Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jelajah Negeri Kota Bengkulu: Sejarah Perjuangan Bangsa di Bumi Raflesia

Terbang dari Kota Medan, tim Jelajah Negeri Tempo sampai di kota keenam, yakni Bengkulu. Kota yang terkenal dengan julukan Bumi Raflesia ini ternyata menyimpan banyak kisah sejarah, mulai dari Rumah Pengasingan Bung Karno, hingga benteng peninggalan Inggris bernama Benteng Marlborough.

28 Oktober 2021 | 01.24 WIB

Terbang dari Kota Medan, tim Jelajah Negeri Tempo sampai di kota keenam, yakni Bengkulu. Kota yang terkenal dengan julukan Bumi Raflesia ini ternyata menyimpan banyak kisah sejarah.
Perbesar
Terbang dari Kota Medan, tim Jelajah Negeri Tempo sampai di kota keenam, yakni Bengkulu. Kota yang terkenal dengan julukan Bumi Raflesia ini ternyata menyimpan banyak kisah sejarah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

INFO OTOMOTIF - Terbang dari Kota Medan, tim Jelajah Negeri Tempo sampai di kota keenam, yakni Bengkulu. Kota yang terkenal dengan julukan Bumi Raflesia ini ternyata menyimpan banyak kisah sejarah, mulai dari Rumah Pengasingan Bung Karno, hingga benteng peninggalan Inggris bernama Benteng Marlborough.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Terbang dari Kota Medan, tim Jelajah Negeri Tempo sampai di kota keenam, yakni Bengkulu. Kota yang terkenal dengan julukan Bumi Raflesia ini ternyata menyimpan banyak kisah sejarah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ketika baru tiba di Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu, kami memutuskan untuk langsung bergegas ke Rumah Pengasingan Bung Karno yang terletak di jantung Kota Bengkulu, tepatnya di Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Gading Cempaka.

Bapak Proklamator tersebut diasingkan di Bengkulu usai terkena malaria selama masa pengasingan di Ende, Nusa Tenggara Timur. Rumah ini awalnya adalah tempat tinggal pengusaha bernama Tan Eng Cian, yang pada saat itu merupakan seorang penyuplai bahan pokok kebutuhan pemerintahan kolonial Belanda. Soekarno sendiri menempati rumah ini sejak tahun 1938 hingga 1942. Beberapa minggu setelah kedatangannya, Inggit Garnasih selaku istrinya pada saat itu dan anak angkatnya Ratna Djuami turut datang menyusul.

Terbang dari Kota Medan, tim Jelajah Negeri Tempo sampai di kota keenam, yakni Bengkulu. Kota yang terkenal dengan julukan Bumi Raflesia ini ternyata menyimpan banyak kisah sejarah.

Mengalami pengasingan tidak menghambat pergerakan Bung Karno dalam membangkitkan semangat masyarakat Bengkulu untuk merdeka dari penjajahan. Beberapa cara dilakukannya demi memotivasi rakyat untuk merdeka, di antaranya merenovasi ulang masjid yang terletak di Kelurahan Bajak, sehingga menarik banyak perhatian masyarakat untuk berinteraksi dengannya.

Selain itu, untuk menarik perhatian para pemuda, Bung Karno membuat sebuah grup seni bernama Monte Carlo. Dalam beberapa pertunjukan musik dan drama yang ia tulis sendiri naskahnya, Bung Karno memasukkan nilai-nilai sosial dan nasionalisme.

Rumah ini terlihat megah jika dilihat dari halaman depan. Saat masuk ke dalam bangunan, terdapat tiga kamar di sisi kanan dan dua kamar tidur di sisi kiri. Menengok ke bagian belakang rumah, terdapat beranda, kamar mandi, serta ruangan yang berfungsi sebagai gudang dan dapur.

Terbang dari Kota Medan, tim Jelajah Negeri Tempo sampai di kota keenam, yakni Bengkulu. Kota yang terkenal dengan julukan Bumi Raflesia ini ternyata menyimpan banyak kisah sejarah.

Di dalam rumah pengasingan ini tersimpan pula sejumlah benda bersejarah peninggalan Bung Karno bernilai sejarah. Di antaranya sepeda dan kostum-kostum teater Monte Carlo yang jadi perhatian kami ketika masuk ke salah satu ruangan.

Berpindah dari Rumah Pengasingan Bung Karno, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi Benteng Marlborough yang berjarak kurang lebih 1,6 kilometer. Benteng Marlborough adalah salah satu benteng terbesar di Asia peninggalan Pemerintah Inggris saat masa penjajahan.

Terbang dari Kota Medan, tim Jelajah Negeri Tempo sampai di kota keenam, yakni Bengkulu. Kota yang terkenal dengan julukan Bumi Raflesia ini ternyata menyimpan banyak kisah sejarah.

Pada awalnya, benteng ini berfungsi sebagai bangunan pertahanan. Tapi seiring berkembangnya waktu, bangunan ini beralih fungsi menjadi pusat perdagangan East India Company (EIC), sebuah perusahaan dagang milik Inggris.

Kini, benteng kokoh ini telah menjadi tempat wisata sekaligus referensi untuk melakukan penelitian sejarah. Lokasi benteng ini juga sangat dekat dengan Pantai Paderi dan Pantai Zakat sehingga wisatawan yang berkunjung ke sini dapat menyempatkan waktunya untuk menikmati pemandangan pantai yang tak kalah indahnya.

#CeritaPahlawanKini #JelajahNegeriTempo (*)

Tempo.co

Tempo.co

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus