Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Ada Pameran Instalasi Seni di Bandara Soekarno-Hatta, Bentuk Komitmen Wujudkan Green Airports

Kampanye melalui pameran seni instalasi maupun penerapan tata kelola green airports di Bandara Soekarno Hatta dapat diaplikasikan ke bandara-bandara lainnya

12 September 2024 | 12.12 WIB

Direktur Komersial Injourney Airports M. Rizal Pahlevi, Direktur SDM dan Digital InJourney Herdy Harman, Direktur Kreatif Felix Tjahyadi, Founder Sejauh Mata Memandang Chitra Subyakto, dan melalui daring, Forest Conservationist Farwiza Farhan saat kegiatan Injourney Airports, 
Dok. TEMPO
Perbesar
Direktur Komersial Injourney Airports M. Rizal Pahlevi, Direktur SDM dan Digital InJourney Herdy Harman, Direktur Kreatif Felix Tjahyadi, Founder Sejauh Mata Memandang Chitra Subyakto, dan melalui daring, Forest Conservationist Farwiza Farhan saat kegiatan Injourney Airports, Dok. TEMPO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

INFO NASIONAL – Sebuah pemandangan tak biasa terlihat ketika memasuki gate 3 di Terminal 3 Keberangkatan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten. Ada instalasi seni menyerupai bentuk bola dunia dengan ukuran besar terpasang di sana. Menggunakan potongan kain yang disusun menjadi ilustrasi peta dunia, tertulis di sana sebuah slogan “Bumi Masa Depan Kita”.

Instalasi seni itu karya Direktur Kreatif InJourney Green Felix Tjahyadi yang berkolaborasi dengan brand fashion Sejauh Mata Memandang. Pameran instalasi seni itu sekaligus menunjukkan komitmen PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airports) dalam membangun Green Airport serta merayakan Hari Ozon Dunia pada 16 September 2024 dengan kampanye “Melayani Bumi Sepenuh Hati.”

Kampanye ini bertujuan untuk mengurangi emisi karbon demi menuju bandara yang lebih hijau dan ramah lingkungan (green airport). Selain itu sebagai upaya menuju bumi yang lebih hijau dengan mengubah bandara menjadi pintu gerbang menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Dalam rangka Hari Ozon Dunia 16 September, Injourney Airports anak perusahaan dari PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney, menggelar pameran seni dan instalasi di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta jingga Maret 2025. Dok. TEMPO

“Kita akan lebih berkomitmen untuk membangun green company dan green airports,” kata Direktur Komersial Injourney Airports, M. Rizal Pahlevi, saat mengisi acara “Green Talk” di area pameran instalasi seni, Rabu, 11 September 2024. Hadir juga dalam kegiatan itu Direktur SDM dan Digital InJourney Herdy Harman, Direktur Kreatif Felix Tjahyadi, Founder Sejauh Mata Memandang Chitra Subyakto, dan melalui daring, Forest Conservationist Farwiza Farhan.

Bergabungnya PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II menjadi InJourney Airports, kata Rizal, menjadikan perusahaan ini sebagai operator bandara ke-5 terbesar di dunia. “Perusahaan ini sudah kelas dunia. Karena itu sebuah perusahaan yang keren tidak lagi hanya sebatas mencari laba tetapi juga kepeduliannya terhadap lingkungan, tata kelola, dan sosial. Itu perusahaan yang keren,” tutur dia. 

InJourney, lanjut Rizal, memiliki misi besar yakni ingin pariwisata Indonesia memberikan kontribusi maksimal. “Airport merupakan bagian dari ekosistem kita,” ucap dia. Adapun green airport, menurut Rizal, merupakan cita-cita bersama.

Saat ini, InJourney Airports telah menyusun strategi jangka panjang guna mewujudkan cita-cita mewujudkan bandara yang hijau. Beberapa program inisiasi untuk mewujudkan bandara yang hijau dengan menyusun road map Energi Baru dan Terbarukan sampai dengan 2027, transisi energi dengan pembuatan PLTS, pengelolaan limbah sampah dengan seaweg treatment plant yang dapat digunakan untuk penghijauan dan penyiraman tanaman dengan kapasitas 8.000 m3.

Dia pun berharap kampanye melalui pameran seni instalasi maupun penerapan tata kelola green airports di Bandara Soekarno-Hatta dapat kemudian diaplikasikan ke bandara-bandara lain di bawah naungan holding InJourney.   “Mencintai bumi harus benar-benar konkret. Terpenting esensi tata kelola tidak sekedar sporadis dan program sesaat tetapi sutainability atau keberlanjutan.”

Direktur SDM dan Digital InJourney, Herdy Harman mengatakan program ini sejalan dengan visi InJourney untuk mewujudkan Green Airports yang merupakan green initiatives dan dirancang untuk mewujudkan upaya mencapai Net Zero Emission pada 2060. Angkasa Pura Indonesia, kata dia, tidak ingin hanya menyediakan sarananya saja tetapi juga turut aktif untuk menjaga alam dan ekosistem.  “Enggak hanya di bandara tetapi juga di sekeliling kita. Kami ingin memberikan dampak terbaik untuk masa depan.”

InJourney memiliki visi “Becoming Leading Green Indonesia Tourism Corporation for Sustainable Destination Ecosystem” dengan tiga pilar keberlanjutan yakni sustainable operation, sustainable tourism destination, dan sustainable environment. Implementasi strategi berkelanjutan juga merupakan bentuk dukungan InJourney terhadap upaya pemerintah dalam mewujudkan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs).

Fito bersana saat Injourney Airports. Dok. TEMPO

Dalam mewujudkan pariwisata yang berkelanjutan, InJourney Group telah melakukan inisiatif keberlanjutan antara lain dengan penggunaan kendaraan listrik (EV) di area operasional bandara dan destinasi wisata seperti di Borobudur, Prambanan, TMII, KEK Sanur, dan Mandalika. Selain itu, dalam mengembangan destinasi pariwisata, InJourney juga melakukan pembangunan PLTS serta elektrifikasi ground support equipment di sejumlah destinasi pariwisata. InJourney mengembangkan konsep sustainable tourism dengan membangun industri pariwisata yang berkelanjutan dengan berfokus pada penciptaan nilai tambah dari keindahan alam dan warisan budaya nasional.

Melalui pameran seni instalasi ini, InJourney Airports akan berkontribusi untuk pelestarian Hutan Leuser. Masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam pelestarian lingkungan dengan membeli sejumlah item dari Sejauh Mata Memandang di area pameran instalasi, untuk kemudian setiap pembelian akan dikonversi dalam bentuk bibit pohon yang akan ditanam di Hutan Leuser.

“Produknya simple-simple selain baju, terdapat tas kecil, scarf, outer, gantungin kunci, boneka, dan lainnya,” ujar Chitra Subyakto. InJourney bekerjasama dengan Yayasan Haka telah berkomitmen untuk menanam pohon seluas 5 hektare yang jika ditotal sebanyak 1385 pohon.

Dalam berkarya, Sejauh Mata Memandang kata Chitra selalu mengutamakan proses yang bertanggungjawab dari hulu ke hilir. Mereka membuat karya secara sirkular dimulai dari bahan-bahan kain yang diperoleh dari petani, kemudian diolah pemintal, penenun, penjahit, desainer, hingga digunakan pemakai yang kemudian dikembalikan lagi melalui pohon-pohon yang ditanam di Leuser. “Kita bisa berkarya dengan lebih bertanggungjawab.”

Forest Conservasionist, Farwiza Farhan, mengatakan kawasan ekosistem Leuser dipilih karena memiliki 4 (empat) hewan langka sekaligus yakni gajah, badak, harimau, dan orang utan Sumatera yang perlu dilestarikan. “Ini adalah tempat terakhir di dunia bagi empat satwa langka itu bersama di alam. Ini adalah harta yang dimiliki empat satwa itu, karena itu perlu kita jaga.”

Direktur Kreatif Felix Tjahyadi mengatakan, kegiatan ini merupakan Langkah kecil dan juga permulaan bagi berbagai kolabolator. “Dengan membeli satu produk bisa memberi kontribusi kepada Leuser,” kata dia. Felix pun berharap dengan pameran seni dan instalasi yang akan berlangsung hingga Maret 2025 ini, giat ekonomi pun dapat berputar. (*)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fifia Asiani

Fifia Asiani

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus