Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Washington—Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengangkat pemodal kaya raya, Anthony Scaramucci, sebagai direktur komunikasi Gedung Putih memicu reaksi berantai yang tak terduga, dimulai dengan mundurnya juru bicara Gedung Putih Sean Spicer yang tidak menyetujui pengangkatan itu.
Seperti dilansir The Washington Post, Sabtu 22 Juli 2017, posisi Spicer kemudian digantikan oleh Sarah Huckabee Sanders yang ditunjuk pada Jumat petang.
"Presiden ingin mendatangkan beberapa orang, untuk ditambahkan ke tim," kata Spicer dalam sebuah wawancara singkat. "Ini adalah sesuatu yang Anda impikan. Saya tidak bisa cukup berterima kasih kepada presiden."
Ketika ditanya apakah dia menyesal, Spicer menjawab: "Tidak ada."
Baca: Donald Trump Pecat Semua Dubes Amerika Serikat
Dalam sebuah pernyataan yang ditulis Sanders dalam briefing harian itu, Trump mengucapkan terima kasih atas kerja Spicer dan berharap dia "terus sukses saat dia terus mengejar peluang baru - lihat saja rating televisinya yang hebat."
Kepala Staf Gedung Putih, Reince Priebus, mengadakan pertemuan pribadi dengan staf komunikasi Gedung Putih pada Jumat pagi dan mengatakan agar Spicer ikut membantu transisi Scaramucci dan menyerahkan posisi kepada direktur komunikasi yang baru, menurut seseorang dalam pertemuan itu.
Priebus berupaya mengurangi ketegangan antara dirinya dengan Scaramucci, dan mengatakan keduanya sudah saling kenal sejak lama. Scaramucci juga mengatakan kepada tim barunya bahwa dia bukan seorang manajer "top-down", lanjut sumber itu.
Scaramucci dan Spicer kemudian mencoba untuk berpelukan namun terlihat canggung, dengan Spicer secara kaku menerima pelukan Scaramucci, kata sang sumber.
Kepergian Spicer yang tiba-tiba tentunya mengejutkan para eksekutif senior di Sayap Barat. Hal itu mencerminkan pergolakan terbaru di Gedung Putih yang telah diisi oleh faksi-faksi yang penuh gejolak dan sejak Trump menjabat.
Membawa Scaramucci ke Gedung Putih dapat meningkatkan ketegangan di antara staf senior Trump.
Scaramucci memiliki hubungan yang kontroversial dengan Spicer dan Priebus, yang keduanya menolak keras keputusan Trump mengangkatnya sebagai bagian tim komunikasi Gedung Putih.
Scaramucci menciptakan julukan yang sangat kasar untuk Priebus, dan dalam percakapan pribadi bersama rekan kerja dalam beberapa pekan terakhir, ia berulang kali bersikap tak ramah kepada kepala staf dan tim pers Gedung Putih secara keseluruhan.
Scaramucci berargumen bahwa operasi media harus dimobilisasi secara agresif setiap sikap kritis Priebus muncul, namun sangat kurang rajin membela presiden sehingga menciptakan kesan sebagai orang yang tidak loyal.
Priebus sebelumnya mencegah Scaramucci untuk meduduki beberapa jabatan vital di Gedung Putih dengan menawarinya menjadi direktur kantor penghubung publik, agar tidak menjadi direktur komunikasi presiden, kata seorang pejabat senior Gedung Putih.
Sekutu Priebus menolak anggapan bahwa kepala staf mencoba untuk memblokir Scaramucci dengan mengatakan dia hanya berusaha untuk memperlambat prosesnya.
Beberapa loyalis Trump di Sayap Barat justru melihat perekrutan Scaramucci atas permintaan Priebus, dan pengunduran diri Spicer yang tiba-tiba adalah pukulan terhadap Priebus yang sudah lama bergabung dengan presiden dan para staf senior.
"Ini menunjukkan Reince (Priebus) sebagai pemimpin atau manajer," kata seorang pejabat senior Gedung Putih, yang berbicara tentang kondisi itu.
Baca: Mengeluh, Donald Trump: Saya Pikir Menjadi Presiden AS Mudah
Stephen K. Bannon, ahli strategi senior Trump, juga menentang perekrutan, menurut dua orang yang mengetahui pembicaraan tersebut. Meskipun Bannon menyukai Scaramucci secara pribadi, dia khawatir pemodal itu tidak memiliki keahlian yang tepat untuk pekerjaan itu.
Posisi komunikasi kosong sejak ditinggal Michael Dubke pada Mei lalu.
Perubahan staf terbaru Gedung Putih ini terjadi saat Donald Trump dipusingkan terkait kesaksian putranya, Donald Trump Jr, dan menantunya Jared Kushner yang selama kampanye menghadiri pertemuan pada dengan seorang pengacara Rusia yang menjanjikan informasi terkait pemilihan presiden lalu.
THE WASHINGTON POST | SITA PLANASARI AQUADINI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini