Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Transformasi digital menjadi salah satu isu penting dalam Presidensi G20 Indonesia. Di satu sisi, untuk mengakselerasi pemanfaatannya di dalam negeri. Selain itu, menjadi isu penting sesama anggota G20 agar dapat bersama-sama mengakselerasi transformasi digital global yang mendukung pemulihan ekonomi pasca-pandemi Covid-19.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Isu ini tercermin pada tema Presidensi G20 Indonesia, yakni “Recover Together, Recover Stronger.” Tema tersebut mengusung tiga topik utama, yakni arsitektur kesehatan global yang inklusif, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi energi hijau.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melalui salah satu topik utama, yakni transformasi ekonomi berbasis digital, Indonesia mengemban misi penting untuk meningkatkan kerja sama antarnegara G20 dalam melakukan percepatan transformasi digital yang merata dan terjangkau. Selain itu mewujudkan kesetaraan atau keadilan digital, menunjukan kemajuan industri ekonomi digital Indonesia kepada dunia termasuk dampak positifnya bagi masyarakat luas.
Juru bicara Kementerian Komunikasi dan Informatika, Dedy Permadi, mengatakan Kementerian sebagai pengampu isu transformasi digital melalui Digital Economy Working Group (DEWG) memiliki peran untuk menjembatani dan memperkuat beragam prioritas bidang digital. “Dilakukan melalui cross-cutting maupun lintas negara anggota G20 agar dapat bersama-sama mengakselerasi transformasi digital global yang mendukung pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19,” kata dia, Jumat, 4 Maret 2022.
Adapun DEWG pada Presidensi G20 Indonesia, Dedy melanjutkan, mengangkat tiga isu prioritas, yakni konektivitas dan pemulihan pasca-Covid-19, kecakapan digital dan literasi digital, serta arus data lintas negara.
Pada isu pertama, konektivitas dan pemulihan pasca-Covid-19, DEWG akan membahas aspek human network dalam konektivitas digital. Di dalamnya termasuk isu terkait pemanfaatan konektivitas digital dari segi isu keamanan digital, serta upaya menghadirkan fair playing level field (prinsip keadilan) dalam kegiatan ekonomi digital.
Pada isu kedua, kecakapan digital dan literasi digital, Indonesia mendorong seluruh anggota G20 melakukan upaya konkret untuk mencapai pemerataan literasi dan kecakapan digital. Pasalnya, di era Industri 4.0 penggunaan internet menjadi keniscayaan. Karena itu, sumber daya manusia harus dipersiapkan agar memiliki literasi dan keterampilan digital yang lebih mumpuni.
“Sedangkan untuk isu tentang arus data lintas negara, hal ini sebagai respons Indonesia terhadap kondisi tata kelola data global. Meskipun secara teknis membutuhkan keterhubungan, namun pada hakikatnya terkendala berbagai macam aspek,” kata Dedy.
Untuk itu, Indonesia berupaya memfasilitasi dan mencari titik temu perbedaan pandangan di antara anggota G20 mengenai tata kelola pertukaran data antarnegara secara inklusif.
Inisiatif Indonesia mengangkat isu tentang transformasi digital bahkan telah dijalankan saat Presidensi Italia 2020. Saat itu pemerintah mengajukan inisiatif G20 Digital Innovation Network. Inisiatif ini dimaksudkan sebagai langkah kolaboratif antara Presidensi Italia dengan Presidensi Indonesia 2022.
Presidensi Italia kemudian menghadirkan Liga Inovasi G20 untuk membangun dan memfasilitasi kerjasama antara pemerintah dan pelaku inovasi swasta dalam skala global. Liga Inovasi G20 melibatkan lebih dari seratus perusahaan rintisan dan seratus venture capitals dari G20 dan negara-negara tamu. Mereka saling berbagi pengalaman dan solusi inovatif dalam menghadapi tantangan global di berbagai sektor, terlebih sejak pandemi Covid-19 melanda.
Partisipasi Indonesia dalam Liga Inovasi G20 menggambarkan perhatian Pemerintah Indonesia terhadap pentingnya ekosistem digital yang kuat agar dapat mengakselerasi pemulihan ekonomi. Sebagaimana diketahui, akselerasi tren transformasi digital turut dipicu oleh pandemi Covid-19 secara global.
Pandemi Covid-19 telah mendisrupsi tatanan kehidupan masyarakat, salah satunya melalui pembatasan mobilitas luar ruang maupun pembatasan terhadap interaksi fisik secara langsung. Faktor-faktor ini akhirnya mendorong kehadiran beragam solusi berbasis teknologi digital seperti remote work, telehealth dan fintech, sebagai penggerak aktivitas perekonomian di era kebiasaan baru.
Dedy menjabarkan peningkatan adopsi digital di Indonesia selama pandemi dan pasca-pandemi terlihat dari meningkatnya jumlah pengguna layanan digital. Menurut data Google, Temasek, dan Bain, ada peningkatan hingga 21 juta pengguna layanan digital baru. “Secara makro, sektor-sektor digital di Indonesia juga mengalami pertumbuhan double-digit pada tahun 2021, yakni pertumbuhan sektor e-commerce mencapai 52 persen, transport and food mencapai 36 persen, online travel mencapai 29 persen, dan online media mencapai 48 persen,” tutur dia.
Sedangkan menurut data Badan Pusat Statistik pada awal 2022, pertumbuhan teknologi digital pada 2021 tumbuh positif sektor informatika dan komunikasi. Tercatat pada triwulan I sebesar 8,71 persen, triwulan II sebanyak 6,90 persen, triwulan III 5,54 persen dan triwulan IV sebesar 6,21 persen.
Perkembangan positif ini dapat dimaklumi. Dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa, hingga awal Januari 2022 tercatat pengguna internet di Indonesia sebanyak 204,7 juta atau 73,7 persen dari total populasi nasional. Sedangkan koneksi perangkat seluler di Indonesia mencapai 370,1 juta atau 133,3 persen dari jumlah populasi nasional.
Hasil ini mendorong valuasi ekonomi digital Indonesia pada tahun 2021 diestimasikan mencapai US$70 miliar atau setara Rp 1.005 triliun. Bahkan, diproyeksikan akan terus bertumbuh hingga US$146 miliar pada 2025. Tak ayal, Presiden Joko Widodo memberi arahan untuk memaksimalkan potensi digital nasional melalui lima langkah dalam percepatan transformasi digital di Indonesia.
Pertama, melakukan percepatan perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital dan penyediaan layanan internet. Dua, menyiapkan peta jalan transformasi digital di sektor strategis. Tiga, mempercepat integrasi Pusat Data Nasional. Empat, menyiapkan regulasi, skema-skema pendanaan, dan pembiayaan transformasi digital. Terakhir, menyiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
Kementerian Kominfo telah menyiapkan Peta Jalan Indonesia Digital 2021-2024 yang dilaksanakan pada empat pilar, yakni infrastruktur digital, pemerintahan digital, ekonomi digital, dan masyarakat digital. “Dari empat sektor strategis tersebut, kami kemudian menyusun 100 inisiatif utama untuk dilaksanakan secara kolaboratif di 10 sektor prioritas,” ujar Dedy.
Adapun 10 sektor prioritas adalah transportasi dan pariwisata digital, perdagangan digital, jasa keuangan digital, media dan hiburan digital, pertanian dan perikanan digital. Kemudian real estate dan perkotaan digital, pendidikan digital, kesehatan digital, digitalisasi perindustrian, dan digitalisasi lembaga.