Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala hak asasi manusia PBB Volker Turk mendesak akuntabilitas dan dialog setelah adanya laporan kekerasan mematikan dalam aksi protes mahasiswa di Bangladesh pada Jumat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Semua pihak harus menahan diri dan pasukan keamanan harus memastikan bahwa penggunaan kekuatan sejalan dengan hukum hak asasi manusia internasional,” kata Volker Turk.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bangladesh memberlakukan jam malam di seluruh negaranya dan mengerahkan militer ketika jumlah korban tewas akibat protes mahasiswa yang disertai kekerasan meningkat menjadi 75 orang.
Setidaknya 30 korban tewas pada Jumat ketika demonstrasi anti-pemerintah berkecamuk di negara Asia Selatan tersebut, kata sumber kepolisian di Dhaka kepada Anadolu.
“Melibatkan generasi muda adalah yang terbaik dan satu-satunya cara untuk maju,” tambah Turk.
Lebih dari 2.000 orang terluka dalam pertempuran di seluruh negeri.
Bangladesh telah menyaksikan peningkatan protes pada minggu ini terhadap sistem kuota 56% dalam pekerjaan publik, dengan pemerintah menutup lembaga-lembaga pendidikan.
Namun, para mahasiswa menolak meninggalkan kampus dan universitas.
Tiga puluh persen dari 56% kuota pekerjaan publik telah diperuntukkan bagi putra dan cucu mereka yang berpartisipasi dalam perang pembebasan Bangladesh pada 1971.
Pemerintah diperkirakan akan mengajukan banding pada Minggu 21 Juli 2024 ke Mahkamah Agung untuk mengurangi kuota menjadi 20%.
Pilihan Editor: Korban Tewas dalam Unjuk Rasa Mahasiswa di Bangladesh Bertambah
ANADOLU