Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mengulik Kampung Adat di Sumba Tengah

Budaya megalitik merupakan aktualisasi dari hasil karya manusia untuk memenuhi kebutuhan sakral. Apa yang terjadi di masa kini tidak bisa dipisahkan dari masa lalu.

27 Juni 2024 | 19.48 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Megalithic Royal Grave Stones, Anakalang Central Sumba.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO NASIONAL – Sumba Tengah menjadi surga tersembunyi. dari mulai keindahan alam hingga uniknya kampung adat yang kental dengan budaya lokal yang memukau. Kampung Adat yang menjadi saksi bisu dari warisan nenek moyang tak hanya menjadi tempat tinggal masyarakat sekitar, tetapi juga aset budaya yang tersimpan sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kampung adat Deri Kamba Jawa menjadi salah satu kampung adat yang berada di Sumba Tengah. Masyarakat adat di sini memiliki budaya nomaden namun perpindahannya hanya di sekitar wilayah adat di Umbu Pabal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ciri khas dari kampung adat Deri kamba Jawa ini terletak pada rumah adat yang berbentuk seperti menara. Menara rumah adat yang tingginya bisa mencapai 30 meter ini memiliki filosofi tersendiri yang melekat dengan kepercayaan masyarakatnya.

Bagian bangunan utama menjadi simbol tempat pemujaan sekaligus tempat hunian. Sedangkan area tengah menjadi pusat aktivitas sehari-hari sekaligus menjadi dapur atau perapian di antara empat pilar utama. Bagian bawah rumah menjadi tempat hewan peliharaan dan roh jahat.

Ciri khas lain dari rumah kampung adat Deri kamba Jawa ini terletak pada bagian depan rumah yang terpampang taring babi dan tanduk kerbau yang menjadi penanda status sosial.

Berbeda dengan Kampung Adat Deri kamba Jawa yang khas dengan bagunan rumahnya, Kampung Adat Bondu Tera memiliki ciri khas sejarah kuburan megalitiknya.

Tokoh adat kampung Bondu Tera, Umbu Reku Djawatana mengatakan, berabad-abad yang lalu sebelum Bondu Tera dihuni oleh pendatang, kampung ini awalnya bernama Tadula Jaramoni yang artinya adalah gelombang manusia-manusia raksasa yang mendiami Kampung.

Kuburan megalitik disini memiliki sejarah yang panjang. Kata Djawatana, sejarah dari kuburan ini berasal dari para nenek moyang yang melakukan peperangan sehingga mereka mempersiapkan penji atau tempat peristirahatan yang kita lihat saat ini.

“Bahwa pada saat itu untuk menguasai tanah mereka melakukan peperangan di mana-mana. Maka dengan jalan perang inilah mereka punya rencana membuat yang namanya penji yang namanya megalit,” ujarnya. “Jika mereka penghulu atau rang-orang besar kaum ningrat meninggal mereka dikuburkan di sana,” tambahnya.

Menurutnya, kuburan megalitik Kampung Adat Bondu Tera menjadi simbol kebesaran dari para bangsawan Sumba. “Jadi kalau cerita masa dulu klasifikasi manusia itu masih terasa,” katanya.

Sebagai Tokoh adat kampung Bondu Tera, Djawatana berharap keaslian kampung adat ini bisa kembali dibangun dan dipertahankan. Ia mengaku sedih karena keadaan kampungnya sudah banyak yang rusak.

“Ini menjadi doa kita bersama, doa kami bersama. Kalau Tuhan berkehendak Kampung ini tetapan terawat dengan baik, dikembalikan walaupun tidak 100 persen kita kembalikan keasliannya minimal 60 sampai 70 persen dan ini menjadi pikiran kami sebagai cucu dari kami punya nenek moyang yang menjadi almarhum,” kata dia.

Kuburan megalitik tak hanya berada di Kampung Adat Bondu Tera saja, Kampung Adat Pasunga juga memiliki kuburan megalitik yang beratnya bisa mencapai 80 ton. Kuburan megalitik unik lainnya terletak di Kampung Adat Lai Tarung yang terbuat dari batu kapur.

Batu-batu kubur yang bentuknya sederhana serta agak tertanam di dalam tanah menunjukkan status sosial yang lebih tinggi. Untuk peti kubur yang kaya akan pola hias, diperuntukkan bagi anak cucu dari kalangan orang yang status sosialnya lebih tinggi. (*)

Bestari Saniya Rakhmi

Bestari Saniya Rakhmi

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus