Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Kamboja meminta grup media asal Amerika Serikat, VICE, untuk menarik artikel yang menampilkan foto-foto korban "ladang pembantaian" Khmer Merah yang diubah wajahnya menjadi tersenyum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kamboja mengatakan modifikasi VICE pada foto-foto yang baru diwarnai itu menghina para korban. Pada Ahad pukul 12.00 GMT, artikel tersebut kemudian tidak lagi tersedia di situs VICE.com.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dikutip dari Reuters, 11 April 2021, dalam artikel yang diterbitkan pada hari Jumat, seniman Matt Loughrey mengatakan proyeknya untuk mewarnai gambar dari penjara Tuol Sleng yang terkenal, yang juga disebut S-21, bertujuan untuk memanusiakan 14.000 orang Kamboja yang dieksekusi dan disiksa di sana.
Namun, artikel tersebut menimbulkan reaksi negatif di media sosial setelah perbandingan dengan foto hitam-putih asli menunjukkan bahwa beberapa subjek hanya tersenyum pada gambar berwarna Loughrey. Artikel VICE tidak berisi gambar asli.
"Bermain-main dengan menggunakan teknologi untuk merias korban S21 adalah penghinaan yang sangat berat bagi jiwa para korban #genocide," tulis politisi Kamboja di pengasingan Mu Sochua di Twitter.
Wisatawan melihat tengkorak korban pembantaian rezim komunis Khmer Merah di Monumen Choeung Ek atau ladang pembantaian, Phnom Penh, Kamboja, Selasa, 26 Februari 2019. Tragedi kemanusiaan tersebut terjadi pada rentang waktu 1975 hingga 1979. ANTARA/Nyoman Budhiana
Kementerian Kebudayaan Kamboja mengeluarkan pernyataan yang meminta Loughrey dan VICE untuk menghapus gambar tersebut.
"Kami mendesak para peneliti, seniman, dan publik untuk tidak memanipulasi sumber sejarah apa pun untuk menghormati para korban," kata kementerian itu.
Loughrey, yang dalam wawancara VICE mengatakan telah bekerja dengan keluarga korban untuk merestorasi foto-foto tersebut, menolak berkomentar saat dihubungi Reuters.
VICE juga tidak menanggapi permintaan komentar tetapi pada hari Minggu menambahkan catatan editor, sebelum artikel tersebut kemudian menghilang dari situs.
"Telah menjadi perhatian kami bahwa potret yang direstorasi dan diterbitkan dalam artikel ini telah dimodifikasi melampaui pewarnaan. Kami sedang meninjau artikel tersebut dan mempertimbangkan tindakan lebih lanjut untuk mengoreksi catatan tersebut," tulis catatan editor sebelum artikel dihapus.
Youk Chhang, direktur Pusat Dokumentasi Kamboja, membandingkan perubahan itu dengan penulisan ulang sejarah. Sebuah petisi online yang menuntut artikel tersebut dihapus mendapatkan ribuan tanda tangan.
Setidaknya 1,7 juta orang Kamboja tewas dalam pemerintahan teror ekstremis Khmer Merah di Kamboja dari tahun 1975 hingga 1979.
REUTERS