Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Cerita Tentara Perempuan Sulitnya Haid Saat Latihan Militer

Menjalani latihan militer saat haid bukan hal yang nyaman, namun ini hal yang mereka harus jalani.

21 Januari 2020 | 19.00 WIB

Tentara perempuan Singapura. Sumber: Facebook/The Singapore Army/asiaone.com
Perbesar
Tentara perempuan Singapura. Sumber: Facebook/The Singapore Army/asiaone.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Menjalani latihan militer bagi tentara perempuan merupakan tantangan tersendiri, terlebih ketika mereka sedang mengalami hal-hal yang berurusan dengan kewanitaan, seperti nyeri haid dan gejala yang mengikutinya yakni kram, sakit punggung, atau berjerawat. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Beberapa tentara perempuan di Singapura menceritakan perjuangan mereka saat harus latihan militer di hutan lembab Pulau Tekong dan harus mengalami periode mentruasi bersamaan dengan program tersebut. Mereka tidak memiliki pilihan lain selain menjalani semua itu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Saat latihan militer, para tentara perempuan juga harus mau bersusah payah harus melewati tanah berlumpur, tidur di tenda penuh nyamuk dan membawa perbekalan lapang yang beratnya 10 kilogram dalam cuaca tropis yang panas dan lembab. Semua itu harus mereka lalui sambil menanggung gejala menstruasi yang muncul. 

Setiap tentara perempuan harus membawa tas berisi alat kesehatan dan kebersihan untuk kebutuhan selama 3 hari dan membangun toilet darurat jika mereka tidak dapat menemukan toilet di hutan. 

Namun, sampah seperti tisu bekas dan pembalut tidak dapat dibuang atau dikubur sembarangan di hutan karena sampah-sampah itu tidak dapat terurai dan akan sangat menjijikan jika seseorang menggalinya secara tidak sengaja. Jadi, dalam kebanyakan kasus mereka akan membawa sampah itu sampai mereka keluar dari pulau tempat pelatihan. Itu artinya, para tentara perempuan yang sedang menstruasi menghabiskan waktu berhari-hari sambil membawa sampah pembalut, dan tisu dalam kantong sampah plastik yang disimpan dalam paket lapangan mereka. 

Ketika ditempatkan di lingkungan yang sulit dan dipaksa untuk beradaptasi melakukan segala tindakan dengan cepat serta dibawah tekanan, biasanya rasa malu dan citra diri bukan lagi menjadi prioritas. Dari awal, tentara yang menjalani latihan militer dipaksa untuk berteman dan akrab satu sama lain, dan bukanlah hal yang aneh ketika mereka mungkin harus tak berbusana saat mengganti seragam mereka di depan orang yang baru saja mereka temui. 

Beberapa tentara perempuan mengungkapkan mereka biasanya hanya diberi waktu tiga menit untuk mengganti celana dalam dan pembalut dalam mobil khusus tentara. Biasanya mereka yang sudah terlalu Lelah terkadang tak peduli saat harus bersalin baju di depan orang lain.

Saat turun hujan hingga berhari-hari, para prajurit perempuan di Singapura ini harus tetap melakukan latihan fisik. Dalam kondisi seperti ini biasanya mereka hanya akan diberi izin untuk mengganti pembalut sekali di malam hari. Kondisi seperti sangat tidak nyaman bagi perempuan, namun para tentara perempuan yang sedang latihan militer itu harus bisa menahannya. 

“Sebanyak apapun Anda tertekan, mentor tidak akan peduli. Namun mentor tidak akan menyiksa Anda jika Anda tidak dapat melakukan sesuatu. Para perempuan yang mendaftar sebagai anggota tetap, mereka benar-benar tidak memiliki rasa takut, pola pikir mereka berbeda dari warga sipil,” kata seorang tentara perempuan. 

Seorang prajurit senior perempuan mengatakan dia benar-benar harus fokus pada pertempuran besar yang harus ditaklukkan ketimbang mengingat-ingat menstruasi bulanannya. Lalu bagaimana cara mereka mengatasi gejala-gejala menstruasi seperti PMS (sindrom pramenstruasi), kembung dan kram? 

“Saya hanya bisa bergantung pada Panadol untuk bertahan hidup setiap bulannya. Kadang-kadang rasa sakit bisa sangat buruk sampai saya harus berjongkok di lantai dan merasa seperti akan muntah sepanjang waktu, namun hidup harus terus berjalan. Saya harus kuat saat menjalani masa pelatihan militer saya,” kata seorang tentara perempuan yang lain.

Tentara perempuan Singapura. Sumber: Facebook/The Singapore Army/asiaone.com 

Dalam beberapa kasus ketika rasa sakit terlalu parah, para tentara perempuan akan memberitahu atasannya. Namun pada banyak kasus hal itu hanya akan mendorong mereka untuk menjadi lebih kuat karena tidak seharusnya nyeri menstruasi menjadi alasan melewatkan pelatihan. 

Bagi mereka yang ingin memiliki karir di militer namun khawatir pada tantangan biologis seperti haid yang terjadi selama pelatihan, seorang prajurit perempuan mengatakan orang tersebut sebaiknya melupakan mimpi menjadi tentara perempuan. Tentara perempuan lainnya yang telah melalui pelatihan menyarankan agar meminum obat penunda menstruasi karena menstruasi selama pelatihan militer akan sangat menyusahkan.

 

Galuh Kurnia Ramadhani | asiaone.com

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus