Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Mahathir Tak Tergoyahkan

Barisan nasional menang mutlak, merebut 148 kursi dpr, partai terkuat dalam barisan nasional memenangkan 120 kursi. pas dan dap hanya memenangkan 1 kursi dan 24 kursi. mahathir tampak puas. (ln)

9 Agustus 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DATUK Seri Mahathir Mohamad sengaja menunggu delapan jam untuk memastikan kemenangan koalisi Barisan Nasional akhir pekan lalu. Sepanjang Ahad malam itu, ia bersama istrinya dr. Datin Hasnah dengan tekun memantau hasil pemilu di lantai teratas bangunan UMNO, Kuala Lumpur. Sekitar pukul 06.30 pagi Mahathir baru turun ke lantai dua, khusus untuk mengumumkan kabar kemenangan Barisan dalam sebuah jumpa pers. Ia tampak segar. Di pagi yang cerah, PM Malaysia itu menebarkan senyumnya yang paling cerah kepada sejumlah wartawan yang sudah setengah loyo. Kemenangan mayoritas mutlak Barisan dengan merebut 148 dari 177 kursi Dewan Rakyat (DPR) telah mengantarkan Mahathir ke puncak karier politiknya. Pilihan raya ke-7 yang dianggap batu ujian bagi kepemimpinannya, ternyata membuahkan kemenangan yang melimpah. Ia tak lagi tergoyahkan. Pilihan raya kali ini hanya diikuti 69% dari 7 juta pemilih, berarti terkecil jumlah pesertanya dibanding semua pemilu terdahulu. Dengan masa kampanye yang dibatasi hanya 8 hari -- tersingkat sepanjang sejarah demokrasi di Malaysia -- peluang untuk merebut hati massa pemilih benar-benar tipis. Tapi hal ini agaknya tidak berlaku bagi UMNO, karena Mahathir gencar meninjau ke daerah-daerah, paling tidak dua pekan sebelum Dewan Rakyat dibubarkan, secara tiba-tiba, 18 Juli berselang. Pemerintah lalu menetapkan pemilu kilat, 2 dan 3 Agustus, suatu hal yang sudah ramai diisukan orang tapi yang tiap kali dibantah Mahathir secara meyakinkan. Bagaikan dalam nomor lari cepat, tak salah lagi, UMNO sudah melompat ke depan lebih dulu sebelum peserta lain mengambil ancang-ancang. Ini lumrah dan mungkin di situlah letak rahasia kemenangan Barisan, di samping beberapa faktor lain. Misalnya saja UMNO, partai terkuat dalam koalisi Barisan itu, sebelum pemilu dimulai sudah memenangkan 6 kursi DPR dan lima kursi DPRD tak lain karena pada hari pendaftaran terjadi kesalahan pengisian formulir di pihak oposisi, hingga calon mereka gugur. Kemudian ada pula calon PAS (Parti Islam sa-Malaysia) mengundurkan diri tiba-tiba, hingga mempersembahkan kemenangan cuma-cuma pada tokoh UMNO Datin Rafidah Aziz. Ada pula anggota PAS yang membelot ke UMNO sedangkan dalam kubu oposisi terjadi perpecahan, misalnya antara SDP, PAS, NASMA, dan PSRM. Tapi jika PAS yang semula diramalkan akan berjaya di Kelantan dan Trengganu hanya berhasil merebut 1 kursi DPR berarti kehilangan 4 kursi. Partai oposisi DAP (Democratic Action Party) justru menggondol 24 kursi padahal dalam Pemilu 1982 sudah harus puas dengan 9 kursi. Partai golongan Cina ini tidak saja memantapkan posisinya di Pulau Pinang, tapi juga unggul di Perak, Kuala Lumpur, dan beberapa kota besar lainnya. Slogannya "Cukup ! Dah Cukup! Tiada Lagi Majoriti Dua Petiga!" memang rada sombong juga dan tidak lain ditujukan kepada Barisan Nasional. Tapi mayoritas itu belum dapat mereka goyahkan, hanya DAP kali ini unggul dibanding MCA (Malaysia Chinese Association), partai golongan Cina lain dalam koalisi Barisan. Adapun MCA, memang tidak mungkin lebih baik. Dirundung konflik intern berlarut-larut, partai itu cuma bisa mempertahankan 17 dari 24 kursi yang direbutnya dalam pemilu terdahulu. Bagaimana UMNO ? Partai terbesar ini toh kehilangan tiga kursi. Di Tanah Semenanjung UMNO merebut 83 kursi, Sabah 15, dan Serawak 22. Total seluruhnya 120 kursi padahal sebelumnya berjaya dengan 123 kursi. Ini berarti kunci kemenangan koalisi Barisan terletak pada MIC (Malaysia India Congress) yang berhasil menambah 3 kursi (menjadi 6) di samping kemenangan mantap UMNO di Sabah dan Serawak. Apa kata Mahathir? "Kemenangan mayoritas lebih dua pertiga ini membuktikan kepercayaan rakyat pada Barisan Nasional," ujarnya tanpa ragu. Dia tampak puas dengan hasil pemilu dan tidak melihat adanya alasan untuk dalam waktu dekat mengubah kebijaksanaan pemerintah. Berbicara tentang kekalahan oposisi, Mahathir langsung menyatakan bahwa mereka salah perhitungan. Diakuinya oposisi dapat melancarkan serangan dengan jurus-jurus maut ke pelbagai titik kelemahan Barisan, tapi bagaimanapun juga rakyat masih menaruh kepercayaan pada "sang juara bertahan". Mengapa? Dengan slogan "tradisi membela rakyat" dan peringatan pada mereka bahwa kerajaan yang kuat dan kukuh diperlukan di Malaysia, Mahathir lalu mengulangi bahwa kalau rakyat berkehendak pada kerajaan yang kuat dan adanya kesinambungan yang pesat maka mandat haruslah diserahkan kepada Barisan. Masalahnya tentulah tidak sesederhana itu. Hal lain yang patut diperhitungkan adalah bahwa massa yang berbondong-bondong menghadiri ceramah PAS belumlah merupakan jaminan bahwa kelak akan memilih partai Islam yang militan itu. Sang ketua Yusof Rowa dan dua wakil ketuanya Hadi Awang dan Nakhai Ahmad -- ternyata kalah. Sikap rakyat yang sukar ditebak itu telah membuat pemimpin PAS terkecoh. Bagitu pula halnya dengan para pengamat politik yang hampir semua cenderung meramalkan kegagalan Barisan untuk merebut mayoritas dua pertiga, tapi kemudian meleset adanya. Isma Sawitri Laporan Ekram H. Attamimi (Kuala Lumpur)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus