua periode Gubernur Sutiyoso (1997-2007), kemudian dilanjutkan pada era Gubernur Joko Widodo, namun tidak berjalan maksimal. “Karena tidak dibentuk demand-nya,” tutur Djoko.
Kebutuhan pasar, kata Djoko, dapat terbentuk ketika pemerintah menyediakan transportasi air yang layak dan nyaman, selain menyiapkan dermaga-dermaga yang terintegrasi dengan moda transportasi lainnya. “Contohlah Kalimantan di Pontianak atau Banjarmasin yang sudah cukup bagus integrasi antarmodanya. Kalau perlu contoh juga Aceh yang menyediakan armada bus gratis untuk warga,” ujarnya.
Dalam peta jalan (roadmap) Dinas Perhubungan DKI Jakarta 2024-2030, sebenarnya Pemprov DKI terus mempersiapkan transportasi air di kawasan tengah kota. “Kami sedang mengajukan untuk tahun 2024 rencana anggaran penyusunan Feasibility Study Pergerakan Angkutan Sungai di Wilayah Provinsi DKI Jakarta. Sedangkan proses penganggaran masih menunggu persetujuan DPRD,” kata Syafrin.
Tujuan feasibility study atau studi kelayakan dalam rangka mencari alternatif transportasi selain transportasi darat serta menjadi solusi kemacetan dan mengurangi polusi udara yang terjadi di Jakarta.
“Dari hasil feasibility study ini dapat memberikan analisa-analisa terkait pergerakan angkutan sungai, danau, maupun penyeberangan di wilayah DKI Jakarta. Kemudian dari hasil tersebut, dapat memberikan gambaran berupa alat transportasi air yang dapat digunakan di sungai, kanal banjir, maupun sodetan Ciliwung,” tutur Syafrin. (*)