Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Muncul Demam Marburg yang Mematikan di Afrika, Belum Ada Obatnya

Penyakit virus Marburg menyebabkan demam dan muntah berdarah yang dapat memiliki tingkat kematian hingga 88%, menurut WHO.

31 Maret 2023 | 08.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas Organisasi Kesehatan Dunia memeriksa rumah seorang korban virus Marburg di kota Uige, Angola utara [File: Reuters]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Guinea Khatulistiwa mengkonfirmasi 13 kasus penyakit Marburg sejak awal epidemi, setelah Organisasi Kesehatan Dunia WHO mendesak pemerintah negara Afrika Tengah itu melaporkan kasus baru secara resmi, Kamis, 30 Maret 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penyakit virus Marburg menyebabkan demam dan muntah berdarah yang dapat memiliki tingkat kematian hingga 88%, menurut WHO.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gejalanya meliputi demam, kelelahan, muntah bernoda darah, dan diare. Tidak ada vaksin atau perawatan antivirus yang disetujui untuk mengobatinya. Marburg ditularkan kepada manusia dari kelelawar buah dan berasal dari keluarga virus yang sama dengan penyebab penyakit Ebola yang mematikan.
 
Sembilan orang telah meninggal, sementara satu pasien pulih sejak awal epidemi, kata Kementerian Kesehatan Guinea Khatulistiwa di Twitter, menambahkan bahwa 825 kontak telah dilacak sejak itu.

Negara itu mengkonfirmasi wabah penyakitnya yang pertama pada bulan Februari, menurut WHO, yang minggu lalu telah melaporkan 9 kasus terkonfirmasi laboratorium dan menempatkan jumlah total kematian dan kemungkinan kasus sudah mencapai 20.
 
"WHO mengetahui adanya kasus tambahan dan kami telah meminta pemerintah untuk melaporkan kasus ini secara resmi kepada WHO," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu pagi.

Ada juga wabah virus Marburg di Tanzania, dengan delapan kasus termasuk lima kematian telah dilaporkan di wilayah barat laut Kagera, kata WHO.

WHO mengatakan sedang bekerja dengan otoritas lokal dan produsen vaksin untuk melakukan uji coba di negara-negara yang terkena dampak.

REUTERS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus