Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Finlandia Alexander Stubb membela keputusan negaranya untuk membeli senjata dari Israel meskipun ada perang di Gaza, dan mengatakan bahwa hal itu tidak ada hubungannya dengan keengganan Finlandia untuk mengakui negara Palestina yang merdeka saat ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Finlandia membeli sistem pertahanan rudal yang berbasis di darat, di ketinggian, yang disebut David's Sling dari Israel. Helsinki menganggap sistem ini sebagai prioritas utama untuk pertahanannya sendiri karena serangan rudal Rusia yang sedang berlangsung terhadap target sipil dan militer di Ukraina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Stubb, yang mulai menjabat pada Maret, telah mendefinisikan sikap kebijakan luar negeri yang baru bagi dirinya dan Finlandia sebagai "realisme berbasis nilai", yang menurutnya adalah tentang "mencapai sesuatu di dunia sebagaimana adanya", alih-alih "hanya mempromosikan dunia sebagaimana yang saya inginkan".
Dalam sebuah wawancara dengan Reuters pada Selasa, 17 September 2024, Stubb mengatakan bahwa saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengakui negara Palestina, meskipun negara-negara tetangga Nordik, Swedia, Islandia, dan yang terbaru adalah Norwegia, telah melakukannya.
"Dalam kasus Israel dan Palestina, realisme berbasis nilai merupakan hal yang lazim dalam pemikiran kami mengenai pengakuan Palestina dalam arti bahwa kami ingin pengakuan tersebut, bukan jika, tetapi ketika itu terjadi, akan berdampak pada solusi dua negara dan solusi damai," katanya.
Bulan lalu, Stubb mengatakan kepada para diplomat Finlandia bahwa pengakuan Finlandia atas negara Palestina adalah "masalah waktu" dan bahwa waktu yang tepat akan dipilih secara strategis untuk mempromosikan perdamaian di Timur Tengah.
Ia mengatakan bahwa keputusan tersebut "tidak ada hubungannya dengan" kesepakatan senjata dengan Israel.
"Dalam hal ini, saya hanya melihat realisme, dengan kata lain, fakta bahwa kami membutuhkan senjata tersebut. Jadi saat itulah saya melihat keamanan Finlandia."
REUTERS