Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Media Cina Ejek Trump Sebagai #bunkerboy Atas Kasus George Floyd

Pemberitaan dan percakapan soal unjuk rasa kematian George Floyd di Amerika mendominasi media-media lokal dan media sosial di Cina.

2 Juni 2020 | 11.45 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang wanita melewati potret pria keturunan Afrika-Amerika, George Floyd yang dipasang saat penghormatan di sebuah halte yang dikelilingi buket bunga di Minneapolis, Minnesota, AS, 28 Mei 2020. Kematian Floyd yang mengundang kemarahan warga menimbulkan kerusuhan di Kota Minneapolis. REUTERS/Carlos Barria

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Media-media Cina memberikan perhatian lebih terhadap unjuk rasa kematian George Floyd di Amerika. Mulai dari media konvensional hingga media sosial, semua mempublikasikan isu yang sama, soal bagaiaman Pemerintah Amerika merespon unjuk rasa yang berujung kerusuhan di bebeberapa kota tersebut.

Sebagai contoh, di media sosial Weibo, lima dari 20 trending topic yang ada menampilkan unjuk rasa George Floyd. Adapun topik tertinggi adalah diungsikannya Trump ke dalam bunker Gedung Putih pada hari Senin kemarin. Bahkan, tagar #bunkerboy menjadi hashtag terpopuler nomor dua di Cina.

"Menurut saya, apa yang coba dilakukan media-media Cina (yang dimiliki pemerintah) adalah menunjukkan Partai Komunias bekerja lebih baik dalam menghadapi virus Corona dan menertibkan warganya dibandingkan Amerika," ujar pakar kebijakan publik dari National University of Singapore, Alfred Wu, sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Selasa, 2 Juni 2020.

Tidak hanya mengejek Trump yang diungsikan ke bunker kemarin, media-media Cina juga membandingkan situasi di Amerika dengan unjuk rasa anti-pemerintah di Hong Kong. Sebagaimana diketahui, Amerika menentang sikap pemerintah Cina yang mencoba meredam unjuk rasa di Hong Kong dengan menciptakan UU Keamanan Nasional.

Selain itu, media Cina juga membuat kartun di mana pria menyerupai Trump mengucapkan "I can't breathe" - kata terakhir George Floyd - usai memotong selang tabung oksigen dengan tulisan "WHO". Hal tersebut adalah sindiran ke isu kematian George Floyd dan keputusan Trump mengeluarkan Amerika dari keanggotaan WHO pada Jumat lalu.

Sabtu pekan lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying, membuat tweet bertuliskan "I can't breathe" yang juga untuk menyindir Amerika.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hingga berita ini ditulis, unjuk rasa kematian George Floyd sudah memasuki hari ketujuh. Unjuk rasa tersebut diperkirakan sudah menyebar ke 40 kota di Amerika. Beberapa di antaranya berujung kerusuhan dan penjarahan hingga mendorong pemerintah setempat menerapkan jam malam.

Presiden Donald Trump telah memberikan respon atas unjuk rasa yang terjadi. Ia menegaskan akan mendorong pengusutan perkara George Floyd hingga tuntas serta memastikan unjuk rasa berjalan tertib. Jika unjuk rasa berujung rusuh, ia mengancam akan menerjunkan aparat militer yang direspon negatif oleh sejumlah gubernur negara bagian.

ISTMAN MP | REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus