Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Khasiat Terbukti, Redacid Raih Kelas Tertinggi Obat Fitofarmaka

Obat modern asli Indonesia (OMAI) hasil riset dan pengembangan Dexa Group untuk mengatasi gangguan lambung, yakni REDACID, menerima Nomor Izin Edar (NIE) sebagai obat Fitofarmaka dari Badan POM RI.

9 Januari 2020 | 14.37 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL — Obat modern asli Indonesia (OMAI) hasil riset dan pengembangan Dexa Group untuk mengatasi gangguan lambung, yakni REDACID,  menerima Nomor Izin Edar (NIE) sebagai obat Fitofarmaka dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM) RI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dengan status Fitofarmaka, REDACID sebagai obat yang digunakan untuk mengatasi gangguan lambung tersebut semakin teruji khasiat dan keamanannya apabila dikonsumsi dalam jangka waktu lama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemberian sertifikat Fitofarmaka tersebut seiring dengan langkah Badan POM RI terhadap hilirisasi hasil penelitian dan pengembangan obat dan makanan melalui pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan Produk Fitofarmaka, serta Satgas Percepatan Pengembangan dan Pemanfaatan Produk Biologi.

Penyerahan sertifikat Fitofarmaka untuk produk REDACID tersebut berikan oleh Kepala Badan POM RI, Penny K. Lukito, kepada Pimpinan Dexa Group, Ferry Soetikno, dalam acara Dialog Nasional bertema “Sinergitas Dalam Hilirisasi Riset Obat, Obat Tradisional, dan Pangan Untuk Percepatan Perizinan" di Hotel Holiday Inn, Kemayoran, Jakarta, Selasa, 10 Desember 2019.

“Riset dan pengembangan tersebut diharapkan menghasilkan produk-produk inovasi dalam negeri untuk menekan ketergantungan kepada produk impor. Saat ini pemerintah mendorong agar produk riset tidak hanya berakhir di publikasi jurnal ilmiah, namun juga dapat dikomersialisasi agar dapat dimanfaatkan lebih luas atau memberikan kemanfaatan bagi masyarakat,” kata Penny.

Terhadap NIE Fitofarmaka untuk produk REDACID tersebut, Ferry menyampaikan terima kasih atas apresiasi dan komitmen yang diberikan Badan POM dalam melakukan pendampingan terhadap industri farmasi, salah satunya kepada Dexa Group. Ini merupakan fitofarmaka kelima yang diberikan Dexa Group.

“Penciptaan obat modern asli Indonesia ini merupakan salah satu cara Dexa Group untuk berkontribusi bagi bangsa. Dexa berkontribusi mendorong percepatan kemandirian dan meningkatkan daya saing industri obat di Indonesia melalui penciptaan obat modern asli Indonesia salah satunya produk obat Fitofarmaka REDACID yang baru saja kami terima NIE Fitofarmakanya,” ujar Ferry.

Direktur Eksekutif Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) PT Dexa Medica, Dr Raymond Tjandrawinata mengemukakan, obat herbal hasil riset dan pengembangan para ilmuwan Dexa Group melalui DLBS, terbuat dari bahan alami yang diambil dari kekayaan alam Indonesia.

Direktur Eksekutif Dexa of Biomolecular Sciences (DLBS) PT Dexa Medica, Dr Raymond Tjandrawinata.

“REDACID terbuat dari fraksi bioaktif dari Cinnamomum burmannii atau dalam bahasa Indonesia adalah kayu manis,” ujar Dr Raymond. 

DLBS membuat REDACID menggunakan teknologi TCEBS (Tandem Chemistry Expression Bioassay System) untuk menghasilkan fraksi bioaktif dari kayu manis (Cinnamomum burmannii) yang lebih murni dibanding ekstrak biasa. REDACID bekerja secara langsung untuk menghambat aktivitas pompa proton yang berfungsi untuk memproduksi asam lambung.

Raymond menyampaikan bahwa apa yang telah dilakukan peneliti untuk melakukan riset dan mengembangkan produk Fitofarmaka, tidaklah mudah. “Otomatis kita harus melakukan uji praklinis, uji toksikologi, uji klinik, dan sebagainya. Dan semua kami lakukan berdasarkan kaidah-kaidah yang sudah diberikan oleh Badan POM. Dan dalam hal tersebut, Badan POM juga memfasilitasi dan mempercepat perolehan Fitofarmaka ini,” ucapnya.

Dalam proses pengembangannya sebagai obat modern asli Indonesia, REDACID telah melalui serangkaian uji toksikologi dan farmakologi untuk mengetahui profil manfaat serta keamanannya, termasuk juga uji teratogenik. 

Salah satu uji farmakologi REDACID telah diterbitkan pada jurnal internasional (International Journal of General Medicine 2013) yang ditulis oleh Tjandrawinata RR, dkk dengan judul Hydrogen potassium adenosine triphosphatase activity inhibition and downregulation of its expression by bioactive fraction DLBS2411 from Cinnamomum burmanii in gastric parietal cells. 

Kini, REDACID diakui sebagai obat modern asli Indonesia yang telah mendapatkan Fitofarmaka dan memiliki khasiat yang setara dengan obat lambung berbahan kimia lainnya seperti Ranitidin. Bahkan, kandungan alami REDACID lebih aman dikonsumsi bagi penderita gangguan lambung.

REDACID dapat diperoleh di apotek terdekat atau untuk lebih mudahnya dapat dibeli di apotek online terpercaya GoApotik, yang bisa juga diakses melalui official store di toko online terkemuka di Indonesia, yakni Tokopedia, Shopee dan juga Bukalapak

Di toko online tersebut, REDACID dijual dengan berbagai pilihan kebutuhan, mulai dari REDACID yang dijual dengan harga per strip dan juga dijual per box. (*)

Prodik Digital

Prodik Digital

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus