Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Belal Muhammad telah mencetak sejarah dengan menjadi petarung bela diri campuran pertama yang berasal dari Palestina yang berhasil merebut gelar juara UFC, dengan merebut gelar juara kelas welterweight dari tangan juara bertahan asal Inggris, Leon Edwards.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Muhammad berusia 36 tahun ini, seorang petarung Amerika Serikat yang lahir di Chicago, 9 Juli 1988 dan anak dari dua imigran Palestina, mencetak kemenangan angka mutlak dalam lima ronde (48-47, 48-47, 49-46) pada pertandingan UFC 304 pada hari Sabtu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan wajah berlumuran darah, Muhammad (24-3) berlutut beberapa saat setelah ia tetap tak terkalahkan dalam laga ke-11 beruntun dan sabuk juara melingkar di pinggangnya. Ia belum pernah kalah sejak 2019.
"Ini bukan hanya tentang diri saya sendiri, ini tentang mereka [warga Palestina dan orang-orang di Gaza]" yang ia perjuangkan, kata Muhammad seperti dikutip sebelum pertandingannya di Manchester, Inggris.
Petarung berjuluk “Remember The Name” ini juga dengan bangga mengibarkan bendera Palestina saat mempromosikan pertandingan Sabtu sambil mengkritik perang Israel di Gaza.
Muhammad dan Edwards bertarung sampai hasil no-contest pada tahun 2021, sebuah hasil yang tidak memuaskan yang memicu kemenangan beruntun bagi kedua petarung ini.
Edwards meraih empat kemenangan beruntun, sementara Muhammad meraih lima kemenangan beruntun.
Pada 2022, Edwards (22-4) mengalahkan Kamaru Usman untuk merebut sabuk juara dan menjalani dua kali mempertahankan gelar, sebelum berhadapan dengan Muhammad pada Sabtu.
“Kami Ada”
Muhammad secara konsisten menyoroti latar belakang Palestina-nya, menggunakan lagu Dammi Falesteeni (My Blood is Palestine) dari pemenang Arab Idol, Mohammed Assaf, sebagai lagu pengiring aksi.
Pada 2021, Muhammad dikutip oleh laporan berita yang mengatakan bahwa, sebagai petarung terkenal di dunia, ia memiliki "suara untuk mereka yang tak bersuara".
"Tidak banyak atlet Palestina yang memiliki panggung atau panggung di mana mereka dapat membawa bendera. Dan sekarang, terutama pada masa-masa ini, saya harus membawa bendera itu lebih tinggi dari sebelumnya. Untuk menunjukkan kepada dunia bahwa kami ada, bahwa kami adalah sebuah negara, dan ada orang-orang yang nyata di sana.
"Sekarang saya memiliki suara untuk orang-orang yang tidak memiliki suara, untuk orang-orang yang dunia ingin Anda lupakan. Jadi, jika saya terus menyoroti hal itu, meningkatkan semangat mereka, membesarkan hati mereka, saya akan melakukan apa pun yang saya bisa."
AL JAZEERA