Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Program konversi ke kompor induksi berbasis listrik kini mulai diminati masyarakat. Penggunaan kompor listrik ini lebih nyaman dan hemat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satunya Jro Kesumawati, pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Pantai Mertesari, Sanur, Denpasar, Bali. Pedagang warung makanan ini adalah satu dari 1.000 pelanggan PLN dalam 950 kelompok penerima manfaat (KPM) kompor induksi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Praktis, cepat, lebih hemat, dan enak. Mudah membersihkan, cukup pakai tisu saja,” kata Kesumawati, Jumat, 15 Juli 2022.
Dia mengaku gembira bersama pelaku UMKM lain menerima paket bantuan kompor induksi dari PLN. Apalagi penggunaan kompor induksi tidak sulit, cukup sekali penjelasan dan langsung bisa menggunakan.
Kesumawati mengungkapkan selama belajar menggunakan kompor induksi tidak panas seperti penggunaan kompor LPG. Tisu yang diletakkan di atas kompor juga tidak terbakar karena tak ada api di kompor. “Lebih hemat, tidak keringatan rasanya, serta aman. Saya taruh tisu dan air, airnya mendidih, tisunya tidak terbakar,” ucapnya.
Selama ini Kesumawati mengaku menggunakan dua tabung LPG di warung dan tiga tabung LPG di rumahnya. Penggunaan kompor listrik akan menghemat pengeluaran dan dapat digunakan untuk mengembangkan usaha.
Kesumawati yang memiliki satu cucu ini, mengaku kaget menerima bantuan paket kompor induksi. Setelah belajar dan menggunakannya, kini dia mengaku kompor induksi lebih irit dan aman. “Terima kasih atas bantuan pemerintah, semoga bisa lebih irit,” ungkapnya.
I Ketut Sukra, pedagang asongan mengaku senang setelah mencoba kompor induksi selama tiga bulan. Sejak menggunakan kompor listrik dia sudah tidak membeli LPG.
“Biasanya sebulan dua tabung. Satu tabung gas Rp 19 ribu. Beli di warung, jadi Rp 38 ribu per bulan. Biaya listrik buat masak lebih kecil dari Rp 38 ribu. Kompor LPG sudah tidak dipakai lagi,” kata Ketut.
PLN sejak Maret lalu gencar mensosialisasikan konversi kompor induksi di berbagai daerah. Di Bali secara khusus ada 10 desa yang menjadi proyek percontohan, yakni Desa Renon, Desa Panjer, Desa Sesetan, Desa Pedungan, Desa Pemogan, Desa Serangan, Desa Sidakarya, Desa Sanur Kauh, Desa Sanur, dan Desa Sanur Kaja.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan program konversi kompor sebagai upaya meningkatkan ketahanan energi nasional. Selain itu untuk mengurangi impor LPG yang ditanggung negara.
Menurut dia, konversi ke kompor listrik menyelesaikan tiga persoalan sekaligus. Pertama, mengurangi ketergantungan impor LPG dengan energi berbasis domestik, yaitu listrik. Kedua, mengurangi beban APBN untuk subsidi LPG. Ketiga, konversi kompor ini sejalan dengan misi KTT G20 yaitu, transisi energi.
Penggunaan kompor induksi akan mengurangi emisi gas buang dibandingkan LPG. "Kami membuktikan kepada dunia Indonesia komitmen mengurangi emisi karbon. Bahkan dengan konversi kompor menjadi bukti, Indonesia sampai kepada masyarakata juga aware atas keberlangsungan iklim," ujar Darmawan.
Pada tahun ini, PLN melakukan pilot project konversi kompor LPG ke kompor listrik di dua kota, yaitu Surakarta dan Bali. Pada tahap pertama ini sekitar 2.000 masyarakat yang akan merasakan manfaat dari konversi ini.
PLN menyasar 300 ribu pelanggan lagi yang tersebar di beberapa kota. Perserian menargetkan sekitar 15,3 juta pelanggan beralih menggunakan kompor induksi pada 2025.