Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
INFO NASIONAL – Suasana di dalam ruang kaca itu sangat hening. Ada delapan orang duduk berpencar di meja masing-masing. Mereka tenggelam dengan bacaannya. Sesekali ada yang berdiri dan menghampiri rak buku di sepanjang dinding untuk mencari judul yang diminatinya. Di sudut kanan terbentang karpet susun bercorak catur. Sambil bersila, dua gadis muda berseragam abu-abu asik menyalin dari buku di perpustakaan itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Hampir tiap hari pas pulang sekolah mampir ke sini. Sudah tiga hari deh, sejak diresmikan. Lumayan tenang untuk belajar bareng,” ujar Sita yang datang bersama Dewi. Mereka berdua pelajar SMA Negeri 6, Jakarta Selatan. Lokasi sekolahnya cukup dekat dengan taman baca ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Koleksi bukunya sebenarnya belum banyak, sih,” kata Dewi menimpali. “Tapi ada buku-buku dari penulis terkenal, lumayanlah untuk tambah wawasan,” ucapnya yang menemukan buku koleksi Dan Brown (populer dengan novelnya The Da Vinci Code) dan Paul Coelho (The Alchemist).
Perpustakaan tempat Sita dan Dewi menghabiskan waktu ini adalah Taman Martha Christina Tiahahu di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Baru saja diresmikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan pada Minggu, 18 September 2022. Bisa dibilang, taman ini mengusung konsep revolusioner. Pengunjung bukan hanya ditawarkan pepohonan hijau, melainkan juga sebuah lokasi yang asyik untuk membaca.
"Kita sebagai orang tua seringkali ingin anak kita suka membaca, tapi perginya ke mana ya gitu? Ke perpustakaan dan toko buku sudah biasa. Adakah terobosan-terobosan? Ada, tapi tempatnya di mana? Tidak tahu. Nah, dengan ada tempat ini, Insyaallah antara demand dan supply akan bertemu. Tapi, ini bukan konteks pasar komersial. Ini adalah tempat pertemuan ide dan gagasan," tutur Anies saat peresmian taman literasi ini.
Untuk menjangkau Taman Martha Christina Tiahahu sangat mudah. Lokasinya hanya beberapa meter dari Terminal Bus Blok M yang terintegrasi dengan Stasiun MRT Blok M 2. Pengunjung yang datang dengan MRT, begitu menuruni tangga langsung berhadapan dengan gerbang menuju taman.
Taman Martha Christina Tiahahu sebenarnya telah ada sejak 1948. Ini merupakan salah satu taman terluas di Jakarta Selatan dengan luas 20.960 meter persegi. Perancangnya adalah M. Soesilo. Kemudian, Gubernur Anies menelurkan Pergub DKI Jakarta No. 5 Tahun 2020 tentang Panduan Rancang Kota Kawasan Pembangunan Berorientasi Transit Blok-M dan Sisingamangaraja.
Akhirnya, taman ini pun direvitalisasi. Inisiatornya adalah PT Integrasi Transit Jakarta (ITJ), karena itu dirancang terintegrasi dengan moda transportasi di sekitar. "Jadi, sesungguhnya Jakarta ini adalah kota yang penuh dengan aktivitas literatur. Tapi, tidak memiliki simpul pertemuannya. Karena itu, kita bangunkan sebuah taman literasi untuk mengkonsolidasikan itu semua dalam sebuah tempat berkegiatan," ungkap Anies.
Wajah baru Taman Martha Christina Tiahahu kini berdiri gedung dengan bentuk melingkar. Ruang-ruang berdinding kaca berada di dalam lingkaran tersebut. Ada ruang perpustakaan atau ruang baca, ada pula ruang pertemuan untuk diskusi. Saat Tempo menyambangi taman ini pada Kamis, 22 September 2022, masih tampak tiga ruang kaca yang kosong. “Akhir bulan ini akan diisi oleh UMKM. Jadi, awal Oktober bakal lebih ramai,” jelas Jimmi, petugas keamanan di taman tersebut.
Walau demikian, lanjut Jimmi, pengunjung Taman Martha Christina Tiahahu semakin ramai, terutama saat senja. “Sepertinya banyak pekerja kantoran yang enggak langsung pulang. Mereka memilih ke sini dulu untuk membaca atau sekadar jalan-jalan,” ucapnya sambil menunjuk tangga menuju atap bangunan. Di atas taman, pengunjung bisa lebih leluasa melihat pemandangan sekitar. “Di sini kalau senja makin bagus. Ada lampu-lampu jadi lebih gemerlap,” tambah Jimmi.
Selain ruang baca atau perpustakaan konvensional, taman ini juga menyediakan perpustakaan digital. Saat ini, koleksinya sekitar 300 buku milik Perpustakaan DKI Jakarta yang akan terus ditambah. Di beberapa sisi bangunan terdapat barcode. Pengunjung tinggal memindainya, lalu memilih buku koleksi perpustakaan untuk membaca. “Jangan jauh-jauh, ya. Paling enggak 200 meter dari taman, masih bisa diakses. Makanya, banyak yang datang dan baca di bagian atas bangunan menjelang magrib,” kata Jimmi.
Ucapan Jimmi terbukti. Ketika gurat jingga muncul di ufuk barat, suasana Taman Martha Christina Tiahahu kian semarak. Pengunjung mulai berdatangan. Ada yang langsung menuju ke ruang baca, sebagian naik ke atas gedung, dan lainnya duduk di plaza anak—di bagian luar bangunan melingkar yang menyediakan arena bermain. Ada pula yang memindai barcode, kemudian memilih buku digital. Salah satunya Kartika Wijayanti, yang mengaku baru pulang dari kantor.
“Senang banget datang ke sini. Taman ini seolah jadi surga baca. Bisa baca-baca sebelum pulang. Malas juga lihat jalanan masih macet, MRT juga lumayan penuh. Nanti saja, tunggu agak malam, baru pulang,” tuturnya. “Pokoknya bagus deh ada taman ini,” pungkasnya. (*)