Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mimpi sekitar seribu umat muslim di Desa Wheinfelden, Thurgau, Swiss Timur, untuk memilliki makam khusus Islam, terancam gagal. Sebabnya penduduk desa tersebut memutuskan menggelar referendum, menyetujui atau menolak rencana pembuatan makam untuk umat Muslim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami merasa kurang dipercaya dengan adanya referendum ini,“ kata Adem Kurovic, Sekretaris Jenderal Dachverband Islamischer Gemeinden der Ostschweiz und des Fürstentums Liechtenstein (DIGO), ormas Islam di Thurgau, saat diwawancara Tempo melalui telepon pada Selasa, 28 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelumnya menjelang Natal 2024, parlemen Thurgau sudah memberikan lampu hijau atas rencana pembuatan makam Islam di Wheinfelden. Sebanyak 24 anggota parlemen Provinsi Thurgau, menyatakan setuju. Hanya dua orang yang menolak. SVP, partai aliran kanan Swiss, saat itu juga tidak keberatan dengan rencana tersebut.
Namun lampu hijau itu kini dihadang oleh munculnya referendum yang akan dilaksanakan 18 Mei 2025. Sistem politik di Swiss memungkinkan masyarakat untuk menolak rencana pemerintah atau ormas, dengan cara mengumpulkan tanda tangan.
Warga desa Wheinfelden, dipelopori Lukas Madoerin, politikus setempat, dalam waktu tiga hari, berhasil mengumpulkan 400 tanda tangan untuk memuluskan syarat adanya referendum lokal.
Perlawanan terhadap rencana pembuatan makam Islam ini agak mengejutkan di Swiss. Paling tidak, saat ini sudah ada 12 provinsi di Swiss yang memiliki makam Islam. Di Bern, tepatnya di Bremgarten bahkan sudah ada makam islam sejak 25 tahun lalu. Keberadaan makam Islam sebelumnya tidak menjadi masalah.
Kendati demikian, penolakan terhadap Islam sudah muncul. Tahun 2009, rakyat Swiss menolak pembangunan menara masjid. Warga Swiss juga menolak pemakaian burga dalam referendum 2021. Dua jenis referendum nasional ini menjadi perhatian dunia internasional.
Rencananya, DIGO akan membangun makam islam di tanah kosong yang bersebelahan dengan makam umum. Penduduk Desa Wheinfelden mayoritas adalah Katolik. Makam Islam tersebut direncanakan bisa memuat 70 kuburan.
"Selama ini kalau ada umat muslim yang meninggal, kami makamkan ke provinsi lain, misalnya ke Winthertur, Zurich, selama di tempat tinggal kami, tidak ada makam Islam," kata Kurovic. Thurgau, Swiss Timur, hingga kini belum memiliki makam khusus umat Islam.
Umat Islam di Thurgau, kata Kurovic, sebenarnya sudah melakukan kompromi. Paling tidak, jenazah tidak begitu saja dikubur dengan kain kafan namun dengan peti kayu. "Dengan syarat makam Islam harus selamanya ada, juga kami tidak ngotot,“ katanya.
Dalam 20 tahun, imbuh Kurovic, makam bisa dipindah. Pihaknya hanya menginginkan adanya makam yang mengarah ke kiblat.
Kurovic khawatir referendum itu akan menggagalkan rencana pembuatan makam Islam di Wheinfelden. Dari 12.000 warga Wheinfelden, hanya 10 persen di antaranya beragam Islam. Jumlah yang sangat sedikit untuk memenangkan referendum.
Agama Islam di Swiss belum diakui secara resmi. Kendati demikian, terdapat sekitar 400.000 ribu umat muslim di Swiss. Sebagian besar dari Pecahan Yugoslavia dan Turki.
Krisna Diantha berkontribusi dalam penulisan artikel ini.