Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan anggaran yang efisien, Kepala Staf Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, Jenderal TNI Dudung Abdurachman, ingin mewujudkan postur tentara yang optimistis. Praktik pemanfaatan anggarannya berbasis prioritas, logis, konsisten, dan berorientasi pada waktu. Pandemi Covid-19 telah mendorong pemerintah mengeluarkan kebijakan refocusing dan realokasi anggaran, yang tentunya berdampak juga pada anggaran pertahanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jenderal Dudung menegaskan TNI Angkatan Darat merespons kondisi tersebut dengan pengelolaan anggaran yang efisien, namun tetap menghasilkan postur Angkatan Darat yang optimal. Keadaan ini dijadikannya sebagai peluang bagi Jenderal Dudung untuk berbenah diri dengan melakukan perubahan dan penataan organisasi yang sudah ada, dan meminimalisir pengadaan, secara bijaksana dan tepat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jenderal Dudung memiliki komitmen untuk dapat melanjutkan transformasi TNI Angkatan Darat yang realistis dan dapat tercapai. Ia memiliki pemikiran bagaimana membangun postur Angkatan Darat dengan prinsip low cost-high impact’ atau menggunakan anggaran seminimal mungkin, tapi memiliki dampak yang signifikan dan menyeluruh bagi organisasi TNI AD. Ada beberapa langkah substansial yang diimplementasikan untuk mewujudkan komitmen tersebut.
Langkah fundamental yang diambil Jenderal Dudung adalah mengubah paradigma berpikir tentang manajemen pembangunan postur TNI AD yang biasanya berorientasi pada fungsi. Antara lain fungsi menyangkut intelijen, operasi, latihan, personel, logistik, teritorial, dan perencanaan menjadi berorientasi pada komponen seperti doktrin, organisasi, latihan, materiil, pendidikan, personel, dan fasilitas.
Menurut Jenderal Dudung, manajemen yang hanya berorientasi fungsi tanpa memperhatikan keterkaitan antarkomponen akan bias dan tidak memiliki landasan berpijak kuat dalam proses pembangunan postur berkelanjutan. Bagaimana jenderal kelahiran Bandung ini juga berhasil menata kembali organisasi baik materiil maupun personel. Lebih lanjut Jenderal Dudung menguraikan visi dan misinya dalam wawancara berikut ini:
Bagaimana mewujudkan pembangunan postur TNI AD dengan berbasis prioritas, logis, konsisten, dan berorientasi pada waktu?
Di Angkatan Darat ini, menurut saya, keberhasilan dan kemenangan itu berasal dari keberanian mengubah sesuatu yang baru. Saya tidak mau biasa-biasa saja, jadi pemimpin itu harus punya imajinasi, inovasi, visi dan misi, cita-cita, dan harapan.
Pemimpin yang baik itu, pertama, jika ingin berhasil memimpin harus mengerti menguasai tugas pokok tujuan serta sasaran yang harus dicapai. Kedua, pemimpin harus mengerti menguasai segala macam keterbatasan yang ada dalam satuan termasuk dalam dirinya sendiri. Ketiga, pemimpin harus mengerti menguasai unsur-unsur manusia, sebagai bapak, guru, rekan, komandan, pemimpin itu harus punya empati, pakai rasa, hati, sentuhan, dan segala macam itu. Saya sampaikan kepada para komandan, kamu jadi pemimpin jangan sampai mengambil hak prajurit. Kalau itu terjadi, langsung saya copot.
Anda menekankan perubahan kultur di TNI AD, seperti selalu melakukan kegiatan bermakna dan jangan mendemonstrasikan kebodohan?
Apa yang dimaksud jangan didemonstrasikan kebodohan, yakni jangan melakukan hal yang enggak-enggak, hanya buang-buang waktu, tidak ada tujuan dan hasilnya. Sekarang sudah tidak ada yang enggak-enggak itu dikerjakan. Sekarang, untuk menjadi seorang komandan harus ada assessment. Istrinya dites psikologi, kesehatan, dan jasmani. Karena pernah ada kejadian, istrinya memotong hak anak buah. Sekarang tidak ada lolos yang seperti itu.
Kami mencari Sudirman (Jenderal Besar TNI Raden Soedirman) baru. Sudirman yang dulu mengayomi dan menyayangi anak buahnya. Sebelum menjadi pemimpin harus jadi idaman, yang diharapkan, dihormati, disayangi, disegani dan bukan ditakuti. Sudirman dibopong-bopong prajuritnya, karena setia, tulus.
Salah satu visi TNI AD adalah sinergi dan manunggal dengan rakyat?
Doktrin kami (TNI), tentara sebagai sistem pertahanan rakyat semesta. Sejarah membuktikan kemanunggalan TNI dengan rakyat bisa memukul penjajah walau hanya berbekal bambu runcing. Sistem pertahanan rakyat semesta masih diterapkan sampai kini.
TNI dan rakyat itu tidak bisa dipisahkan, bagaikan ikan dengan air. TNI berasal dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Jati diri TNI sebagai tentara rakyat, tentara pejuang, tentara nasional dan tentara profesional.
Kegiatan-kegiatan sistem pertahanan alam semesta, salah satunya adalah kegiatan pembinaan teritorial, dengan tiga metode yakni bakti TNI, komunikasi sosial, dan ketahanan wilayah. Sejarah Indonesia diperjuangkan oleh rakyat dan tentara.
Apa yang dimaksud dengan manunggal air?
Pada awal menjabat sebagai Kasad, saya mendapatkan pesan dari Presiden Joko Widodo, yang membuat saya tergugah dan tertantang. Presiden bilang: Pak Dudung, pasca Covid-19 berdampak pada ekonomi, banyak yang di PHK dan kehilangan pekerjaan. Pertama, bantu pemerintah daerah mensejahterakan rakyat. Kedua, buat program mensejahterakan prajurit.
Saat itu saya langsung mengumpulkan jajaran. Saya perintahkan lahan-lahan Angkatan Darat yang selama ini ditanami padi, jagung, dan sebagainya yang menjadi masukan kepada satuan, hasilnya serahkan kepada masyarakat terdampak Covid-19. Tentunya setelah dipotong biaya operasional.
Kedua, food estate. Ini untuk membantu program pemerintah. Ketiga, manunggal air, karena air sumber kehidupan. Program penyediaan air di wilayah-wilayah yang selama ini kesuilitan air. Dengan manunggal air yang menggunakan sistem hidrolik tidak pakai listrik, sekarang air bisa sampai ratusan hektar, salah satunya di Nusa Tenggara Timur.
Bagaimana TNI AD memenuhi kebutuhan air di daerah-daerah kering?
Manunggal air ini sudah tersebar di seluruh Indonesia dari Aceh sampai Papua. Sekarang sudah ada 1.500 lebih titik. Paling banyak di Nusa Tenggara Timur karena wilayah itu banyak kekeringan. Kegiatan manunggal air, ketahanan pangan dan penanganan stunting tidak ada anggaran. Kami hanya mengandalkan bergaul dengan teman-teman kami dan dari dana corporate social responsibility (CSR).
Bagaimana program babinsa masuk dapur?
Saya menyampaikan kepada anggota TNI AD, jangan sampai ada masyarakat yang tidak makan dan rumahnya bocor. Seluruh babinsa melakukan sidak ke rumah warga, mereka membawa makanan dan susu serdadu. Melalui program ini kami memastikan tidak ada lagi masyarakat yang kelaparan atau tidak makan.
Program lain yang bersentuhan dengan masyarakat?
Para babinsa memodifikasi motor menjadi ambulan untuk menolong warga. Di daerah-daerah tertentu membuat motor yang dimodifikasi menjadi mudah masuk ke gang-gang rumah yang tidak bisa dilalui mobil ambulans. Semua program TNI AD menunjukkan negara hadir untuk rakyat. Jadi saya ingin Angkatan Darat yang berasal dari rakyat, kembali ke rakyat dan untuk rakyat.
Bagaimana peran TNI AD dalam mengatasi stunting?
Program manunggal air, ketahanan pangan, food estate ini juga salah satu membantu pemerintah dalam mengatasi stunting. Karena itu setelah saya dijuluki jadi Bapak Asuh Stunting. Begitu juga pangdam, danrem, dandim sampai danramil juga dijuluki Bapak Asuh Stunting di wilayahnya.
Apa keinginan Anda sebagai orang nomor satu di Angkatan Darat?
Saat pergi haji kemarin, saya berdoa, “Ya Allah, saya ingin menolong orang. Saya ingin menjadi tangan-tangan Tuhan. Saya ingin terus dapat berbagi kepada sesama, karena saya berpikir orang yang rajin bersedekah tidak akan jatuh miskin.
Saya belum melihat orang yang bermurah hati tidak bahagia, pasti bahagia. Saya tegaskan ke semua jajaran kalau untuk bangsa dan negara jangan pernah berpikir banyak, tapi lakukan.
Apa yang ingin Anda sampaikan kepada jajaran TNI AD menghadapi Pemilu 2024?
TNI AD tidak memihak siapapun dan netral. Loyalitas seluruh jajaran harus tegak lurus, tidak memihak manapun dan harus netral. Kami harus menjaga demokrasi dan jangan sampai memihak.
Bahwa ada purnawirawan yang memihak calon-calon tertentu, saya tegaskan mereka mewakili pribadinya bukan organisasi. Saya juga tegaskan kepada seluruh jajaran TNI AD jangan ada purnawirawan yang mempengaruhi anak buah saya, meskipun mantan komandan atau mantan anak buahnya.
Jangan coba-coba mempengaruhi anggota TNI AD untuk tidak netral. Kalau ada yang terlibat, saya copot hari itu juga.