Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mural Kebebasan Berekspresi Polisi

Lewat Bhayangkara Mural Festival 2021, Kepolisian RI menunjukkan sebagai instansi yang tidak antikritik. Berkomitmen terhadap kebebasan berekspresi.

6 November 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJUMLAH seniman mural menorehkan kuas kepada kanvas-kanvas besar di hadapan mereka di di Lapangan Bhayangkara, Jakarta Selatan, Sabtu 30 Oktober 2021. Tidak sari-sarinya, lapangan tersebut dipenuhi seniman mural yang tengah menorehkan karyanya. Hari ini, Markas Besar Kepolisian RI menggelar Bhayangkara Mural Festival 2021 yang memperebutkan piala Kepala Kepolisian RI Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pertama kalinya digelar saat sejak pandemi Covid-19 bergulir, lomba tersebut mempertemukan berbagai komunitas dan pegiat mural. Kepolisian RI menggelar lomba tersebut untuk memberi ruang seniman mural untuk berekspresi. Masyarakat juga antusias menyaksikan pertunjukkan yang langka tersebut. “Hari ini saya tegaskan bahwa Polri sangat menghormati kebebasan berekspresi,” ujar Kepala Kepolisian RI Jenderal Listyo Sigit saat membuka lomba mural tingkat nasional tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rangkaian kegiatan Bhayangkara Mural Festival 2021 ini mengusung semangat Hari Sumpah Pemuda, sekaligus untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Humas Polri ke-70. Listyo datang ke lapangan Bhayangkara bersama, antara lain, Wakil Kepala Kepolisian Komisaris Jenderal Gatot Eddy Pramono, Inspektur pengawasan Umum Polri Komisaris Jenderal Agung Budi Maryoto, Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan Poli Inspektur Jenderal Ferdy Sambo, Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Argo Yuwono

Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo, Kepala Kepolisian Republik Indonesia.

Mengangkat tema 'Peran Generasi Muda untuk Berkreasi dalam Menyampaikan Informasi yang Positif di Masa Pandemi Covid-19', lomba ini telah menyedot perhatian masyarakat. Sebanyak 803 peserta dari 34 Polda di seluruh Indonesia mendaftarkan karyanya. Kemudian, setelah dilakukan seleksi, terpilih 453 karya muralis dinyatakan lolos. Sketsa karya peserta itu lalu dikurasi juri, hingga akhirnya terpilih 80 karya yang diikutkan dalam festival tingkat nasional ini.

Guna menunjukkan komitmen polisi siap menerima masukan dari masyarakat, panitia menyediakan 10 slot mural subtema kritik untuk institusi Polri. Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo mengatakan kegiatan lomba mural ini adalah bukti instansi Polri tidak antikritik dan menghormati kebebasan berekspresi. 

Listyo mengatakan konteks kebebasan berekspresi sudah diatur Undang Undang Dasar 1945 pasal 28 dan juga ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang kebebasan menyampaikan pendapat di muka umum. Menurut Listyo, Aturan inilah yang menjadi pembeda pada saat era sebelum reformasi dan setelah reformasi yang memberikan kebebasan berekspresi bagi masyarakat.

Mural yang sudah selesai digambar para peserta Bhayangkara Mural Festival 2021.

Saat datang ke lokasi lomba, Listyo tampak langsung menghampiri mural terdekat. Mural itu berisi gambar tangan seseorang sedang diborgol dan bertulisan 'Siapa Berani Kritik Polisi?'. Ia lantas mengambil kuas yang telah disediakan dan mencelupkannya ke dalam cat berwarna oranye. Listyo mengecat mural itu yang menjadi penanda festival mural resmi dibuka.

Setelah menorehkan kuas di kanvas, Listyo kemudian berkeliling untuk melihat mural-mural lainnya. Sesekali ia tampak berbincang dengan seniman mural yang tengah asyik menorehkan kuasnya ke kanvas. Listyo juga tak segan memberi semangat kepada para peserta untuk menuangkan karyanya yang kritis kepada Kepolisian. 

Menurut Listyo Sigit, Markas Besar Kepolisian menggelar perlombaan ini untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap Korps Bhayangkara. Kritik masyarakat dalam bentuk mural ini, menurut dia penting untuk memperbaiki lembaganya. Semangat ini sejalan dengan pesan Presiden Joko Widodo atau Jokowi bahwa Indonesia adalah negara yang demokratis dan menghargai kebebasan berekspresi. "Sehingga kita bisa menyiapkan personel kami lebih baik, untuk jadi Polri yang dipercaya publik, yang dicintai masyarakat," kata dia.

Di awal perlombaan memang muncul kekhawatiran dari masyarakat untuk mengkritik Kepolisian. Peserta, menurut Listyo, khawatir bahwa tema kritik terhadap polisi sengaja dibuka untuk mendata seniman yang doyan mengkritik lembaganya. Mereka, ujar Listyo, khawatir suatu saat akan ditangkap.

Kepada para peserta, Listyo dan jajarannya memastikan kekhawatiran tersebut tidak beralasan. Kepala Kepolisian RI ini sejak awal membebaskan  peserta untuk menggambar mural dengan pesan positif maupun negatif. Pesan mural yang positif, kata Listyo, akan digunakan untuk memotivasi kepolisian bekerja lebih baik. Sementara, pesan kritik akan dipakai untuk mengevaluasi lembaganya."Mural kritikan Polri yang gambarnya paling pedas kami terima dan saya jamin akan jadi sahabatnya kapolri,” ujarnya.

Salah satu Tim yang berlomba pada Bhayangkara Mural Festival 2021.

Sebagai kepala Kepolisian Indonesia, Listyo menginginkan masyarakat bisa memberikan gambaran kepada instansi yang dipimpinnya. Salah satunya tentang bagaimana persepsi masyarakat terkait polisi. Dengan adanya kritik dari masyarakat, Listyo mengatakan, instansi akan terus memperbaiki diri. “Sehingga kami bisa mempersiapkan personel-personel kami jadi lebih baik, dipercayai publik, dan dicintai," ujarnya.

Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Inspektur Jenderal Raden Prabowo Argo Yuwono, mengatakan pendaftaran peserta Bhayangkara Mural Festival 2021 ini sempat sepi peminat setelah dibuka pada akhir September lalu. "Saat pendaftaran lomba mural ini diumumkan ke publik tak banyak peserta yang berminat untuk turut serta. Dalam tiga pekan pertama hanya ada 18 peserta yang mendaftar," kata Argo.

Argo pun sempat merasa khawatir lantaran animo masyarakat untuk berpartisipasi dalam mural festival ini tak kuat. Namun, setelah Kapolri Sigit mempersilahkan mural yang diikutsertakan boleh bernuansa kritik ke institusi Polri, mulailah masyarakat berbondong-bondong mendaftarkan karyanya.

Menurut Argo, seni mural sebenarnya memberi kebebasan bagi pelukisnya untuk mengeksplorasi kreativitas yang dimiliki. "Kami berharap agar kegiatan festival mural ini dapat menjadi wadah para pelaku seni kreatif untuk berkarya" ujarnya."Ini untuk menginspirasi semangat pergerakan dalam menyampaikan kritik dan pesan positif dalam media mural.”

Setelah melalui seleksi yang ketat, pemenang lomba mural adalah La Ode Umar. Listyo menilai apa yang digambar oleh La Ode merupakan apresiasi dan harapan masyarakat untuk perbaikan institusi Kepolisian ke depan. Penilaian ini dilakukan dewan juri yang kompeten dan independen. La Ode membuat mural yang berisi kritik terkait kinerja Polri belakangan ini. Seniman 29 tahun asal Jakarta ini melukis mural berisi kritikan terhadap polisi perihal pungutan liar. 

Melalui mural tersebut, La ode mengkritik adanya pungutan yang dilakukan oknum polisi, misalnya,  saat melakukan razia kendaraan. Dia mengingatkan polisi seharusnya memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Dalam muralnya, La Ode juga menyentil polisi yang kerap memberi keadilan hanya kepada orang yang memiliki uang. Jenderal Listyo Sigit menghargai kritikan mural tersebut. “Ini adalah aspirasi harapan masyarakat tentang perbaikan Polri ke depan,” ujar Listyo.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus