Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO NASIONAL - Terletak di ujung Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Jepara terkenal di berbagai penjuru dunia sebagai pusatnya seni ukir dunia. Bahkan Kabupaten Jepara mendapatkan sebutan sebagai world carving center.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seni ukir Jepara telah menjadi identitas kota ini selama berabad-abad. Kepiawaian warga Jepara dalam membuat seni ukir kayu tak lepas dari peran Ratu Kalinyamat yang saat itu memimpin Jepara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kisah awal seni ukir di Jepara diyakini bermula pada abad ke-14. Saat itu, seni ukir di Jepara berkembang dan digunakan untuk memperindah berbagai bangunan, seperti istana kerajaan, candi, hingga perabotan rumah tangga.
Perkembangan seni ukir di Jepara semakin pesat seiring penyebaran agama Islam dan masuknya pengaruh budaya Tionghoa melalui jalur perdagangan. Pada masa itu, Jepara menjadi pusat perdagangan penting, yang membuat terjadinya akulturasi dalam beragam budaya.
Seni ukir kayu kemudian tumbuh menjadi bentuk ekspresi budaya yang memadukan unsur-unsur lokal dengan pengaruh global, menciptakan ciri khas yang unik.
Di balik kehalusan setiap lekukan ukiran Jepara pun tersembunyi filosofi yang mendalam tentang kehidupan, alam, serta hubungan manusia dengan Sang Pencipta. Seni ukir Jepara dikenal dengan motif-motif yang rumit dan detail. Beberapa motif yang sering digunakan yakni motif flora, fauna, geometris, dan pola-pola tradisional yang terinspirasi dari alam.
Dalam pandangan masyarakat Jepara, alam adalah sumber kehidupan, tempat manusia belajar tentang keseimbangan dan harmoni. Ukiran motif bunga, misalnya, melambangkan kelimpahan, keindahan, dan kesuburan. Sementara motif sulur atau dedaunan mengekspresikan pertumbuhan dan kesinambungan kehidupan.
Penerapan motif-motif alam ini menunjukkan bahwa manusia harus senantiasa menjaga keseimbangan dengan lingkungannya.
Nilai moral pada seni ukir Jepara ini dapat dilihat dari makna filosofis pada unsur sulur-sulur motif ukiran yang melambangkan kepribadian yang baik, yaitu ketekunan, keuletan, dan kesungguhan para pengrajin dalam membuat seni ukir Jepara.
Sedangkan nilai budaya pada seni ukir Jepara dapat dilihat dari keteguhan masyarakat Jepara untuk mengembangkan dan melestarikan seni ukir sebagai ciri khas kotanya.
Makna Filosofi Ukiran Jepara adalah menjunjung nilai keharmonisan dan keselarasan dengan alam yang dilambangkan dengan bentuk daun dan bunga pada relief ukir. Ukiran yang detail juga melambangkan bahwa pengukir Jepara adalah orang yang telaten, sabar dan mencintai keindahan.
Ragam Motif Ukir Jepara yang Memesona
Seni ukir di Kabupaten Jepara memiliki ragam motif yang menunjukkan keselarasan dan keindahan alam semesta. Motif-motif dalam ukiran tersebut juga banyak terpengaruh oleh zaman Ratu Kalinyamat dan pengaruh akulturasi berbagai agama di Indonesia.
Ukiran Jepara juga menggunakan berbagai teknik ukir, seperti ukiran tinggi (relief) dan ukiran rendah (hiasan permukaan).
Motif-motif yang sering ditemukan dalam ukiran Jepara mencakup flora dan fauna lokal, serta motif-motif geometris dan motif-motif islam. Motif flora dan fauna sering kali menggambarkan daun, bunga, burung, atau hewan-hewan seperti kuda, singa, atau naga.
Motif geometris sering kali terinspirasi dari pola-pola islami seperti bintang, lingkaran, dan segi empat. Itulah wujud akulturasi budaya dan agama yang tercermin dalam motif ukiran Jepara.
Ukiran asli Jepara juga terlihat dari motif Jumbai atau ujung relung dengan motif daunnya seperti kipas yang sedang terbuka yang pada ujung daun tersebut meruncing.
Selain itu juga ada buah tiga atau empat biji keluar dari pangkal daun. Bentuk tangkai relungnya memutar dengan gaya memenjang dan menjalar membentuk cabang-cabang kecil yang mengisi ruang atau memperindah.
Adapun motif tersohor ukiran di Kabupaten Jepara adalah daun Trubusan yang terdiri dari dua macam yaitu dilihat dari yang keluar dari tangkai relung dan yang keluar dari cabang atau ruasnya.
Tangkai relung biasanya memanjang dan membentuk cabang-cabang kecil yang jika diperhatikan tampak sangat rapi dan berbeda.
Karena itulah kegiatan mengukir yang dilakukan masyarakat Jepara memerlukan fokus yang sangat tinggi. Terlebih pula jika motifnya rumit seperti desain daun dan ruas-ruasnya. (*)