Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 dunia kemarin diawali dengan pengusaha Malaysia yang kesulitan mendapatkan pegawai seperti WNI. Keluhan ini akibat moratorium pengiriman TKI ke Malaysia.
Berita top 3 dunia kedua adalah Presiden Rusia Vladimir Putin mengomentari soal seretnya pasokan gas ke Eropa. Terakhir yaitu soal gelombang panas yang menerjang Eropa. Berikut selengkapnya:
1. Pengusaha Makanan Malaysia Kesulitan Cari Pekerja seperti WNI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejumlah pengusaha tempat makan di Malaysia mengeluhkan sulitnya mendapat pekerja yang sesuai menyusul pembekuan pengiriman tenaga kerja migran oleh Indonesia akibat sengketa pelaksanaan MoU.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Seorang operator kantin, Hamzah Basir, 57 tahun, mengatakan mereka lebih mudah berurusan dengan pekerja Indonesia karena memiliki banyak kesamaan dalam hal budaya, selera makanan, dan bahasa.
“Sangat disayangkan sampai batas tertentu kita harus menyisihkan tenaga kerja Indonesia, itu sangat disayangkan bagi negara juga dan tidak hanya untuk operator industri makanan,” katanya kepada FMT, Selasa, 19 Juli 2022.
Pemerintah Indonesia membekukan sementara pengiriman tenaga kerja setelah Malaysia tidak melaksanakan MoU tentang penempatan asisten rumah tangga dengan masih menerapkan Sistem Maid Online, di mana WNI bisa datang dengan visa turis dan mendaftar bekerja di sana.
Dalam kesepakatan yang ditanda-tangani April lalu, kedua negara sepakat perekrutan pekerja domestik menggunakan One Channel System, sehingga pemerintah Indonesia bisa mengawasi jika terjadi pelanggaran seperti banyak terjadi selama ini.
Hamzah mengatakan pemerintah harus memberikan penjelasan rinci tentang masalah ini dan bertindak dengan bernegosiasi agar Indonesia menarik keputusan mereka.
“Jangan terus menjawab bahwa kita masih punya 15 (negara sumber). Bisakah mereka menjamin bahwa tenaga kerja dari negara lain mau datang bekerja di sini? Bukan hanya pedagang yang terkena dampaknya, tapi negara juga,” ujarnya.
Menteri Dalam Negeri Malaysia Hamzah Zainudin sebelumnya mengatakan bahwa Malaysia akan menggunakan 15 negara sumber lain untuk merekrut tenaga kerja asing, menyusul keputusan Indonesia membekukan pengiriman tenaga kerja.
Sebelumnya, Duta Besar Indonesia Hermono mengecam penolakan Malaysia untuk mematuhi nota kesepahaman (MoU) pekerja rumah tangga, yang ditandatangani tiga bulan lalu, menggambarkannya sebagai "tidak sopan" kepada presiden Joko Widodo.
Hermono mengatakan Indonesia telah memberlakukan pembekuan sementara pada semua pekerja Indonesia yang masuk ke Malaysia karena Departemen Imigrasi terus menggunakan Sistem Pembantu Online (MOS) untuk memfasilitasi perekrutan TKW Indonesia.
Operator restoran lainnya, Mohd Noorirwan Razali, 39 tahun, melihat langkah pemerintah Malaysia dapat membuka ruang untuk mengurangi pengangguran di kalangan penduduk setempat.
Namun, kata dia, sebenarnya tidak mudah merekrut tenaga kerja lokal dibandingkan dengan orang Indonesia.
“Masalahnya, berapa banyak orang Malaysia yang sebenarnya ingin bekerja di industri makanan, menjadi juru masak dan sebagainya? Saya sendiri kesulitan mencari karyawan."
“Selain itu, keterampilan tenaga kerja Indonesia sangat dibutuhkan di industri kita. Misalnya yang berasal dari Medan, jago masak dan punya skill sendiri,” ujarnya.
2. Batasi Pasokan Gas ke Uni Eropa, Putin: Kesalahan Kalian Sendiri!
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Selasa bahwa berkurangnya pasokan gas alam Rusia ke pelanggan di Uni Eropa merupakan kesalahan negara-negara Barat pendukung Ukraina.
Seperti dilansir ABC News Rabu 20 Juli 2022, pernyataan Putin semakin meningkatkan tekanan pada Uni Eropa, yang khawatir Rusia akan memotong pasokan gas dan mendatangkan malapetaka ekonomi dan politik di Eropa pada musim dingin.
Berbicara kepada wartawan Rusia di Teheran, di mana ia menghadiri pembicaraan dengan para pemimpin Iran dan Turki, Putin mengatakan jumlah gas yang dipompa melalui pipa Nord Stream ke Jerman akan turun lebih jauh dari 60 juta menjadi 30 juta meter kubik per hari. Atau, sekitar seperlima dari kapasitasnya, jika turbin tidak segera diganti.
Dia menambahkan bahwa Rusia dapat meluncurkan pipa Nord Stream 2 yang baru saja selesai yang belum pernah beroperasi. Namun, ia menegaskan bahwa itu pipa ini hanya akan memiliki setengah dari kapasitas yang ditentukan. Sebab, sisanya telah digunakan untuk kebutuhan domestik.
Pemimpin Rusia itu juga memperingatkan Barat bahwa rencananya untuk membatasi harga minyak Rusia sebagai bagian dari sanksi atas Ukraina akan mengacaukan pasar minyak global dan membuat harga melonjak.
"Kami mendengar beberapa ide gila tentang membatasi volume minyak Rusia dan membatasi harga minyak Rusia," kata Putin. “Hasilnya akan sama – kenaikan harga. Harga akan meroket.”
Sejak pasukan Rusia masuk ke Ukraina pada bulan Februari, Uni Eropa telah menyetujui larangan batu bara Rusia dan sebagian besar minyak mulai berlaku akhir tahun ini. Namun, sanksi ini tidak termasuk gas alam karena blok dengan 27 negara itu bergantung padanya untuk pembangkit listrik, menghasilkan listrik dan memanaskan rumah.
Namun, perusahaan raksasa gas alam yang dikendalikan pemerintah Rusia, Gazprom, mengurangi pengiriman gas melalui pipa Nord Stream 1 ke Jerman sebesar 60 persen bulan lalu. Mereka berdalih ada masalah teknis setelah turbin yang dikirim Siemens ke Kanada untuk perbaikan tidak dapat dikembalikan karena sanksi.
Kanada dan Jerman membuat kesepakatan untuk mengembalikan turbin, tetapi Putin mengatakan Selasa bahwa Gazprom masih belum menerima dokumen yang relevan. Pemimpin Rusia mengatakan bahwa Gazprom akan menutup turbin lain untuk perbaikan pada akhir Juli, dan jika turbin yang dikirim ke Kanada tidak dikembalikan pada saat itu, aliran gas akan semakin surut.
Sebagai alasan lain untuk pengurangan pasokan, Putin menunjukkan bahwa Ukraina menutup cabang pipa transit yang membawa gas Rusia ke Barat melalui wilayah yang dikendalikan oleh separatis yang berbasis di Moskow.
3. Gelombang Panas di Eropa Capai Puncak Hari Ini, Suhu Tetap di Atas Normal
Gelombang panas Eropa tampaknya akan mencapai puncaknya pada hari Selasa, 19 Juli 2022, tetapi suhu mungkin tetap di atas normal hingga pertengahan minggu depan. Organisasi Meteorologi Dunia WMO memperingatkan bahwa peristiwa seperti itu dapat terjadi dengan frekuensi yang lebih besar di masa depan.
"Pertanyaan yang diajukan semua orang melihat ke depan adalah - kapan ini akan berakhir?," kata Robert Stefanski, kepala Layanan Iklim Terapan di WMO. "Sayangnya, melihat semua model dari semua mitra kami di tingkat nasional dan regional, mungkin sampai pertengahan minggu depan."
Inggris mencatat suhu tertinggi 40 derajat Celcius (104 derajat Fahrenheit), sementara petugas pemadam kebakaran di Prancis barat daya berjuang untuk menahan kebakaran hutan besar ketika gelombang panas naik dari selatan ke Eropa barat.
Stefanski memperkirakan suhu mencapai puncaknya pada hari Selasa, setelah itu turun tetapi tetap di atas rata-rata.
Pada pengarahan yang sama, Sekretaris Jenderal WMO Petteri Taalas memperingatkan bahwa dia memperkirakan akan melihat jumlah gelombang panas yang "jauh lebih tinggi" di masa depan karena perubahan iklim.
"Arahnya jelas dan di masa depan gelombang panas semacam ini akan normal dan kita akan melihat cuaca ekstrem yang lebih kuat lagi," kata Taalas, mengenakan lengan pendek dan dasi merah dan biru yang dia pilih untuk menggambarkan tren pemanasan. .
Pejabat WMO lainnya mengatakan mereka memperkirakan lebih banyak kematian di antara orang tua dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan kurang baik sebelumnya karena serangan gelombang panas.
FREE MALAYSIA TODAY | ABC | REUTERS