Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
INFO BISNIS – Di usia 24 tahun, Timothy Ronald dikenal sebagai salah satu figur muda yang aktif mendorong literasi keuangan digital di Indonesia. Melalui platform edukasi yang ia dirikan, Akademi Crypto, ia mengajak generasi muda memahami peluang dan risiko investasi aset digital secara kritis.
Timothy mulai dikenal publik setelah rutin membagikan konten edukasi seputar kripto dan teknologi finansial melalui kanal YouTube dan media sosial. Akademi Crypto yang ia bangun disebut-sebut sebagai salah satu kanal edukasi kripto yang cukup populer di kalangan pemula. Dalam beberapa tahun terakhir, ia konsisten membahas topik seputar Bitcoin, aset digital, serta perkembangan teknologi blockchain, dengan pendekatan yang disesuaikan untuk kalangan Gen Z.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Timothy membuktikan bahwa literasi finansial bisa disampaikan dengan cara yang relevan dan menarik bagi Gen Z. Ia menggabungkan kemampuannya dalam membaca tren pasar dan keahlian komunikasi publik yang kuat untuk menghadirkan edukasi kripto yang membumi dan mudah dipahami.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
CEO dan pendiri Akademi Crypto. Timothy Ronald. Dok. Akademi Crypto
"Visi saya sederhana—saya ingin anak-anak muda Indonesia tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tapi juga jadi bagian dari perubahan, bahkan memimpin," ujar investor dan edukator yang juga sering disebut sebagai ‘Raja Crypto’.
Dengan total aset kripto lebih dari 1 triliun rupiah—mayoritas dalam bentuk Bitcoin dan aset digital lainnya—Timothy menjadi simbol generasi muda yang visioner dan berani mengambil langkah besar di dunia finansial modern.
CEO dan pendiri Akademi Crypto. Timothy Ronald. Dok. Akademi Crypto
Dalam ekosistem yang terus berkembang, kehadiran figur muda seperti Timothy menjadi bukti nyata bahwa digitalisasi bisa membuka peluang besar jika dipadukan dengan edukasi yang tepat dan keberanian untuk melangkah.
“Saya percaya siapa pun bisa sukses di dunia digital, asal mau belajar, konsisten, dan punya keberanian untuk gagal dulu. Dari situlah pelajaran paling mahal datang,” Timothy memungkas. (*)