Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Serba Gratis sejak Lahir di Kota Gorontalo

Pemerintah Kota Gorontalo menyiapkan pendidikan berkualitas menyosong visi Indonesia Emas 2045. 

13 Agustus 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wali Kota Gorontalo, Marten A. Taha, punya makna khusus memperingati Hari Kemerdekaan ke 78 Republik Indonesia. Kemerdakaan, menurut dia, memiliki makna bebas dan terlepas dari belenggu, tapi bukan berarti bebas segalanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Bebas yang dimaksud adalah bebas berbuat, mengekspresikan, dan mengembangkan diri untuk kepentingan orang banyak,” ujar Marten.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebagai wali kota, Marten mengimplementasikan kemerdekaan dengan kebebasan berbuat dengan program-program untuk kepentingan orang banyak. Pada periode pertama, 2014-2019, dia menggagas Program Gratis Lahir sampai Mati. Program ini berlanjut pada periode kepemimpin dia di Gorontalo. 

Adapun program itu yakni gratis biaya persalinan; gratis biaya pengurusan kartu tanda penduduk, kartu keluarga, akte kelahiran dan surat-surat lainnya; gratis biaya kesehatan dan gratis biaya pendidikan. Kemudian gratis biaya akte nikah; gratis biaya tambahan modal usaha; kemudian gratis biaya ambulans dan kematian. “Lahir sampai mati gratis di Kota Gorontalo,” kata Marten. 

Program yang digulirkan Marten sejalan dengan visi Indonesia 2045, yaitu Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. “Kami melakukan bagaimana meningkatkan kualitas SDM melalui proses-proses pendidikan,” tuturnya.

Peningkatan SDM baik melalui pendidikan formal dari tingkat SD maupun perguruan tinggi, pendidikan nonformal, informal, maupun pendidikan vokasi. “Nah, penyiapan ini harus kita lakukan sebaik-baiknya,” ujarnya. 

Dia mengakui sebelumnya menemui kendala untuk membuat program pendidikan gratis. Penyebabnya, karena biaya pendidikan mahal dan tidak semua orang bisa mengakses.

Marten mengatakan pemerintah kota harus menjamin semua orang mampu mengakses pendidikan. “Tidak ada anak- anak yang usia sekolah kemudian tidak sekolah hanya karena keterbatasan orang tua. Kami harus intervensi agar mereka bisa mengenyam pendidikan di bangku sekolah,” kata dia.

Marten mendorong kualitas tenaga pendidik dalam program pendidikan. Para guru di Kota Gorontolo harus memiliki kemampuan penguasaan informasi dan teknologi dalam mendidik. 

Peningkatan  kualitas  pendidikan untuk menyiapkan generasi berkualitas menyongsong visi Indonesia Emas 2045. Apalagi Indonesia bakal mendapatkan bonus demografi pada perayaan 100 tahun kemerdekaan. “Bonus demografi harus disiapkan dari sekarang, jangan menjadi beban,” ujarnya.

Indeks pembangunan manusia (IPM) di Kota Gorontalo selama kepemimpinan Marten terus meningkat. Saat ini IPM Kota Gorontalo berada pada posisi 78,22 pada 2022, naik 0,81 poin dibandingkan pada 2021 di 77,41. “Saya memperkirakan pada tahun ini susah mencapai 79, artinya terjadi lonjakan IPM yang dibentuk pendidikan, kesehatan dan ekonomi,” kata Marten.

Pemerintah Kota Gorontalo menyiapkan pendidikan berkualitas menyosong visi Indonesia Emas 2045.

Pada tahun ini pertumbuhan ekonomi Kota Gorontalo diperkirakan melebihi lima persen. Sebelumnya, perekonomian.

Adapun  pertumbuhan  ekonomi kota yang mendapat julukan “Serambi Madinah” tumbuh 6,41 persen pada 2019. Kemudian mengalami kontraksi akibat Covid menjadi minus 0,02. “Pada 2021 tumbuh positif 2,41 persen dan naik menjadi 4,04 persen pada 2022,” tutur Marten.

Pria kelahiran 29 Agustus 1959, mengatakan mencerdakan masyarakat dengan program-program pembangunan merupakan tugas kepala daerah. Dia bersyukur selama sembilan tahun diberi kepercayaan membangun Kota Gorontalo.

“Visi saya sederhana sekali, bagaimana saya membangun masyarakat menjadi Sejahtera.  Kenyataannya bahwa mereka tidak sejahtera artinya masih banyak warga masyarakat yang hidup di garis kemiskinan. Alhamdulillah ketika saya masuk, angka kemiskinan sekarang sudah di bawah 5,3 persen,” kata Marten. 

Kemiskinan yang terjadi di Kota Gorontalo selama ini diakibatkan arus urbanisasi dari daerah lain. Sebagai pusat ekonomi Provinsi Gorontalo, pusat pemerintahan, layanan, kesehatan, pendidikan dan pusat aktivitas masyarakat mengundang masyarakat untuk datang mencari pekerjaan. 

“Sehingga muncullah berbagai isu-isu pengangguran. Banyak pelajar tidak mau kembali ke kampungnya setelah lulus sekolah. Mereka mencari pekerjaan di Kota Gorontalo. Sedangkan lapangan pekerjaan terbatas,” ucap Marten. 

Kota Gorontalo hanya menyediakan pekerjaan di sektor jasa dan perdagangan. Kota ini tidak memiliki sektor pertanian dan pertambangan. Dari situlah menurut dia, masih terdapat masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan karena terbatasnya pekerjaan. Artinya mereka belum mempunyai pekerjaan tetap yang mengakibatkan mereka mencari pekerjaan di perkotaan. 

Dia pun kemudian membuat gebrakan melalui kebijakan pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Terdapat tiga hal penting bagi pengembangan UMKM menurut Marten. Pertama keterbatasan modal UMKM, kedua keterbatasan akses marketing pasar, dan ketiga UMKM itu masih sangat sederhana atau keterbatasan skill. “Nah, dari tiga Hal inilah yang harus kita atasi.”

Pertama, lanjut dia, dalam hal mendapatkan akses permodalan melalui Lembaga-lembaga keuangan karena ternyata masih banyak UMKM yang tidak bankable. Pemerintah memfasilitasi itu dengan kemudahan dari Kredit Usaha Rakyat (KUR). Selain bunga rendah, tidak ada agunan.

Dari sisi proposal pinjaman para UMKM dibimbing dan difasilitasi. Selain itu, mereka juga dapat meminjam dari Bapak Angkat. Pelatihan-pelatihan pemasaran secara digital juga diberikan melalui berkerjasama dengan Telkomsel untuk bisa mengedukasi para pelaku UMKM agar bisa masuk ke marketplace.

Pemerintah Kota Gorontalo, lanjut Marten, juga memberikan pelatihan- pelatihan melalui Loka Latihan Kerja di bawah Dinas Tenaga Kerja. “Mereka diberikan Latihan tambahan keterampilan dan mengelola produksi barang sehingga bisa berkembang untuk mengatasi perekonomian.”

Hasilnya, pada tahun 2000 jumlah UMKM kurang lebih 5780, lalu kemudian di dua periode Marten hingga tahun 2022 sudah mencapai 16.278 UMKM. “Dari sisi kuantitas mereka berkembang tetapi juga dari sisi kualitas saya berikan pembinaan.”

Berkat itu semua, hasil produksi UMKM bisa dipasarkan sampai keluar Kota Gorontalo dan bahkan sampai ke luar negeri. “Makanya saya gemar mengikutkan mereka ke dalam pameran expo barang-barang yang dibutuhkan oleh luar melalui APEKSI. Adapun produk yang khas dari para UMKM adalah tenun khas Gorontalo dan aneka makanan terbuat dari jagung.

Iklan

Iklan

Artikel iklan

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus