Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada hari ini, mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad genap berusia 99 tahun berdasarkan kelahirannya yang dicatatkan pada tanggal 20 Desember 1925. Ia menjadi ikon dinamika politik di negara tersebut dengan kiprahnya selama bertahun-tahun, terutama menjabat selama dua kali sebagai perdana menteri yakni periode pertama (1981-2003) dan periode kedua (2018-2020).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Antara, Mahathir dilantik sebagai Perdana Menteri Malaysia untuk pertama kalinya pada 16 Juli 1981, pada usia 56 tahun, dan menduduki jabatan tersebut hingga 2003.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pria yang mendapat julukan sebagai "Sukarno Kecil" dan Dr M itu kembali menjabat sebagai perdana menteri Malaysia pada 2018, setelah mengalahkan Najib Razak dalam pemilu, yang menjadikan Mahathir sebagai pemimpin tertua di dunia. Namun ia kembali mengundurkan diri dari jabatan tersebut Pada 24 Februari 2020, menyusul krisis politik yang terjadi di Malaysia.
Profil Mahathir Mohamad
Dikutip dari laman Britannica, Mahathir Mohamad lahir pada 20 Desember 1925 di Alor Setar, Negara bagian Kedah di Malaysia Utara. Ia kemudian memiliki gelar lengkap Datuk Seri Mahathir bin Mohamad. Menurut buku Mahathir Mohamad & Aceh oleh Abdul Manan dan Rahmad Syah Putra, ia merupakan anak bungsu dari sembilan bersaudara, dari pasangan Mohammad bin Iskandar dan Wan Tempawan binti Wan Hanaf. Ayahnya merupakan seorang guru yang dihormati di sebuah sekolah Bahasa Inggris.
Dalam pendidikan, Mahathir menuntut ilmu di Sultan Abdul Hamid College dan Universitas Malaya di Singapura, tempat ia belajar kedokteran. Setelah lulus pada 1953, ia bekerja sebagai petugas medis pemerintah hingga 1957 sebelum membuka praktik sendiri.
Karir Mahathir Mohamad dalam bidang politik bermula pada 1950-an, dimana kala itu dirinya sangat banyak menyuarakan berbagai komentar dalam bentuk opini dan esai menyangkut isu-isu sosiopolitik negara. Namanya kemudian meraih popularitas setelah Pemilihan Raya Umum Malaysia 1964. Saat itu ia pertama kali terpilih menjadi anggota parlemen pada 1964 sebagai anggota United Malays National Organisation (UMNO), partai dominan dalam koalisi pemerintah yang berkuasa.
Mahathir sempat dikeluarkan dari UMNO pada 1969 namun ia bergabung kembali setahun setelahnya dan terpilih sebagai Dewan Tertinggi pada 1972. Kemudian pada 1974, Mahathir Mohamad lolos ke parlemen. Pada tahun yang sama, Mahathir juga diangkat sebagai menteri pendidikan.
Pada 1976 dirinya didapuk sebagai wakil perdana menteri. Lima tahun setelahnya atau pada Juni 1981 ia terpilih sebagai presiden UMNO. Puncaknya, Mahathir pun dipercaya sebagai perdana menteri pada Juli 1981.
Mahathir menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia selama 23 tahun dengan memenangkan lima pemilihan berturut-turut. Hal itu menjadikannya sebagai perdana menteri yang menjabat paling lama dalam sejarah Malaysia.
Dalam kurun waktu tersebut, Mahathir menjadi saksi transisi Malaysia di berbagai bidang kehidupan. Sosok Mahathir pun memiliki dampak yang luarbiasa signifikan terhadap ekonomi, budaya dan dalam pemerintahan Malaysia.
Kebijakan Strategis Mahathir Mohamad
Dikutip dari laman bioghraphy.com, selama masa jabatannya yang panjang sebagai perdana menteri, Mahathir memberi Malaysia stabilitas politik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ekonomi. Ia menyambut investasi asing, mereformasi struktur pajak, mengurangi tarif perdagangan, dan berusaha menjembatani perpecahan etnis di Malaysia dengan meningkatkan kesejahteraan umum.
Selain itu, ia mulai memprivatisasi perusahaan-perusahaan milik pemerintah, termasuk maskapai penerbangan, utilitas, dan telekomunikasi, yang menghasilkan uang bagi pemerintah dan meningkatkan kondisi kerja bagi banyak karyawan, meskipun banyak penerima manfaatnya adalah pendukung UMNO. Salah satu proyek infrastrukturnya yang paling signifikan adalah Jalan Tol Utara-Selatan, jalan raya yang membentang dari perbatasan Thailand hingga Singapura.
Pada tahun 1988 hingga 1996, Malaysia mengalami ekspansi ekonomi sebesar 8 persen, dan Mahathir merilis rencana ekonomi—Jalan ke Depan, atau Visi 2020—yang menegaskan bahwa negara tersebut akan menjadi negara yang sepenuhnya maju pada 2020.
Ia pun membantu mengalihkan basis ekonomi negara tersebut dari pertanian dan sumber daya alam menuju manufaktur dan ekspor, dan pendapatan per kapita negara tersebut juga dilaporkan meningkat dua kali lipat dari tahun 1990 hingga 1996. Meskipun pertumbuhan Malaysia melambat dan kecil kemungkinan negara tersebut akan mencapai tujuannya, ekonominya dinilai tetap stabil.
Terlepas dari segudang prestasinya selama menjabat, Mahathir juga meninggalkan warisan yang beragam. Meskipun ia memulai masa jabatan pertamanya secara konservatif, selama 1980-an Mahathir menjadi lebih otoriter.
Hal itu dibuktikan pada 1987, dimana ia memberlakukan Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri, yang mengizinkannya untuk menutup empat surat kabar dan memerintahkan penangkapan 106 aktivis, pemimpin agama, dan lawan politik, termasuk Anwar Ibrahim, mantan wakil perdana menterinya. Ia juga mengubah konstitusi untuk membatasi kekuasaan interpretatif Mahkamah Agung, dan ia memaksa sejumlah anggota berpangkat tinggi untuk mengundurkan diri.
Tak berhenti di sana, catatan Mahathir tentang kebebasan sipil, serta kritiknya terhadap kebijakan ekonomi Barat dan kebijakan negara-negara industri terhadap negara-negara berkembang, membuat hubungannya dengan Amerika Serikat, Inggris, dan Australia menjadi sulit. Ia bahkan melarang The New York Times dan The Wall Street Journal karena menerbitkan tajuk rencana negatif tentang dirinya, dan mendukung hukum nasional yang menghukum mati penyelundup narkoba, yang mengakibatkan eksekusi beberapa warga negara Barat.
Secara resmi, Mahathir Mohamad pensiun dari jabatan Perdana Menteri dan menyerahkan kepemimpinan kepada wakilnya Abdullah Ahmad Badawi pada 31 Oktober 2003. Sempat hilang dari muka publik, Mahathir kembali ke pemerintahan dengan memenangkan 121 kursi di parlemen dan resmi dilantik sebagai perdana menteri untuk kedua kalinya pada 10 Mei 2018 oleh Raja Malaysia Sultan Muhammad V. Masa jabatan keduanya itu berlangsung hingga Februari 2020.
Rindi Ariska berkontribusi dalam penulisan artikel ini.