Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Australia mencoba meredakan ketegangan politik di kawasan Asia Pasifik setelah Aukus.
Korea Utara kini menghadapi krisis pangan yang parah.
Taiwan meningkatkan latihan pasukan cadangannya di tengah gertakan Cina.
Australia
Upaya Meredakan Keributan Setelah Aukus
MENTERI Luar Negeri Australia Marise Payne mengunjungi negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, mulai Jumat, 5 November lalu, untuk mendinginkan situasi yang memanas setelah kesepakatan Australia dengan Inggris dan Amerika Serikat dalam pembangunan kapal selam bertenaga nuklir untuk Negeri Kanguru. Kesepakatan yang disebut Aukus itu memicu keributan di kawasan Asia-Pasifik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Indonesia dan Malaysia khawatir Australia akan melanggar kesepakatan internasional mengenai larangan pengembangan senjata nuklir. Cina menilai kesepakatan itu merusak stabilitas dan perdamaian di kawasan dan meningkatkan perlombaan senjata. Prancis gusar karena kesepakatan itu membuat rencana Australia membeli kapal selamnya batal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menteri Keuangan Australia Simon Birmingham menekankan bahwa negaranya perlu bertindak sesuai dengan kepentingan mereka meskipun membuat gusar Prancis. “Terus terang saja Australia lalai, dengan perubahan saran kami tentang persyaratan kemampuan pasukan pertahanan kami, untuk terus maju tanpa mengejar opsi alternatif tenaga nuklir,” katanya kepada stasiun radio ABC.
Korea Utara
Krisis Pangan Menjelang Musim Dingin
PEMERINTAH Korea Utara meminta rakyatnya “mengencangkan ikat pinggang” dalam menghadapi krisis pangan, tapi masyarakat khawatir mereka tak mampu melewati musim dingin tahun ini. “Masalah, seperti lebih banyak anak yatim-piatu di jalanan dan kematian karena kelaparan, terus dilaporkan,” ujar Lee Sang-yong, Pemimpin Redaksi Daily NK, kepada BBC pada Jumat, 5 November lalu.
Dalam laporan yang baru dirilis, Badan Pangan Dunia (FAO) menyatakan sekitar 10,9 juta orang atau 42,4 persen populasi negeri itu kekurangan gizi selama 2018-2020. Badan PBB tersebut memasukkan Korea Utara ke daftar 44 negara yang membutuhkan bantuan pangan dari luar. FAO juga memproyeksikan bahwa negeri itu akan kekurangan sekitar 860 ribu ton makanan tahun ini, yang setara dengan sekitar 2,3 bulan kebutuhan pangan mereka.
Korea Utara dilanda krisis pangan setelah menutup perbatasan dengan Cina dan Korea Selatan untuk mencegah penyebaran penyakit Covid-19 tahun lalu. Keadaan bertambah buruk karena separuh hasil panen padi dan jagung tahun lalu rusak akibat badai. Untuk memastikan panen tahun ini lancar, pemerintah mengerahkan 10 ribu orang, termasuk tentara, untuk membantu para petani.
Taiwan
Perkuat Pertahanan di Tengah Gertakan Cina
Tentara Taiwan mengajari warga masyarakat cara membidik dan menembak menjelang perayaan Hari Nasional di Kaohsiung, Taiwan, 9 Oktober 2021. REUTERS/Ann Wang
KEMENTERIAN Pertahanan Taiwan mengatakan pada Selasa, 2 November lalu, bahwa mereka akan meningkatkan latihan pasukan cadangannya, termasuk menggandakan latihan tempur karena Cina meningkatkan kegiatan militer di dekat negeri itu. Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng menggambarkan situasi itu sebagai “yang paling serius” dalam lebih dari 40 tahun terakhir dan meminta tambahan anggaran militer.
Ketegangan antara Taiwan dan Cina, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayah kedaulatan mereka, meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Pesawat tempur Cina dilaporkan telah berkali-kali memasuki zona identifikasi pertahanan udara Taiwan. Cina meningkatkan misi pesawat tempurnya di udara Taiwan sejak medio 2020 ketika hubungan diplomatik Taiwan semakin dekat dengan Amerika Serikat.
Shane Lee, pensiunan profesor ilmu politik dari Chang Jung Christian University di Taiwan, mengatakan Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat Cina di bawah pimpinan Presiden Xi Jinping meningkatkan misi pesawat tempurnya di udara Taiwan agar terlihat kuat di dalam negeri sambil memperingatkan Taiwan dan sekutu Barat-nya untuk tidak meremehkan Beijing. “Saya tidak berpikir (invasi) akan terjadi, tapi Xi Jinping harus melakukan sesuatu untuk meredakan beberapa ketegangan domestik,” tuturnya kepada VOA.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo