Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo

Pemuda Diminta Tampil Konstruktif, Artikulatif, dan Visioner Songsong Indonesia Emas

Anak-anak muda bukan hanya harus memiliki idealisme tetapi juga pemahaman peran sejarah.

8 Maret 2023 | 15.00 WIB

Pemuda Diminta Tampil Konstruktif, Artikulatif, dan Visioner Songsong Indonesia Emas
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

INFO NASIONAL – Menyongsong Indonesia Emas 2045 atau 100 tahun Indonesia merdeka, Gerakan Pemuda Al Washliyah diminta tampil dengan konstruktif, artikulatif, dan visioner, serta bisa berkolaborasi dengan pemuda-pemuda dari ormas kepemudaan dan kampus. Hal itu dapat menjadi bagian dari solusi permasalahan bangsa yang mencerahkan masa depan generasi muda Indonesia.

“Pemuda sekarang ini sangat penting untuk menjadi bagian yang melanjutkan peran mensejarah kaum muda pada tahun 1920-an,” kata Wakil Ketua MPR Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, MA atau yang kerap disapa HNW.

Istilah Indonesia, kata dia, pertama kali muncul tahun 1920-an oleh Perhimpunan Indonesia di Belanda dengan tokoh Mohammad Hatta dan kawan-kawan. Di Timur Tengah, Kahar Muzakir, mahasiswa Indonesia di Universitas Al Azhar Mesir, membuat tulisan dalam bahasa Arab untuk menyebarkan informasi di media-media Arab tentang perjuangan bangsa Indonesia. Antara lain karena informasi-informasi tersebut, negara-negara di Timur Tengah menjadi negara-negara yang paling awal mengakui Indonesia merdeka.

Sementara di Indonesia ada tokoh pemuda Bung Karno, Agus Salim, dan lainnya yang tumbuh berjuang dari dalam negeri. Kemudian pada tahun 1928 para pemuda sepakat menghadirkan Sumpah Pemuda. Dalam ikrar Sumpah Pemuda ada kelompok pemuda muslim, yaitu Jong Islamieten Bond.

Bersama kelompok pemuda yang lain membuat ikrar Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda menjadi pilar penting untuk Indonesia merdeka. “Indonesia merdeka antara lain karena keterlibatan penting anak-anak muda. Mereka mempersiapkan diri di tahun 1920-an dan kemudian menjadi pelaku utama penyiapan kemerdekaan Indonesia di tahun 1945,” kata Wakil Ketua MPR dari Fraksi PKS itu.

Karena itu, lanjut HNW, membayangkan Indonesia Emas 2045, masa-masa sekarang para pemuda penting untuk segara tampil secara lebih konstruktif, artikulatif, dan atraktif, serta visioner, karena kondisi Indonesia saat ini “sedang tidak baik-baik saja". Banyak tantangan dan permasalahan di sana. Tapi sekaligus masih terbuka banyak peluang positif untuk generasi milenial dan lain-lainnya.

Maka, sangat tepat bila anak-anak muda berkolaborasi dan bersinergi dengan anak-anak muda lainnya sebagaimana dulu Jong Islamieten Bond, bersama Jong Java, Jong Sumatra, Jong Celebes, Jong Ambon, Pemuda Betawi. “Pemuda harus bangkit bersama untuk menyelamatkan dan masa depan Indonesia ini,” ujarnya.

Menurut HNW, anak-anak muda bukan hanya harus memiliki idealisme tetapi juga pemahaman peran sejarah. “Kolaborasi anak-anak muda yang memahami sejarah bangsa, cita-cita perjuangan bangsa, dan cita-cita reformasi, apalagi dalam konteks keumatan. Pemuda seharusnya mengkonsolidasi diri kemudian mengkritisi perjalanan bangsa untuk memastikan kiblat bangsa masih pada jalur yang baik dan benar, sesuai cita-cita Proklamasi dan Reformasi,” tuturnya.

Menurutnya, keberadaan bersama dengan pemuda-pemuda yang lain menjadi bagian yang saling menguatkan. Kalau dulu untuk Indonesia merdeka, sekarang menyambut 100 tahun Indonesia merdeka adalah untuk  melanjutkan Pancasila, UUD, reformasi agar tetap terjaga dengan semangat menyelamatkan Indonesia dan generasi bangsa. “Koridornya tetap pada ideologi Pancasila, UUD, reformasi. Itu (koridor) merupakan salah satu katup penyelamat yang mensukseskan capaian cita-cita proklamasi dan reformasi,” ujar dia.

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Prodik Digital

Prodik Digital

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus