Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Direktur Penyidikan pada Jaksa Agung Muda Bidang Tindak Pidana Khusus Kejaksaan Agung Abdul Qohar menjelaskan adanya modus pengoplosan dalam kasus dugaan korupsi tata kelola minyak di PT Pertamina (Persero). Menurut dia, diduga ada pengoplosan bahan bakar beroktan 88 (Pertalite) dengan bahan bakar beroktan 92 (Pertamax).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Modus Pengoplosan
Qohar mengungkapkan pengoplosan bakar terjadi berkat peran dua tersangka baru dalam kasus ini, yakni Direktur Pemasaran Pusat dan Niaga PT Pertamina Patra Niaga Maya Kusmaya dan Vice President Trading Operation PT Pertamina Patra Niaga Edward Corne. Keduanya diduga memerintahkan proses pencampuran bahan bakar jenis Pertalite dengan Pertamax untuk menghasilkan bensin yang kemudian dijual sebagai BBM RON 92 (Pertamax). Kejaksaan menjelaskan, proses pengoplosan ini dilakukan di terminal bahan bakar minyak milik PT Orbit Terminal Merak milik Kerry Andrianto dan Gading Ramadhan Joedo.
Efek Bensin Oplosan
Dinukil dari GridOto, pencampuran bahan bakar tidak akan menimbulkan dampak buruk, asalkan bahan bakar yang dipakai memiliki angka oktan yang sama atau setara. Meski begitu, mesin kendaraan dapat rusak jika sering menggunakan campuran BBM beroktan rendah dengan BBM beroktan tinggi. Sebab, hasil campuran bahan bakar tersebut akan membuat angka oktan atau research octane number (RON)-nya lebih rendah dari angka yang direkomendasikan produsen kendaraan.
Kerusakan Mesin Akibat Bensin Oplosan
Dilansir dari Astra Otoshop, ada beberapa efek penggunaan bahan bakar campuran yang tidak sesuai dengan rekomendasi produsen mesin.
- Merusak komponen
Bensin campuran yang tak sesuai dengan karakteristik pembakaran mesin dapat merusak sejumlah komponen seperti klep, piston dan lainnya.
- Menurunkan performa
Tenaga dan efisiensi mesin dapat menurun akibat pembakaran proses pembakaran yang tidak sempurna. Hal ini bisa dipicu oleh penggunaan oktan bahan bakar yang tidak sesuai dengan rekomendasi produsen kendaraan.
- Memunculkan kerak pada mesin
Penggunaan jenis aditif berbeda pada bahan bakar dengan angka RON berbeda dapat menimbulkan kerak pada mesin. Kerak ini dapat mengganggu efisiensi pembakaran BBM.
- Meningkatkan risiko knocking
Penggunaan BBM campurang membuat pembakaran di dalam mesin tak terkontrol. Fenomena ini disebut sebagai knocking yang menyebabkan tenaga mesin menurun dan cepat rusak.
Bantahan Pertamina
Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri membantah adanya pengoplosan bahan bakar jenis Pertalite dan dijual sebagai Pertamax. Ia menegaskan produk BBM Pertamina telah memenuhi standar dan spesifikasi yang ditentukan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Dia juga mengklaim, setiap produk BBM selalu diuji secara berkala dan diawasi ketat oleh Kementerian Energi melalui Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi (Lemigas).
KRISNA PRADIPTA | SUMBER DIOLAH TEMPO