Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Presiden Minta Petani Beralih ke Pertanian Modern

Kementan telah menguji efisiensi lima alsintan yang berbasis teknologi 4.0.

12 Agustus 2019 | 10.40 WIB

Presiden Jokowi terkesan dengan kemajuan mekanisasi pertanian Indonesia.
Perbesar
Presiden Jokowi terkesan dengan kemajuan mekanisasi pertanian Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

INFO BISNIS — Kementerian Pertanian (Kementan) secara aktif melakukan upaya modernisasi pertanian dengan pengembangan teknologi pertanian, mulai dari perbenihan, cara tanam, perhitungan pola tanam berbasis IT, hingga mekanisasi. Pertanaman dan panen komoditas utama seperti padi dan jagung secara khusus dikembangkan pemanfaatan mekanisasi dengan alat mesin pertanian (alsintan) modern. 
 
Menurut Presiden, dalam lima tahun ini, Kementerian Pertanian sudah membagi berbagai alat mekanisasi pertanian seperti traktor, excavator, dan buldoser untuk yang daerah-daerah yang memiliki lahan yang besar-besar seperti di Humbang Hasundutan, Sumatera Utara (Sumut).
 
“Saya kaget juga dalam satu kabupaten traktornya begitu banyaknya, excavator-nya begitu banyaknya, sehingga lahan besar bisa dikerjakan dengan mekanisasi peralatan-peralatan yang ada yang saya lihat itu bantuan dari Menteri Pertanian,” ujar Presiden Jokowi saat berdialog dengan peserta Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2019, di Istana Negara, Jakarta, Selasa (6/8), dikutip dari laman setkab.go.id
 
Untuk itu, Presiden meminta bupati-bupati yang memiliki lahan yang bisa dikerjakan secara bukan manual lagi, agar meminta bantuan ke Kementerian Pertanian setiap tahun bantuannya banyak,untuk alat-alat seperti itu. “Jadi kita ubah petani yang sudah berpuluh-puluh tahun dengan untuk land clearing dengan cara membakar diganti dengan pembersihan land clearing dengan traktor, dengan excavator tanpa harus membuat api,” kata Presiden seraya menambahkan, di APBD provinsi, APBD di kabupaten/kota ada semuanya.
 
“Berilah petani-petani kita dengan mindset yang baru, pola pikir yang baru dalam bekerja, jangan biarkan mereka sudah berpuluh-puluh tahun kita masih melihat petani yang enggak mungkin mau land clearing dua hektar dicangkul, enggak mungkin,” ujarnya.
 
Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan dalam 4,5 tahun terakhir pemerintah telah melaksanakan pengadaan alsintan dalam jumlah besar dan menetapkan visi mekanisasi pertanian modern. Menurut Mentan, tidak mungkin capaian swasembada beras dan jagung saat ini diraih dengan cara-cara tradisional. 
 
"Mekanisasi mempercepat cara kerja petani, menggugah anak muda kembali ke pertanian, dan meningkatkan produksi pangan kita secara luar biasa. Pada tahun 2014, level mekanisasi pertanian hanya 0,14. Pada tahun 2018 kemarin meningkat signifikan menjadi 1,68,” kata Amran. 
 
Kementan telah menguji efisiensi lima alsintan yang berbasis teknologi 4.0, yaitu atonomous tractor, robot tanam, drone sebar pupil, autonomous combine, dan panen olah tanah terintegrasi. 
 
Mentan menambahkan alsintan berbasis teknologi 4.0 ini bila dibandingkan alsintan konvensional meningkatkan efisiensi waktu kerja berkisar 51 hingga 82 persen, dan efisiensi biaya berkisar 30 hingga 75 persen. Oleh karena itu, Mentan menetapkan Program Pertanian 4.0 pada bulan Juni 2019 yang lalu, sesuai arahan Presiden Jokowi. Diharapkan pemanfaatan Pertanian 4.0 dapat meningkatkan efisiensi waktu kerja dan efisiensi biaya secara signifikan, serta memberikan keuntungan bagi petani. 
 
"Jauh sangat efisien dan menguntungkan petani. Efisiensi kerja dengan menggunakan alsintan dapat terlihat dalam waktu kerja olah tanah yang biasanya bila manual butuh 320-400 jam/hektare, kini dengan alsintan hanya butuh 4-6 jam per hektare atau 97.4 persen lebih efisien dan menghemat biaya kerja hingga 40 persen (hanya 1.2 juta per hektare bila sebelumnya 2 juta per hektare),” ujar Amran. 
 
Efisiensi waktu juga berpengaruh terhadap alokasi tenaga kerja yang akhirnya akan mempengaruhi efisiensi biaya. Berdasarkan uji yang dilakukan oleh Kementan, mekanisasi telah mampu menurunkan biaya produksi sekitar 30 persen dan disisi lain mampu meningkatkan produktivitas lahan 33,83 persen.
 
"Selama tahun 2014-2018, produktivitas tenaga kerja sektor pertanian meningkat 20,35 persen, dari sebesar Rp 23,29 juta per orang pada tahun 2014 meningkat menjadi Rp 28,03 juta per orang pada tahun 2018,” ujarnya. (*)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Bahasa Prodik

Bahasa Prodik

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus