Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Israel menggunakan bom fosfor putih buatan Amerika Serikat dalam serangan di Lebanon selatan pada Oktober. Menurut laporan The Washington Post yang dikutip media Israel, Haaretz, bom fosfor putih itu melukai sedikitnya sembilan warga sipil.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
The Washington Post mengamati pecahan cangkang yang ditemukan di desa kecil Dhayra di Lebanon, dan juga berdasarkan kesaksian warga. Menurut warga Dhayra, serangan di desa tersebut terjadi pada 16 Oktober 2023 dan berlangsung berjam-jam. Hal ini membuat mereka tidak bisa keluar rumah hingga keesokan harinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setidaknya salah satu dari mereka yang diwawancarai mengatakan bahwa dia mengalami kesulitan bernapas selama beberapa hari setelah serangan tersebut. “Seluruh desa berkulit putih. Mereka menyuruh kami mengoleskan sesuatu yang direndam dalam air ke wajah kami. Itu sedikit membantu,” katanya.
Penduduk lain mengatakan bahwa mereka tidak mengerti mengapa bom fosfor putih itu digunakan selama berjam-jam. Ada kemungkinan bahwa Israel berusaha mengevakuasi desa tersebut dengan cara ini.
Dari sembilan orang yang terluka dalam serangan itu, setidaknya tiga orang dirawat di rumah sakit. Menurut penduduk desa, setidaknya empat rumah terbakar.
Fosfor putih adalah zat yang mudah terbakar setelah bersentuhan dengan oksigen dan dapat mencapai suhu yang sangat tinggi. Jika terkena kulit, dapat menyebabkan luka bakar parah, kerusakan organ dalam yang mengancam jiwa, dan kerusakan pernafasan.
Meskipun terdapat penggunaan fosfor putih yang sah di medan perang, seperti membuat tabir asap di wilayah yang luas, penggunaannya mungkin melanggar hukum internasional jika dilakukan di wilayah sipil.
Dalam pernyataan tentara Israel yang dikutip dalam laporan tersebut, cangkang fosfor putih digunakan untuk membuat tabir asap dan bukan untuk tujuan ofensif.
Seorang pejabat pertahanan AS mengatakan mereka mengetahui laporan mengenai serangan itu. "Kami menganggap serius laporan penggunaan yang melanggar hukum," kata pejabat itu, seraya menambahkan, "Kami terus menggarisbawahi pentingnya kepatuhan terhadap hukum kemanusiaan internasional."
Pada akhir bulan Oktober, Associated Press melaporkan bahwa Amnesty International memiliki bukti adanya tiga kasus lagi IDF yang menembakkan peluru fosfor putih di wilayah perbatasan Lebanon.
Pada 13 Oktober, Human Rights Watch menuduh Israel menggunakan amunisi fosfor putih dalam operasi militernya di Gaza dan Lebanon. Lembaga ini mengatakan bahwa penggunaan senjata tersebut menempatkan warga sipil pada risiko cedera serius dan jangka panjang.
Juru bicara Gedung Putih John Kirby mengaku Amerika Serikat prihatin dengan laporan bahwa Israel menggunakan amunisi fosfor putih yang dipasok AS. “Kami sudah melihat laporannya. Tentu saja prihatin akan hal itu. Kami akan mengajukan pertanyaan untuk mencoba belajar lebih banyak,” kata Kirby kepada wartawan di Air Force One.
Kirby mengatakan fosfor putih memiliki “kegunaan militer yang sah” untuk penerangan dan menghasilkan asap untuk menyembunyikan pergerakan. “Setiap kali kami memberikan barang-barang seperti fosfor putih kepada militer lain, kami berharap sepenuhnya bahwa barang-barang tersebut akan digunakan sesuai dengan tujuan yang sah dan sesuai dengan hukum konflik bersenjata,” katanya.
HAARETZ | FRANCE 24
Pilihan editor: Netanyahu 'Marahi' Putin Lewat Telepon Selama 50 Menit, Ini Katanya