Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - McDonald's Malaysia harus menjatah kentang goreng karena kurangnya pasokan. Masalah pasokan ini juga terjadi di jaringan makanan cepat saji itu di negara lain di Asia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebagian besar kentang goreng, serta satu jenis set makanan, telah dihapus dari menu di gerai-gerai di negara tersebut hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kami menghadapi krisis pasokan gorengan,” kata McDonald's Malaysia dalam sebuah unggahan di media sosial minggu ini, demikian dilaporkan Free Malaysia Today, Jumat, 28 Januari 2022.
McDonald's mengkonfirmasi dalam sebuah pernyataan kepada AFP bahwa cabang-cabangnya di Malaysia "saat ini mengalami tantangan pasokan", dengan porsi besar kentang goreng tidak tersedia sejak Senin, 24 Januari 2022.
McD, yang memiliki ratusan gerai di Malaysia, mengatakan akan "memantau dengan cermat" pasokan, dan sebagian besar akan disediakan sesegera mungkin.
Rantai pasokan global telah menghadapi gangguan besar akibat pandemi virus corona, menyebabkan kekurangan barang mulai dari makanan hingga elektronik.
Awal bulan ini, McDonald's Taiwan mengatakan pasokan pengiriman yang "tidak stabil" telah menyebabkan beberapa gerainya kehabisan kentang goreng yang diimpor dari AS.
McDonald's Jepang telah membatasi pesanan kentang goreng dalam ukuran kecil pada dua kesempatan sejak Desember, menyalahkan pandemi dan banjir Kanada yang menyebabkan pasokan kentang terganggu.
McDonald's Corp mencatat pendapatan dan laba di bawah ekspektasi karena biaya yang lebih tinggi dan penjualan lesu di lebih dari 4.500 restorannya di Australia dan Cina karena pandemi. Pembatasan juga memangkas keuntungan dari pertumbuhan di Amerika Serikat pada kuartal keempat.
Biaya operasional naik 14 persen menjadi ,61 miliar dolar karena kemacetan rantai pasokan menyebabkan jaringan burger terbesar di dunia menghabiskan lebih banyak untuk bahan-bahan seperti ayam dan daging sapi, serta bahan kemasan.
Biaya makanan dan kertas naik 4 persen pada tahun 2021 - tingkat yang diperkirakan perusahaan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2022.
"Lonjakan kasus Covid-19 dan kembalinya pembatasan di banyak pasar kami menciptakan ketidakpastian di seluruh dunia, memperburuk kekurangan tenaga kerja dan penundaan rantai pasokan," kata Chief Executive Officer Chris Kempczinski seperti dikutip Reuters, Kamis.