Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Arab Saudi berencana menjadi tuan rumah KTT China-Arab pada 9 Desember 2022. Tiga diplomat Arab di kawasan yang mengetahui rencana tersebut mengkonfirmasi, pertemuan tingkat tinggi itu akan dihadiri oleh Presiden China Xi Jinping selama kunjungannya ke kerajaan tersebut.
Baca: Xi Jinping Ingin Tingkatkan Kerja Sama Energi dengan Rusia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dua diplomat dan sumber keempat yang mengetahui langsung kunjungan tersebut mengatakan kepada Reuters, Xi dijadwalkan tiba di Riyadh pada 7 Desember 2022. Menurut diplomat, undangan telah dikirim ke para pemimpin di Timur Tengah dan Afrika Utara untuk pertemuan China-Arab.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kantor komunikasi pemerintah Saudi tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang kunjungan Xi atau waktu pertemuan puncak. Sementara Kementerian Luar Negeri China tidak segera menanggapi pertanyaan tentang perjalanan Xi.
Delegasi China diperkirakan akan menandatangani lusinan perjanjian dan nota kesepahaman dengan negara-negara Teluk dan negara-negara Arab lainnya yang mencakup energi, keamanan, dan investasi. Para diplomat tidak menjelaskan lebih lanjut.
Menteri Saudi untuk urusan luar negeri Adel Al-Jubeir pada awal bulan ini mengatakan kepada Reuters bahwa memperkuat hubungan perdagangan dan keamanan regional akan menjadi prioritas dalam kunjungan tersebut. Anjangsana Xi juga diharapkan mencakup pertemuan puncak China-Teluk di samping pertemuan Arab yang lebih luas.
"Tingkat perwakilan tergantung pada masing-masing negara dengan banyak pemimpin Arab diharapkan hadir, yang lain akan mengirim setidaknya menteri luar negeri mereka," kata salah satu diplomat Arab kepada Reuters.
Perjalanan Xi datang dengan latar belakang ketegangan hubungan Washington dengan Beijing dan Riyadh atas perbedaan hak asasi manusia dan invasi Rusia ke Ukraina. Negara-negara Barat juga menghadapi persaingan ekonomi yang meningkat dari China, yang mereka katakan menggunakan kekuatan ekonominya sebagai pengaruh diplomatik.
Negara-negara Teluk Arab dalam beberapa tahun terakhir telah memperkuat hubungan dengan China dan Rusia pada saat meningkatnya keraguan regional tentang komitmen mitra keamanan utama Amerika Serikat di kawasan tersebut.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab telah menolak tekanan Amerika Serikat untuk "memilih pihak" terkait hubungan mereka dengan China, mitra dagang utama, dan Rusia, sesama anggota aliansi produsen minyak OPEC+.
Pemerintahan Presiden Joe Biden marah dengan keputusan OPEC+ pada Oktober lalu, untuk memangkas target produksi karena AS keberatan. Langkah itu merusak hubungan lama dengan Arab Saudi yang telah coba diperbaiki oleh Biden selama kunjungan ke kerajaan pada Juli 2022.
Simak: Rishi Sunak Mengatakan Era Keemasan Inggris dengan China Telah Berakhir
REUTERS