Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kemenangan yang Tertunda

Abdullah Gül gagal terpilih sebagai presiden dalam pemilihan presiden putaran kedua. Tapi ia tak akan gagal lagi dalam putaran berikutnya.

27 Agustus 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

POLITIK hadir di jalan-jalan, di stasiun-stasiun, di lorong-lorong kuno kota Istanbul. Politik elektoral yang hiruk-pikuk, dramatis, dan melibatkan—hampir—semua orang sebagai pemirsa.

Jumat pekan lalu, Abdullah Gül, kandidat dari AK Parti, untuk kedua kalinya gagal terpilih sebagai Presiden Turki. Dibanding perolehan suara dua kandidat lain, sebenarnya Gül unggul, tapi hingga Sabtu dini hari ia dipastikan gagal menghimpun dua pertiga suara, syarat minimal yang bisa membuatnya langsung jadi presiden. Kendati begitu, tidak ada yang bisa menghalang-halangi langkahnya memasuki Istana Çankaya dalam pemilu putaran ketiga pekan depan, 28 Agustus.

Senin pekan lalu, dalam pemilihan putaran kedua, Perdana Menteri Recep Tayyip Erdoðan tak bisa menyembunyikan sukacitanya setelah pemilihan presiden oleh anggota parlemen usai. Ada perkembangan menggembirakan. Pemilihan kali itu memenuhi kuorum dengan 448 dari 550 anggota parlemen hadir mencoblos tiga calon presiden: Abdullah Gül dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AK Parti), Sabahattin Çakmakoðlu dari Partai Gerakan Nasionalis (MHP), dan Tayfun Ýçli dari Partai Kiri Demokratik (DSP).

Tiga bulan silam, AK Parti maju dengan calon tunggalnya ( Gül), dan dipermalukan oleh partai oposisi yang memboikot pemilihan, kemudian oleh Mahkamah Konstitusi yang menganulir pemilihan itu. Ya, pemilu putaran pertama yang gagal; tapi pemilu putaran kedua yang berlangsung pada Jumat pekan lalu itu berakhir dengan baik.

Semua partai politik yang ada wakilnya di parlemen hadir dalam pencoblosan itu, kecuali Partai Rakyat Republik (CHP), musuh utama AK Parti. Artinya, Gül berhasil membujuk pemimpin partai oposisi—kecuali CHP—agar anggotanya datang mencoblos. Namun, Gül gagal memperoleh suara mayoritas dua pertiga (367 suara). Meski demikian, itu semua hanyalah kemenangan yang tertunda. Dalam putaran ketiga pekan depan, persyaratan berat itu tak berlaku lagi, dan untuk menjadi presiden ia hanya perlu unggul di atas pemenang keduanya.

Hingga pekan lalu, menjelang putaran kedua, Gül telah berusaha membujuk anggota parlemen dari partai oposisi agar memilih dia. Sebab, jika hanya anggota parlemen dari AK Parti saja yang memilih Gül—pasti lolos pada putaran ketiga yang hanya mensyaratkan 276 suara—dukungan politik terhadap Gül untuk jabatan presiden dianggap lemah. Jadi, kini Gül tak cuma membujuk anggota parlemen agar datang, tapi juga membujuk mereka agar memilihnya sebagai calon presiden.

Masalahnya, MHP diduga masih akan terus mendukung kandidat mereka, Sabahattin Çakmakoðlu, sedangkan DSP ada kemungkinan akan melepas kandidat mereka, Tayfun Ýçli, dan mengalihkan dukungan pada Sabahattin Çakmakoðlu. Namun, seorang sumber koran Turkish Daily News menyatakan Gül lewat percakapan telepon meminta dukungan anggota parlemen DSO Ahmet Tan. Sementara itu, Partai Masyarakat Demokratik (DTP) setelah bertemu dengan Gül mengisyaratkan akan memilih Gül. DTP punya 20 kursi di parlemen. ”Kami percaya Gül akan menjadi presiden 72 juta rakyat (Turki),” ujar Ahmet Türk, bekas pemimpin DTP. Türk menyatakan tak mempersoalkan kerudung istri Gül. ”Yang penting bagi kami adalah identitas politik presiden,” kata Türk. Gül sudah berulang kali menegaskan loyalitasnya pada konstitusi negara sekuler Turki.

Gül tak hanya menyambangi anggota parlemen, tapi juga organisasi nonpemerintah semacam Asosiasi Pengacara Turki (TBB). Kunjungan Gül ke organisasi nonpemerintah menjadi penting untuk membidik sasaran anggota parlemen independen—sekitar 20 anggota—yang mengosongkan kartu suara mereka. Özdemir Özok, Ketua TBB, menyatakan simpatinya pada Gül. ”Kami menyerukan pada Gül agar loyal pada demokrasi, hak asasi manusia, dan hukum,” ujar Özok. Berbeda dengan partai oposisi utama CHP dan militer yang menyoal ”darah sekularisme” dalam tubuh Gül dan tetap memboikot pemilihan presiden. ”Memboikot pemilihan presiden di parlemen adalah kekanak-kanakan,” ujar Ufuk Uras, anggota parlemen dari unsur independen.

Sikap ngotot CHP memboikot pemilihan presiden semakin menguatkan tuduhan CHP bersekutu dengan militer untuk mendongkel Gül lewat kudeta. Apalagi CHP tak bereaksi terhadap memorandum militer atas pencalonan Gül pada April lalu yang dikecam banyak pihak mencampuri politik. Tapi CHP membantah tuduhan itu. Erdoðan pun kembali memperingatkan militer agar menjauhi politik. ”Bagi kami, angkatan bersenjata adalah sakral. Mereka punya tempat khusus,” ujar Erdoðan.

Menurut analis politik Huseyin Bagci, militer tak cuma kecewa, tapi juga kaget melihat hasil pemilihan parlemen 22 Juli lalu yang semakin menguatkan barisan AK Parti di parlemen dengan meraup 47,6 persen suara. Artinya, sekitar satu dari dua rakyat Turki memilih AK Parti. ”Ini satu periode baru dalam sejarah Turki,” ujar Bagci. Cara hidup rakyat Turki, kata Bagci, dalam lima tahun terakhir menjadi lebih religius. ”Tapi Turki tetaplah negara sekuler, suatu masyarakat terbuka berdasarkan perundang-undangan. Inilah paradoks Turki,” katanya.

Minggu ini, untuk ketiga kalinya warga menyaksikan politik elektoral yang hiruk-pikuk. Dan mereka akan menyaksikan Gül, bersama istrinya yang berkerudung, melenggang ke Istana Kepresidenan Çankaya.

Raihul Fadjri (Zaman, Turkish Daily News, AP)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus